SAMARINDA – Dalam upaya meminimalisasi angka penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD), Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim) menggelar rapat terkait program vaksinasi DBD. Tujuannya adalah untuk mengendalikan kasus DBD yang hingga saat ini terus meningkat di Kaltim.
Pada bulan Agustus 2023, kasus DBD di Kaltim terus menunjukkan peningkatan. Terdata, lebih dari 3.000 warga Kaltim terjangkit DBD, dengan 15 di antaranya meninggal dunia.
Kepala Dinkes Kaltim, dr. Jaya Mualimin, menyampaikan bahwa angka ini terus bertambah. Oleh karena itu, menurutnya, perlu dilakukan pengendalian dini serta vaksinasi DBD.
“Vaksinasi ini masih kita siapkan. Masih dalam proses pemesanan dari Bio Farma. Tujuannya untuk mengurangi tingkat keparahan gejala DBD dan mencegah penyebarannya di Kaltim,” ujar dr. Jaya Mualimin.
Menurutnya, vaksinasi DBD sangat diperlukan karena kasus DBD di Kaltim tersebar hampir di 10 Kabupaten/Kota.
Dr. Jaya mengatakan bahwa pihaknya telah mengalokasikan dana sebesar Rp 9,6 miliar untuk pengadaan 20.000 vaksin DBD. Vaksin ini akan didistribusikan ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Kaltim.
“Kemungkinan kita akan mulai dari Kota Balikpapan. Hampir semua fasilitas pelayanan kesehatan di Kaltim akan kita berikan,” ungkapnya.
Mengenai pemberian vaksin, dr. Jaya menargetkan anak-anak berusia 6 hingga 14 tahun, mengingat banyaknya anak di rentang usia tersebut yang terjangkit DBD hingga meninggal.
“Sebenarnya vaksinasi ini bisa diberikan untuk semua usia hingga 45 tahun. Namun, kita akan fokuskan pada anak usia 6 hingga 14 tahun karena mereka paling rentan,” jelasnya.
Dr. Jaya menegaskan bahwa upaya pengadaan vaksin ini merupakan langkah serius Dinkes Kaltim dalam mengendalikan penyakit DBD di wilayahnya.
“Kami akan melakukan berbagai upaya. Akan ada program percontohan terkait Wolbachia yang dapat menekan penyebaran telur nyamuk. Ini masih dalam tahap perencanaan,” pungkasnya. (ADV/MK)