BONTANG – Kota Bontang yang menjadi pilot project pelepasan nyamuk berwolbachia yang dilaksanakan pada Selasa (5/9/2023), di halaman parkir perkampungan Bontang Kuala.
Untuk Kota Bontang sendiri pada tahap pertama dilaksanakan di 6 Kelurahan di Kota Bontang dengan melepas nyamuk berwolbachia setiap 1 minggu sekali.
Kepala dinas Kesehatan Kota Bontang, dr Toetoek Pribadi Ekowati mengatakan program Bawis atau Berwolbachia serentak di Kota Bontang akan dilaksanakan di kota Bontang dalam dua tahap. Tahap pertama di 6 kelurahan dan tahap ke dua di 9 kelurahan. Toetoek menambahkan akan ada 100 orang kader yang akan melaksanakan program wolbachia.
“Ada 100 orang kader yang akan mengikuti OJT dalam melaksanakan wolbachia. Dengan ini semoga DBD bisa dikendalikan di Kota Bontang,” kata dr Toetoek.
Kota Bontang ditunjuk sebagai salah satu dari 5 kota dalam implementasi nyamuk berwolbachia. “Beberapa kegiatan telah dilakukan terkait rencana implementasi wolbachia,” tambah Toetoek.
Wali Kota Bontang, Basri Rase mengatakan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan di mana Kota Bontang dijadikan pilot project yang pertama di pulau Kalimantan. Ini merupakan strategi untuk pengendalian Deman Berdarah Dengue (DBD) di Bontang.
“Kita pastikan nyamuk yang ada di Bontang ini tidak akan menimbulkan DBD lagi. Karena DBD sangat berbahaya, jadi jangan sampai ada lagi DBD di Bontang,” kata Basri Rase.
Ia mengatakan nyamuk berwolbachia akan dilepas di seluruh kelurahan di Bontang utara pada tahapan pertama. Program ini harus dijalankan dan akan dimonitor dan dilaporkan setiap bulan hingga enam bulan ke depan.
“Apakah nanti akan menurunkan angka DBD kita akan evaluasi,” kata Basri.
Mewakili Gubernur Kalimantan Timur, Jaya Mualimin mengatakan peluncuran implementasi wolbachia di Kota Bontang merupakan komitmen pemerintah dalam melawan penyakit yang telah lama mengancam masyarakat yakni DBD.
Kementerian telah memilih kota Bontang dari 5 kota di Indonesia untuk implementasi wolbachia.
“Bukan hanya inovasi, Ini merupakan harapan baru dalam upaya pemberantasan DBD yang telah berlangsung lama,” kata Jaya.
Kota Bontang yang memiliki insiden rate pada tahun 2022 sebanyak 316 dan turun sebanyak 136 hingga Agustus 2023.
“Saya yakin pemerintah telah merencanakan dengan baik. Mengajak masyarakat untuk mendukung kegiatan wolbachia di Kota Bontang,” jelasnya.
“Kota Bontang akan menjadi contoh implementasi nyamuk berwolbachia terutama di Kalimantan dan IKN,” tambahnya.
Sementara Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwo mengatakan upaya dalam pemberantasan DBD di Kota Bontang dengan pelepasan nyamuk berwolbachia di Bontang. Untuk kasus DBD sendiri, tercatat masih banyak yang meninggal bahkan anak-anak.
“Banyak yang sakit atau meninggal dari anak-anak disebabkan DBD. Untuk kasusnya sendiri dilaporkan hingga Agustus tahun ini ada 429 orang meninggal karena DBD di Indonesia,” jelas Maxi.
Maxi menambahkan strategi yang dilakukan ini sudah dilakukan di Yogyakarta dan telah dianggap berhasil. Dalam implementasinya akan ada 6 juta telur tiap minggu dilepas dan akan dievaluasi dalam dua hingga tiga bulan.
“Ini yang ke dua di launching setelah di lakukan di Kota Semarang. Jadi ketika 60 persen nyamuk berwolbachia akan menurunkan angka DBD. Apalagi sampai bisa 80 persen,” katanya. (adv)
Pewarta: Yahya Yabo
Editor: Nicha Ratnasari