spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Malahing, Desa Wisata di Atas Air yang Manfaatkan Energi Bersih lewat Tenaga Panel Surya Komunal

BONTANG — Malahing, desa kecil di atas laut yang berjarak 3 kilometer dari Kelurahan Bontang Kuala, Bontang. Desa tersebut hanya bisa dicapai melalui jalur laut dari pelabuhan kecil di Jembaran sekitar 15 menit menggunakan kapal kecil.

Nasir, Ketua Rukun Tetangga (RT) menceritakan dahulu Desa Malahing hanya berisikan satu pondok yang berjarak agak jauh dari Pulau Malahing. Awalnya, ia bersama kakak iparnya membangun pondok itu guna memudahkan ia pulang selepas mencari ikan.

“Di tahun 1999, saya bersama kakak ipar tinggal di Pulau Malahing sana, menumpang dengan warga di sana. Tapi kemudian karena kadang ada cuaca buruk selagi mencari ikan, kami biasa pulang malam. Jadinya tidak enak kalau terus-menerus membangunkan warga di sana,” ceritanya.

Seiring waktu berlalu, ia bersama kakak iparnya berinisiatif membangun pondok di tempat yang airnya bisa untuk melabuhkan perahu tanpa harus berjalan kaki dari pesisir pantai Pulau Malahing. Akhirnya, ia menemukan tempat yang saat ini menjadi desa wisata Malahing.

25 tahun sejak satu pondok itu berdiri, pada 2023 Desa Malahing mendapatkan Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) dari Kementerian Pariwisata. Tentunya, prestasi itu tidak diraih secara instan.

“Di tahun 2017, Desa Malahing ini sempat menjadi desa paling kumuh di Bontang. Dari situ saya berpikir bagaimana caranya menggerakkan masyarakat, minimal desa ini bisa menjadi bersih,” ungkapnya.

Upaya Nasir pun membuahkan hasil, sekarang desanya banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal dari berbagai pulau. Bahkan, sempat pula didatangi banyak orang besar seperti Andi F. Noya dan banyak lagi.

Meski begitu, masih banyak kekurangan yang dirasakan oleh Nasir. Utamanya soal air bersih dan listrik. Menariknya, justru listrik yang digunakan oleh Desa Malahing adalah tenaga panel surya komunal.

“Dimulai dari tahun kemarin (2023), kami Alhamdulillah sudah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Bontang berupa panel surya itu. Itu sangat membantu anak-anak TK dan kehidupan warga tentang pasokan listrik,” ucapnya.

Sebenarnya di 2015 bantuan panel itu sempat ada, namun rusak. Sehingga sempat Desa Malahing menggunakan genset yang berfungsi dari jam 6 sore hingga jam 11 malam, setelah itu lampu padam. Jadi kegiatan pagi sangatlah terhambat.

Panel surya yang ada di Malahing berkapasitas 30 Kilo Watt Peak (KWP) yang mampu menghidupi 74 Kepala Keluarga (KK), masjid, sekolah, balai umum, toko Malahing, rumah produksi, rumah dapur, resto terapung, WC umum, dan cottage atau penginapan.

Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi pariwisata Kalimantan Timur. Menggunakan panel surya menjadi alternatif yang ramah lingkungan. Hanya saja, keterbatasan tenaga panel surya membuat para nelayan tidak bisa membuat es batu.

“Pemerintah merencanakan menyambung langsung dari PLN. Tapi belum tahu kapan, sementara kami sudah sangat terbantu dengan panel surya tersebut,” kata Nasir.

Kabar penyambungan PLN tentu mengejutkan, sebab panel surya adalah tenaga ramah lingkungan yang mampu mengurangi emisi gas alam. Kiranya menyambung PLN bukanlah solusi alternatif daripada menaruh lebih banyak panel surya yang dapat dijadikan identitas baru bagi Desa Wisata Malahing.

Lebih daripada itu, potensi Malahing sudah diketahui berbagai wisatawan. Nasir mengaku dengan adanya IKN di Kalimantan Timur, membuat Malahing akan terus berbenah, termasuk baru-baru ini sedang mempersiapkan sertifikasi wisata snorkeling di Desa Wisata Malahing.

Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Agus S

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti