DALAM hubungan antarmanusia, pengungkapan diri memainkan peran mendasar dalam membangun kepercayaan, keintiman, dan pemahaman. Pengungkapan diri, yang didefinisikan sebagai tindakan mengungkapkan informasi pribadi, pikiran, dan perasaan kepada orang lain, merupakan landasan komunikasi antarpribadi, baik dalam persahabatan, hubungan romantis, atau lingkungan profesional.
Di era digital ini, media sosial telah menjadi wadah utama bagi individu untuk mengekspresikan diri. Salah satunya adalah fitur di aplikasi Instagram, yaitu Instagram Story atau biasa disebut Snapgram (SG), yang memungkinkan pengguna untuk berbagi momen, pemikiran, atau bahkan emosi dalam bentuk visual maupun teks.
Pengungkapan Diri dan Komunikasi Interpersonal
Menurut Teori Penetrasi Sosial, yang dikemukakan oleh Altman dan Taylor, hubungan interpersonal berkembang secara bertahap saat individu meningkatkan keluasan dan kedalaman pengungkapan diri mereka. Awalnya, percakapan bersifat dangkal, berfokus pada topik yang aman seperti hobi atau rutinitas harian.
Saat kepercayaan terbentuk, lapisan kepribadian yang lebih dalam nilai, ketakutan, dan emosi terungkap, yang mengarah pada keintiman yang lebih besar.
Teori ini menekankan bahwa pengungkapan diri bersifat timbal balik. Ketika seseorang berbagi sesuatu yang bersifat pribadi, hal itu sering kali mendorong yang lain untuk melakukan hal yang sama, menumbuhkan rasa kerentanan dan pemahaman bersama.
Namun, pengungkapan diri yang efektif membutuhkan keseimbangan. Berbagi terlalu banyak atau mengungkapkan informasi yang sangat pribadi terlalu cepat dapat menyebabkan ketidaknyamanan, sementara kurang berbagi dapat menghambat pengembangan koneksi yang bermakna. Dengan demikian, pengungkapan diri yang berhasil bergantung pada ketepatan waktu, konteks, dan sifat hubungan.
Instagram Story sebagai Media Pengungkapan Diri
Fitur-fitur dalam SG seperti polling, pertanyaan, dan reaksi emoji menciptakan interaksi menjadi lebih penuh antusias. Ketika individu membagian peristiwa melalui SG dan menerima tanggapan dari individu lain, interaksi ini dapat dapat menjadi akses untuk komunikasi yang lebih dalam.
Selain itu, pengungkapan diri sangat penting untuk penyelesaian konflik. SG mampu menjadi alat untuk kesadaran diri dan komunikasi interpersonal, seperti makna tersembunyi dalam hal-hal yang diketahui sendiri tetapi tidak diketahui orang lain dapat dikurangi melalui berbagi yang disengaja.
Ketika individu secara terbuka mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka, kesalahpahaman dapat diminimalkan, dan empati dapat tumbuh. Transparansi ini membantu kedua belah pihak melihat gambaran yang lebih besar, memungkinkan komunikasi dan pemecahan masalah yang lebih sehat.
Di era digital saat ini, fitur SG sebagai wadah pengungkapan diri melampaui interaksi tatap muka. Fitur dalam sebuah media sosial ini telah menjadi ruang virtual tempat orang berbagi pengalaman pribadi dan mengekspresikan emosi.
Meskipun hal ini dapat menumbuhkan koneksi lintas jarak, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang privasi dan keaslian. Menerapkan teori komunikasi interpersonal dalam interaksi digital ini sangat penting untuk menjaga batasan yang sehat dan hubungan yang tulus.
Singkatnya, pengungkapan diri merupakan elemen penting dari komunikasi interpersonal, yang membentuk cara hubungan dibentuk dan dipertahankan.
Dengan memahami dan menerapkan teori seperti Penetrasi Sosial, individu dapat menavigasi pengungkapan diri secara lebih efektif, membina hubungan yang lebih dalam sekaligus melindungi privasi mereka.
Mencapai keseimbangan yang tepat memastikan bahwa komunikasi tetap autentik dan penuh rasa hormat, yang merupakan kunci untuk membangun kepercayaan dan hubungan yang langgeng.
Penulis: Syifa Annisa Pradnya Paramitha, Mahasiswi Semester 4 Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Mulawarman.