spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kunjungi Monumen Pers Nasional, Tingkatkan Kapasitas dan Kapabilitas

SOLO – Jajaran Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Berau bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Berau melakukan kunjungan ke Monumen Pers Nasional pada Rabu (11/10/2023).

Rombongan berangkat dari Kabupaten Berau melalui transportasi udara sekira pukul 08.25 Wita dan tiba di Surabaya pada pukul 10.40 WIB.

Setibanya di Kota Pahlawan, rombongan langsung menuju Kota Surakarta pada pukul 11.00 WIB untuk melakukan kunjungan ke Monumen Pers Nasional.

Cuaca terik menemani perjalanan menuju Surabaya-Solo, namun tak sedikitpun menyurutkan semangat rombongan untuk mengetahui sejarah terbentuknya PWI dan Monumen Pers Nasional.

Ketika tiba di Monumen Pers Nasional, Jalan Gajah Mada, Kota Surakarta, rombongan disambut dengan hangat oleh para pengurus. Tampak senyuman hangat terpancar di wajah mereka.

Penyerahan Plakat dari Kabag Prokopim Berau, Sunarto.

Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul, Sekretaris PWI Surakarta, Asep Abdullah, Ketua DKD PWI Surakarta, Anjar Hari Wartono, Mewakili Monumen Pers Nasional, Arnain mengarahkan rombongan menuju Ruang Audio Visual.

Di dalam, para pengurus menyajikan video sejarah Gedung Monumen Pers Nasional dan sejarah terbentuknya PWI Surakarta yang diketahui merupakan PWI tertua.

BACA JUGA :  Sudah 10 Kali Dipenjara, Pelaku Curanmor Kembali Diringkus Polisi

Video pun diputar, tampak raut wajah ingin tahu rombongan Prokopim Berau dengan PWI Berau mengenai sejarah yang ada di Monumen Pers Nasional tersebut.

Banyak hal menarik di dalamnya. Mulai awal mula berdirinya Gedung Monumen Pers Nasional, Alat yang digunakan wartawan dahulu untuk memperoleh berita, sejarah Radio “Kambing”, nama-nama wartawan Jawa dahulu dan banyak hal lagi mengenai dunia pers Indonesia.

Dalam Gedung Monumen Pers Nasional, di gedung utama terdapat patung-patung wajah wartawan Jawa dahulu, Societeit Mangkunegaran dari Masa ke Masa, Cetakan Koran dahulu dan lainnya.

Selain itu, terdapat Ruang Mangkunegaran, Ruang Peresmian Monpers, Ruang Sejarah Pers Surakarta dan Ruang Pamer Sejarah Pers.

Lanjut ke lantai dua, ada Ruang Rekam Sejarah Pers, Ruang Perpustakaan, Ruang Kemala serta Ruang Digitalisasi.

Seluruh perkembangan pers dipaparkan kepada rombongan. Mulai dari awal terbitkan koran cetak hingga e-paper yang muncul di era digitalisasi seperti saat ini.

Ketua PWI Surakarta, Anas Syahirul menuturkan, perjalanan Pers di Indonesia dimulai di Solo, yang dokumentasinya masih tersimpan rapi di Monumen Pers Nasional.

BACA JUGA :  Pantau Pengendalian Karhutla, Wabup Ingatkan Pencegahan Dini Dimaksimalkan

“Pergerakan sejarah perjalanan Pers Indonesia pada tahun 1946 lahir dari tempat ini,” ungkapnya.

Anas menjelaskan, koleksi yang dimiliki Monumen Pers adalah bukti penting dari semua media yang didokumentasikan dengan rapi dan terawat di museum tersebut.

“Sampai saat ini sudah beberapa juta halaman koran yang sudah di digitalkan dari ribuan koleksi koran di Monumen Pers,” ujarnya.

Dia mengatakan, untuk penerbitan pers bisa mengirimkan bukti terbitnya ke Monumen Pers agar dapat didokumentasikan dan menambah koleksi museum.

Lanjutnya, awal mula pergerakan Pers di Indonesia ditandai dengan hadirnya wartawan dari berbagai daerah ke Solo untuk mendeklarasikan Persatuan Wartawan Indonesia.

“Bangunan ini adalah saksi sejarah dan menjadi cagar budaya. Bangunan sejak awal dirancang modern fasilitasnya seperti ada helipadnya di rooftop atas. Dulu di atap atas juga menjadi tempat semedi Pak Harmoko (Menteri Penerangan era Presiden Soeharto),” jelasnya.

Sementara, Kepala Bagian Prokopim Berau, Sunarto menyampaikan terima kasih kepada jajaran PWI Surakarta dan pengurus Monumen Pers Nasional karena berkenan menerima kunjungan PWI Berau dengan Prokopim Berau.

BACA JUGA :  Satpol PP Berau Razia Pengamen, Gelandangan dan Pengemis

“Ini adalah bentuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para Jurnalis Berau,” tuturnya.

Dirinya menerangkan, pers merupakan pilar ke-4 demokrasi yang kebebasannya dilindungi undang-undang. Sehingga sudah semestinya, insan pers menjadi media penyampaian setiap aspirasi masyarakat terhadap pemerintah, yang tentu saja diharapkan memahami tugas dan fungsinya dengan memperhatikan kode etik jurnalistik yang berlaku.

“Sehingga berita yang disajikan harus mengedepankan fakta, bukan kebohongan atau hoaks,” tegasnya.

Sunarto berharap, insan pers agar taat terhadap etik jurnalistik, yang bukan semata mengejar atensi publik dengan sajian berita yang sekadar heboh atau click bait, terutama bagi media online yang menawarkan kecepatan.

“Saya ingin kemitraan Pemkab Berau dengan seluruh media dapat terus terjalin. Besar harapan saya rekan-rekan menjadi corong informasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat,” tandasnya. (dez)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img