SAMARINDA – Mata seorang perempuan berhijab hitam menatap lurus ke tumpukan pakaian yang terhampar di terpal plastik. Ukurannya 8×12 meter berwarna hijau. Selain baju, ada pula jaket, celana, sepatu, buku, hingga makanan. Si perempuan ini seolah tak percaya. Semua yang terhampar, bisa diambil cuma-cuma.
Selain perempuan tersebut, terdapat 10 orang lain yang berjejal di sisi kanan terpal. Perempuan yang sudah paruh baya itu lalu menunduk dan mengambil satu celana panjang berwarna krim. Disusul lagi satu jaket abu-abu. Matanya tampak berbinar.
Sesudahnya, ia mendatangi seorang pria berjanggut putih. Mengucapkan terima kasih dan mendoakan agar rezeki pria itu lancar. Perempuan ini lalu beranjak dengan setelan barunya.
Minggu malam, 14 Februari 2021, viral tersiar kehadiran pasar baru di depan Jalan Juanda 7. Bertuliskan “Silahkan Ambil 100 Persen Gratis”. Di dalamnya berjejer berbagai barang. Bahkan termasuk kue kering untuk kucing.
Si penggagas, sebut saja Maman—yang bersangkutan menolak identitasnya disebutkan—yang berusia 40 tahun, sengaja menghadirkan pasar dengan konsep cuma-cuma ini. Barang-barang didapat dari donasi kerabat, teman-teman terdekat, serta mulut ke mulut. Semua dilakukan untuk berbagi kepada sesama. “Idenya itu rakyat bantu rakyat,” ucapnya, Selasa, 15 Februari 2021.
Rakyat Bantu Rakyat
Awalnya, gerakan sosial itu bermula dari sebuah keresahan. Yakni minimnya ketersediaan kebutuhan sandang dan pangan masyarakat menengah ke bawah Samarinda di tengah pandemi Covid-19. Maman lalu mengajak 10 temannya membangun Pasar Gratis Samarinda. Dimulai dari akun sosial media, membuka donasi via Instagram hingga menyebar mulut ke mulut.
Sistem penyerahan donasi dilakukan tatap muka. Barang-barang dijemput dari rumah donatur dan dikumpulkan di salah satu rumah relawan di daerah Sempaja. Selama sebulan, kurang lebih 3 bal karung pakaian berhasil dikantong dari total 30 penyumbang “Rata-rata pakaian anak-anak,” ucapnya.
Bersama Maman, ada pula seorang relawan Pasar Gratis lainnya yang masih 21 tahun, sebut saja Dodo. Ia turut serta menyiapkan perlengkapan pasar setelah barang-barang donasi dirasa cukup. Pasar pun dipersiapkan mulai Sabtu, 13 Februari 2021. Bermodal terpal, lampu, banner, hingga peralatan memasak untuk menyiapkan 50 porsi makanan gratis. Tak ketinggalan buku-buku bacaan sekolah dan kuliah bakal ikut dibagikan.
Minggu, 15 Februari, hari dibukanya pasar datang jua. Berbagai komunitas dari sudut kota Samarinda turut berkontribusi. Ada yang membawa 10 botol makanan kucing sampai menyediakan jasa mencukur rambut gratis. Dari mulai pukul 16.00 petang hingga larut malam, warga datang silih berganti. Hari itu, sekitar 40 warga yang menyambangi.
“Kami bagi-bagi, alhamdulillah makanan ludes. Buku-buku juga banyak diambil. Pakaian sisa tiga plastik kuning besar,” ucap Dodi yang juga seorang mahasiswa.
Kampanyekan Solidaritas Warga
Maman mengatakan bahwa gerakan sosial ini diharap bisa menjadi contoh solusi alternatif dari masalah ketersediaan pakaian dan makanan. Sebab, menurutnya, pemerintah melalui program bantuan sosial belum menjamin selesainya akar persoalan pangan pada masa pandemi.
“Sulit bagi kita kalau cuma bergantung. Harusnya ini bisa jadi contoh bagi pemangku kebijakan,” ucap pria berambut tipis itu.
Maman yang merupakan pekerja seni, percaya hanya ada satu kunci untuk menyelesaikan permasalahan. Yakni kesadaran untuk saling bahu-membahu dan berbagi di tengah pandemi. Dia yakin, jika solidaritas masyarakat kuat, permasalahan bisa dituntaskan.
“Saya percaya ketika semakin banyak yang berbagi, maka masyarakat menengah kebawah tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa,” ucapnya.
Ke depan, Maman akan tetap melaksanakan kegiatan pasar gratis tiap bulan. Waktu dan lokasi enggan sebutkan. Namun dipastikan menyasar daerah-daerah rawan bencana di Samarinda. “Seperti Sungai Siring dan Sempaja,” lanjutnya.
Menolak Ngartis
Seperti telah disebutkan, Maman dan Dodo bukanlah nama sebenarnya. Keduanya menolak mengungkap identitas untuk menghindari ekspos. Merupakan pendirian untuk berbagi kepada sesama dalam diam. Menurut Dodo, esensi dari berbagi lebih penting dari eksistensi. “Kami tidak seperti influencer atau artis. Berbagi, ya, berbagi saja. Tidak perlu atribut macam-macam,” sebut Dodo.
Maman juga sepakat identitas tidak perlu ditonjolkan. Yang terpenting adalah tindakan berbagi itu sendiri. “Anda tidak perlu kenal saya siapa. Selama kita bersolidaritas, kita saudara,” imbuhnya.
Gerakan Sosial
Gerakan pasar gratis yang dimotori Maman dan Dodo, menuai apresiasi dari berbagai kalangan. Menurut akademikus dari Jurusan Pembangunan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Mulawarman, Unmul, Sri Murlianti, Pasar Bebas Samarinda bisa dikategorikan gerakan sosial. Yang salah satu ciri-cirinya memiliki capaian akhir yang jelas dan partisipasi masyarakat yang luas.
“Kalau membagi-bagi saja, ya, siapa saja bisa. Tapi tidak semua gerakan partisipatif. Mendorong rakyat kecil untuk berjuang atas nasibnya sendiri,” ucap Sri.
Meski demikian, ia mengingatkan, jangan sampai akhirnya masyarakat kecil menjadi tergantung dengan pembagian barang cuma-cuma. Untuk membangun solidaritas masyarakat Samarinda, inisiator sebutnya, harus memikirkan cara agar pesan dan semangat yang dibawa tersampaikan dengan jelas kepada warga. (*)
Artikel dari kaltimkece, jaringan mediakaltim.com