Oleh Muthi Masfu’ah, A.Md, CN NLP
(Penulis buku Indigo dan Pemerhati Perempuan, Ibu dan Anak)
Belakangan ini viral spirit doll yang dianggap diisi arwah atau roh. Boneka yang bentuknya sangat mirip dengan bayi manusia itu kini menjadi sorotan setelah sejumlah artis di tanah air mengadopsinya.
Munculnya fenomena spirit doll atau boneka yang dipercaya dapat berbicara bahkan diyakini bisa mendatangkan rezeki.
Adanya kabar viral dari salah satu artis tanah air yang mempunyai boneka berbentuk bayi dan dirawat layaknya anak manusia, kemudian merujuk kepada spirit doll yang dimaksud banyak orang.
Artis tersebut merasa kesepian sehingga mungkin menganggap boneka itu sebagai temannya dan ia juga sempat dinilai mempunyai kepercayaan lain mengenai boneka tersebut.
Hal ini disebabkan oleh kepercayaan orang-orang bahwa boneka tersebut dapat menenangkan hati, mendatangkan rezeki, bisa menjadi pengundang keberuntungan, mengingatkan jika ada orang yang ingin berbuat jahat, dan lain sebagainya.
Bahkan, tidak sedikit yang menganggap ada manfaat dari mengadopsi spirit doll tersebut. Beberapa orang yang mengadopsi spirit doll mengaku seolah mendapat keberuntungan, merasa dilindungi, dan memiliki teman untuk berbagi cerita.
FENOMENA YANG MEMBAHAYAKAN
Kita bisa menengok salah satu aktivis dakwah yang menyoroti fenomena itu adalah Ustadz Hilmi Firdausi. Melalui cuitan di akun Twitternya, Ustadz Hilmi mengaku begitu mengkhawatirkan fenomena spirit doll ini.
“Ya Robbana, sudah sangat mengkhawatirkan fenomena spirit doll ini, apalagi setelah diendorse oleh beberapa artis. Mari teman-teman semua jaga dan bentengi aqidah kita dan keluarga dari hal-hal yang menjurus kepada kesyirikan. Ingat, Allah mengampuni semua dosa kecuali dosa syirik. Wallaahul musta’an.”
Bahkan sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Miftahul Huda, menanggapi ini dengan menjelaskan terlebih dahulu mengenai boneka yang umumnya digunakan untuk bermain oleh anak-anak dalam Islam. Ia mengatakan, bahwa jumhur (mayoritas) ulama menyatakan kebolehan atas boneka sebagai mainan anak-anak.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah ra:
“Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasulullah Saw masuk ke dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari No. 6130).
Kiai Miftah berpendapat, bahwa bermain boneka mengajarkan anak memiliki rasa tanggung jawab. Misalnya menjaganya agar tetap bersih dan terawat, tidak rusak, bahkan hingga memakaikan baju.
Menurutnya, menyayangi mainan seperti boneka juga tidak masalah selama itu dalam batas kewajaran. Sebab, kata Kyai Miftah, hal itu termasuk perintah untuk menjaga dan merawat harta hak milik kita sendiri.
Akan tetapi, ia menekankan bahwa yang menjadi masalah adalah ketika menyayangi boneka melampaui batas kewajaran. Seperti ketika orang tersebut sudah berumur dewasa dan masih menjadikan mainan boneka sebagai fokus utama dalam hidupnya. Misalnya, ketika orang tersebut harus membawa bonekanya ke mana-mana, dan jika tidak maka dapat mengganggu aktivitasnya sehari-hari.
“Jika sudah begitu, maka bisa timbul masalah kesehatan mental. Apalagi mempunyai anggapan dan keyakinan bahwa boneka mainan tersebut mempunyai sifat-sifat ketuhanan, seperti mampu mendatangkan kebahagiaan, ketenteraman, atau bahkan diadopsi menjadi anak. Ini adalah salah satu bentuk kesesatan,” kata Kyai Miftah, melalui pesan elektronik kepada salah satu media online nasional, Sabtu (1/1).
Kepala* Pengasuh Pondok Pesantren Al-Nahdlah Depok ini menegaskan bahwa secara fikih, mengadopsi boneka tentu tidak dibenarkan. Sebab, boneka itu sendiri merupakan benda mati. Terlebih lagi jika mempercayai bahwa di dalam boneka tersebut diisi ruh atau arwah.
“Mempercayai di dalam boneka ada ruh adalah kepercayaan yang sesat, tetapi tidak sampai pada kesyirikan,” tambahnya.
HATI-HATI, SARANA PINTU SYAITAN
Pada dunia permainan tradisional di Pulau Jawa, ada juga boneka yang dimainkan yakni boneka yang terbuat dari kayu dengan panggilan ‘jelangkung’. Boneka kayu tersebut dihias sedemikian rupa dan digunakan untuk memanggil arwah.
Spirit doll pada akhirnya diartikan hampir sama dengan ‘jelangkung’, hanya saja lebih bagus, terlihat modern, dan imut. Tetapi secara maksud dan tujuannya, hampir sama dengan ‘jelangkung’, d-ianggap hidup atau bernyawa.
Jika dikaitkan dengan spirit doll, maka setan yang terdapat di dalam boneka tersebut dapat berinteraksi dengan sang empunya atau yang mengadopsi.
Jika spirit doll dianggap sebagai boneka arwah/boneka yang memiliki nyawa, yang dapat diajak berinterasi, yang dapat tumbuh besar layaknya manusia yang bernyawa, maka hal tersebut tidak benar.
Karena hanya setan dan jin durhaka yang dapat masuk ke dalam boneka seperti spirit doll. Tentang jin, bahwa mereka bangsa jin suka memasuki sesuatu yang digemari manusia, termasuk boneka. Dan inilah salah satu pintu masuknya syaitan, untuk menyesatkan manusia.
Apalagi jika boneka tersebut dipercayai mendatangkan rezeki dan lain sebagainya, maka hati-hatilah terhadap yang demikian itu karena bisa membahayakan aqidah dan dapat mengkhawatirkan masuk ke ranah syirik. Semoga kita bisa berhati-hati, termasuk juga menjelaskan kepada generasi muda kita agar tidak ikut-ikut pada tren yang keliru dan membahayakan aqidah dan akhlaq. (*)
(Dari berbagai sumber disarikan)