Beranda BONTANG Mamakku Pulang Bersama Ramadhan…

Mamakku Pulang Bersama Ramadhan…

0

“Kapan pulang Nak?” Suara mamak dari Hp ku malam jelang tarawih pertama di rumah.

“Mak, habis Corona ya Mak, aku pulang. Gak apa y Mak…,” Jawabku disela suara azan mas Fadhil anakku dari ruang tengah hendak melaksanakan sholat Isya dan tarawih pertama.

Mamak diam tak bersuara…

“Mak sehat kah?” Tanyaku membayangkan wajah mamak yang terakhir bertemu saat aku ikut kunjungan bersama suami.

Itu pun ketika bertemu mamak, kakak ku Mba Mie, marah-marah… “Ngapain jenguk Mamak pas ada Corona, pake cium2 Mamak lagi… Sudah nanti aja ke sini kalo sudah gak ada Corona… Kasihan Mamak kalo sampai terjangkit” tegas seperti biasa suara kakak Perempuanku.

Aku diam saja waktu itu… Kalo tak mampir jenguk mamak di Samarinda, kapan lagi… Apalagi ini sudah mulai wabah Corona masuk ke Kaltim…

“Ya gitu Nak… Iya gak apa, nanti kasih kabar kalo mau pulang y…,” mamak sabar seperti biasa, menahan rindu… Membayangkan wajah mamak yang sudah menua dan renta, yang hanya bisa berbaring karena sakit tulang… Karena usia juga… Membuat hatiku, ada rasa haru… Aku belum bisa pulang lagi di bulan April itu.

Dua hari ini mamak memang sedang kambuh maq nya… Sulit makan dan sulit tidur… Dikirimin foto mamak sedang sakit terbaring waktu itu hatiku tersentak… Ingin bertemu walau sebentar, tapi bingung… aku belum bisa pulang karena masih wabah Corona…

Mamak memang drop semenjak bapak meninggal, di tahun 1998. Seolah gak punya teman lagi… Pelan-pelan mamak sakit… Biasanya memang mamak selalu melayani bapak… Semua… Dulu aku tak faham, kenapa selesai memasak mamak selalu menyisihkan makanan khusus untuk bapak. Kadang aku yang usil, suka menitil-nitil makanan bapak… biasanya mamak menegur ,”Itu makanan Bapak…” Setelah berkeluarga baru saya faham betul makna melayani suami dan mendahulukan keperluannya… Aku jadi ingat mamak…

Mamak juga suka berbagi… Lihatlah baju dilemarinya, hanya ada baju yang ia pakai sehari-hari… “Mak baju, jilbab yang aku kasih mana kok gak dipake?” Tanyaku heran lihat mamak pake baju itu-itu saja…

“Aku kasihkan…” Selalu “Aku kasihkan…” Ya, mamak memang sering membagikan apa yang ia punya, baju ato jilbab… Ia hanya menyimpan baju n jilbab yang sering ia pakai saja…

Mamak juga suka mentraktir kalo pas ia punya uang… Waktu aku kecil setiap mamak punya uang, kita diajak makan sate di daerah Pasar Pagi ato makan bakso Solo di daerah Citra Niaga… Senang sekali ya… Terbayang banget waktu itu kami makan dengan lahapnya di warung… Ditraktir mamak yang suka traktir… Mungkin mamak bahagia kalo lihat anak2nya senang makan, sama dengan kita ketika melihat anak2 kita senang makan dan sehat-sehat…

Mamak juga bapak sering pula menampung keluarga ato orang-orang dari kampungnya di Jawa, yang merantau mencari pekerjaan ke Kaltim… Padahal rumah kami kecil… Penghasilan mamak di warung dan vensiun bapak sebagai veteran RI juga tak besar, tapi mamak dan bapak luas hatinya… Menampung tak hanya 1-2 orang saja bahkan ada 4-6 orang tinggal dirumah, sampai mereka mendapat pekerjaan dan bisa mandiri baru keluar dari rumah kami… Sampe kami punya Pakde dan Bude entah dari mana asalnya juga keturunannya… Saking banyaknya yang pernah ikut tinggal dengan mamak dan bapak…

Walau mamak seperti juga ibu yang lain, rada cerewet tapi banyak yang diajarkan mamak untuk kita, untuk ketiga anak perempuannya… Kita diajarkan mandiri secara ekonomi dan belajar melayani suami dengan baik… Dengan keteladanan mamak…

Ketika kami masih sekolah dan menyelesaikan kuliah, bapak sudah tua dan tak kuat bekerja di bengkelnya… Mamak membuka warung nasi kuning dan gado-gado di rumah pinggir jalan Awang Long Samarinda.. setiap habis kuliah aku dan kakak gantian menjaga warung dan mamak istirahat… Tak pernah menyangka bahwa hal itu membuat kami terbiasa berdagang sejak kecil tanpa malu… Bahkan kuliah pun aku juga terbiasa bawa tas besar yang isinya gamis dan jilbab… Kuliah sambil jualan… Sampai disebut tukang kredit… Tapi itulah didikan mamak… Tanpa kita sadari , kita jadi bisa lebih mandiri…

Mamak memang luar biasa…

Tapi…

Pagi itu memang lain… Hatiku bergemuruh… Tak percaya… Baru semalam mamak telpon…

Tapi…

Jumat dini hari di Ramadhan pertama…

24 – 4 – 2020…

Mamak pergi dengan tenang… Setelah belasan tahun mamak sakit hanya bisa berbaring di kasurnya…

“Kapan pulang Nak?” Suara mamak dari Hp ku malam jelang tarawih pertama Ramadhan di rumah…. Itu adalah malam terakhir, telpon terakhir mamak padaku…

“Mak, habis Corona ya Mak, aku pulang. Gak apa y Mak….” Ternyata itu pun jawaban terakhirku…

Benar-benar terakhir…

Aku pulang menepati janjiku… Saat mamak sudah pulang… Wajahnya bersih, tenang, putih… Ketika dimandikan pagi itu badannya masih belum kaku…

Jumat dini hari di Ramadhan pertama… Inilah pilihan hari yang tepat untuk mamak… Yang Allah pilihkan untuk mamak… Hari yang baik, hari yang mulia… Menyusul mendiang bapak yang juga wafat di hari Jumat dini hari… InsyaAllah Husnul Khotimah… Dengan berjuta rahasia Allah… Berjuta kebaikan hati mamak… Aamiin ya Allah… Aamiin ya Rabb…

Dan aku tak mampu melukiskan bagaimana mendung dan kian gerimisnya hatiku… Sampai saat ini… Masih sering aku terdiam… Mamak kok gak telpon y, bagaimana kabarnya… Kapan Corona selesai ya, kapan suamiku dinas aku mau ikut… Aku mau jenguk mamak…

Tapi aku tersadar…

MAMAK SUDAH PERGI BERSAMA RAMADHAN…

Teriring gerimis hatiku dan doa yang tak putus untukmu Mak… Yang pergi menyusul Bapak…

Ya Allah lapangkan kubur kedua orangtua yang Sholeh yang mendidik kami dengan kemuliaan hati mereka… Berikan tempat terbaik untuk mereka… Yang sangat mengasihi kami sejak kami dalam kandungan hingga saat ini… Aamiin ya Rabb… Aamiin ya Allah…

Kenangan itu begitu melekat dalam ingatanku… Sampai kapanpun… (**)

Cerita Sejati : Muthi’ Masfu’ah, A.Md, CN NLP
(Direktur Pelaksana Harian Yayasan Rumah Kreatif Salsabila Kaltim, Penulis, Trainer dan Koordinator ABI Literasi Kaltim)

 

 

 

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version