Catatan: Muthi’ Masfu’ah, AMD CN NLp.
(Direktur Pelaksana Yayasan RK Salsabila, penulis dan trainer)
Setiap pasangan yang menikah dan menjalin hubungan berumah tangga tentu menginginkan hubungan yang dijalankan bersama dengan pasangan dapat begitu indah dan begitu bersahaja, layaknya saat hari-hari awal pernikahan. Cinta yang terus bersemi seakan membuat dunia terasa begitu indah yang dijalani bersama dengan pasangan. Pada awal pernikahan, setiap orang pasti mengharapkan pernikahan mereka berjalan dengan langgeng hingga usia senja, namun pada kenyataannya untuk dapat bisa mewujudkan hal tersebut tidak semudah seperti yang dibayangkan. Banyaknya masalah dan begitu sulitnya cobaan serta besarnya tanggung jawab yang harus dihadapi membuat tak sedikit pasangan pada akhirnya memutuskan untuk menyerah dan memilih berpasrah dan mengakhiri hubungan pernikahan.
Mestinya hal ini tak perlu terjadi, asal masing-masing individu bisa saling memahami karakter dan pribadi masing-masing. Karena pernikahan sejatinya adalah bersatunya 2 insan yang memiliki kelebihan dan kekurangan untuk saling melengkapi dengan penuh cinta.
Nah ada satu point penting dalam resep berumah tangga agar awet hingga sepanjang usia (insyaAllah) salah satunya rela memaafkan dan mau meminta maaf merupakan bagian krusial dalam hubungan perkawinan.
Meminta Maaf dan Mau Memaafkan
Hal ini penting dipraktekkan dalam sebuah rumah tangga. Faktanya, bila pasangan menyimpan kemarahan, kekecewaan, dan kekesalan pada pasangan hanya akan membuang waktu. Kurangnya maaf dalam rumah tangga bisa menjatuhkan istri dan suami, khususnya mempengaruhi kesehatan emosi, perasaan, dan mental.
Lalu, bagaimana caranya memaafkan pasangan yang membuat kita terluka? Berikut ini tipsnya berdasarkan pengalaman dan beberapa sumber yakni :
- Miliki hati yang lapang untuk terbuka dalam menerima permintaan maaf dari pasangan.
- Buatlah kesepakatan untuk memaafkan pasangan secara sadar, ketika telah melakukan kesalahan
- Sebaiknya jika telah memaafkan maka jangan lagi ungkit kesalahan pasangan kita.
- Menebar rasa kasih sayang dan membuang jauh rasa ingin membalas dendam karena hal ini hanya akan memperparah luka kita. Balas dendam tidak akan membuat kita merasa lebih baik.
- Ingatlah bahwa memaafkan bukan berarti kita memaklumi kesalahan atau perilakunya, akan tetapi hal ini kita jadikan evaluasi diri akan kekurangan diri kita sendiri.
- Kuatkan doa kita, utamanya di bulan Ramadhan seperti ini. Karena pemilik hati adalah Allah maka dengan memohon kah dengan kesungguhan.
Nah, repotnya jika ketika meminta maaf pada pasangan yang terluka karena kita, ia belum membuka hatinya. Berikut cara mudahnya :
- Gunakan bahasa yang baik, dan tunjukkan ketulusan dan pengakuan akan kesalahan yang sudah kita perbuat.
- Membuka diri dan bersedia membuat komitmen untuk tidak menyakiti pasangan kita lagi dengan mengulangi perilaku yang sama.
- Meminta maaf dengan langsung bertatap muka/bertemu secara langsung. Tentu tidak lupa tunjukkan sikap menyesal.
Selain itu resep penting laginya adalah gunakan bahasa yang baik dalam berkomunikasi dengan pasangan. Kesabaran, kesyukuran dan komunikasi terbuka atas kelebihan kekurangan menjadi point penting. Juga terus berdoa pada Allah, akan dilanggengkan rumah tangga kita. Sungguh tidak ada pribadi yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah.
Akhirnya dengan refleksi perjalanan pernikahan kami, selama 25 tahun semoga semakin erat bersinergi memperbaiki diri, menjadikan keluarga adalah sumber inspirasi, cahaya bagi penghuni rumah penuh cinta-Nya, serta menjalankan amanah kehidupan rumah tangga dengan sebaik baiknya. Aamiin… (Terima kasih untuk suamiku, Maruf Effendy atas segenap cinta)