BANDA ACEH – Seni bela diri merupakan khazanah budaya sebuah bangsa dan Indonesia memiliki ilmu bela diri yakni silat dari beragam perguruan yang ada di seantero Indonesia.
Ada beragam seni bela diri yang telah mendunia saat ini seperti taekwondo dari Korea Selatan, karate dan wushu dari China, judo dari Jepang, muaythai dari Thailand hingga kurash dari Uzbekistan yang sudah dipertandingkan baik di regional maupun tingkat Asia hingga dunia di Olimpiade.
Indonesia juga memiliki seni bela diri selain silat yakni tarung derajat.
Tarung derajat ditemukan Achmad Drajat yang dideklarasikan pada tahun 1972 di Bandung, seni olah tubuh dan rohani ini merupakan hasil perjalanan panjang yang dilalui seorang Achmad Drajat atau yang dikenal AA Boxer dari pertarungan jalanan yang dilaluinya di Bandung di tahun 1960 baik melawan gerombolan rampok, tawuran, pencurian, penjahat jalanan dan lainnya.
Bela diri ini merupakan gabungan lima unsur daya gerak yakni kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan. Selain itu mereka juga dibekali nilai filosofi yang mereka genggam erat seperti “aku ramah bukan berarti takut. Aku tunduk bukan berarti takluk” yang melengkapi petarung dengan ilmu moral dan sikap hidup.
Bela diri ini merupakan bela diri keras dan agresif yang mengombinasikan pukulan dan tendangan, selain itu seni beladiri yang menjadi cabang olahraga dan bergabung dengan KONI pada 1997 ini terus berkembang menjadi bela diri yang digandrungi di Indonesia.
Hal ini terbukti dari babak kualifikasi PON dimana sebanyak 22 provinsi dinyatakan lolos mengikuti pertandingan tarung derajat Pekan Olahraga Nasional (PON XXI Aceh-Sumut yang digelar di Bale Meuseuraya Aceh (BMA) Kota Banda Aceh dari 16 September hingga 19 September 2024.
Total ada 21 medali emas yang diperebutkan dari 14 nomor tarung bebas putra dan putri serta enam nomor seni gerak tarung dan putri dan satu nomor seni gerak campuran.
Cabang olahraga tarung derajat terdiri 21 nomor pertandingan yang dipertandingkan yang terdiri dari nomor tarung bebas sebanyak 14 nomor yakni putra yakni kelas 49,1-52 kg putra, 52,1-55 kg putra, 55,1-58 kg putra, 58,1-61 kg putra, 61,1-64 kg putra. Kemudian kelas 64,1-67 kg putra, 67,1-70 kg putra, 70,1-75 kg putra dan 75,1-80 kg putra.
Selanjutnya tarung bebas putri mulai dari kelas 45,1-50 kg putri, 50,1-54 kg putri, 54,1- 58 kg putri, 58,1- 62 kg putri, dan kelas 62,1-66 kg putri. Setelah itu untuk nomor pertandingan seni pria ada ranger tunggal, getar berpasangan, dan garang beregu.
Untuk di kelas putri juga dipertandingkan nomor seni ranger tunggal, getar berpasangan, dan ranger beregu. Selain itu, satu medali emas diperebutkan juga di nomor campuran pertandingan getar beregu.
Atlet yang mengikuti pertandingan di PON Aceh-Sumut ini dinilai memiliki keterampilan yang semakin bagus dan kekuatan peserta di sini cenderung merata. Hal ini diakui putera Sang Maha Guru Achmad Drajat yakni Sang Guru Badai yang sejak awal pertandingan mengawal pelaksanaan pertandingan tarung derajat.
Ia menilai tidak ada tim yang dominan dan sangat sulit untuk memprediksi atlet mana yang akan melaju ke partai final dan meraih medali emas di ajang multi cabang olahraga ini.
Menurut dia semakin seseorang menguasai ilmu bela diri tarung derajat dan ikut dalam pertandingan akan semakin sulit mereka untuk mempersiapkan teknik dan strategi dalam pertandingan.
“Bela diri ini tidak hanya fokus pada kekuatan semata tapi yang terpenting adalah teknik dan strategi dalam pertarungan,” kata dia.
Tarung derajat merupakan olahraga keras dan dua atlet yang bertanding di atas matras tak sedikit yang mengeluarkan darah dalam pertandingan, wajah lebam karena memar akibat saling pukul dan tendangan keras yang menghantam bagian tubuh tapi hal it hanya terjadi di dalam pertandingan.
Seusai laga, mereka akan saling bertukar salam Box, terus berangkulan dan saling mengucapkan selamat seusai laga. Tak seperti olahraga bela diri lain, sepanjang dua haru pertandingan tarung derajat, tak terdengar ada protes dari tim atau pertengkaran di luar matras.
Semua berjalan baik-baik saja meski mereka baku pukul di atas matras membela nama daerah masing-masing dan semua usai ketika gong pertandingan berakhir dipukul oleh dewan juri.
Ia memastikan atlet yang bertanding di cabang tarung derajat adalah mereka yang berlatih dari level terendah hingga tertinggi dan memahami filosofi yang dibangun sang Maha Guru AA Boxer dalam seni bela diri ini.
“Bela diri kami nafasnya adalah kekeluargaan, kami semua di sini keluarga dan bersaudara. Pertarungan hanya di atas matras dan di luar kembali menjadi keluarga tarung derajat,” kata dia.
GO INTERNASIONAL
Setelah membumi di Indonesia, tentu ada keinginan agar cabang olahraga ini dapat dipertandingkan di level internasional seperti ajang olahraga Asia Tenggara SEA Games, atau ajang multi cabang olahraga tingkat Asia yakni Asian Games.
Hal ini pernah dilakukan dan saat Indonesia menjadi tuan rumah SEA Games 2011 di Pelembang dan seni bela diri ini pernah dipertandingkan dan dikenal oleh negara peserta ASEAN Games.
Tapi langkah itu tak berlanjut karena di SEA Games Myanmar 2013 bela diri ini hilang dan tidak menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di ajang multi cabang olahraga tingkat Asia Tenggara ini.
Dan hingga saat ini, seni bela diri ini tidak dipertandingkan di ajang SEA Games, apalagi tingkat Asian Games. Hal ini tentu menjadi perhatian khusus agar bela diri asli Indonesia ini dapat bersanding dengan bela diri dunia lainnya.
Salah satu upaya yang dilakukan tentu dengan memperkenalkan bela diri ini secara luas di kalangan internasional layaknya dahulu karate yang diperkenalkan hingga ke dunia melalui film, sosialisasi hingga tur serta propaganda yang dibangun sehingga karate dikenal luas hingga saat ini.
Sang Guru Badai mengaku hal ini sudah dilakukan bahkan pihaknya telah menggelar kejuaraan ini di 11 negara pada tahun 2011, pada 2016 pihaknya juga menggelar kejuaraan di Malaysia tapi hal it belum berdampak hingga saat ini.
Ia menilai dalam memperkenalkan tarung derajat ke dunia internasional tak dapat dilakukan oleh pengurus, pelatih, pemilik olahraga tersebut tapi butuh tangan dingin pemerintah dalam memperkenalkan budaya bangsa ini ke dunia luar.
“Butuh keterlibatan pemerintah baik Kemenpora, Kementerian Luar Negeri hingga KONI agar olahraga ini menjadi cabang yang dipertandingkan di SEA Games, Asian Games atau bahkan Olimpiade,” kata dia.
TANGAN DINGIN PEMERINTAH
Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA berharap cabang olahraga tarung derajat yang dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024 dapat menjadi salah satu cabang beladiri yang dipertandingkan di Olimpiade nantinya.
“Tarung derajat saat ini sudah maju dan sudah dipertandingkan di beberapa gelaran Pekan Olahraga Nasional, tentu kami berharap bisa dipertandingkan di level internasional,” katanya.
Safrizal mengenang tarung derajat ini dimulai dari Sang guru AA Boxer dan hingga hari ini terus berkembang menjadi cabang olahraga sehingga terjadi penyesuaian untuk menjaga keselamatan atlet. Dulunya tarung derajat ini merupakan beladiri yang keras dan tanpa batas saat awal diperkenalkan di Indonesia.
Selain itu, tarung derajat juga memperkaya diri atlet dengan pembangunan mental dan moral untuk selalu menjaga kesantunan yang menjadi ciri khas Indonesia.
Petarung diminta merunduk tapi bukan takluk, ini merupakan budaya santun yang dimiliki bangsa ini. Selain itu mereka yang memiliki kemampuan tinggi harus menyimpan kepandaian tersebut dan dikeluarkan pada waktu yang tepat.
“Ilmu yang ada cukup disimpan dan dikeluarkan di waktunya saja. Kita berharap tarung derajat terus maju dan berkembang menjadi olahraga beladiri yang bisa mendunia,” kata dia.
Kolaborasi dan keseriusan dalam mengangkat khazanah bangsa dan memperkenalkan ke dunia internasional sangat perlu dilakukan dan ini tentu harus dilakukan secara bersama-sama agar tarung derajat menjadi bela diri yang berkembang luas dan dipertandingkan di level internasional.
Pastinya dibutuhkan kerja sama solid pengurus tarung derajat, pemerintah dan masyarakat luas untuk menerbangkan cabang bela diri karya anak bangsa ini terbang ke pentas dunia.
Oleh Mario Sofia Nasution
Editor : Junaydi Suswanto