spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kuburan Kopi: Sensasi Nongkrong Sembari “Wisata Masa Depan” di Samarinda

SAMARINDA – Menyeruput kopi sambil menatap kuburan mungkin jarang terlintas di benak para penikmat kopi, terutama di kota seperti Samarinda yang memiliki banyak kafe dengan konsep kekinian.

Aktivitas ngopi biasanya identik dengan pemandangan yang memanjakan mata. Namun, Kuburan Kopi justru menawarkan tempat ngopi dengan pemandangan kuburan, sesuai dengan namanya.

Berlokasi di Jalan Pasundan, Kelurahan Kampung Jawa, Samarinda, tepatnya di belakang Rumah Sakit Dirgahayu dan berseberangan dengan kuburan, tempat ini mengajak pelanggan untuk benar-benar “Berwisata Masa Depan.”

“Kuburan Kopi ini sudah berjalan selama 3 tahun, sejak masa pandemi COVID-19,” ungkap Agung, sang pemilik.

Agung, yang akrab disapa “Mbah,” sebenarnya adalah seorang musisi metal yang cukup terkenal di kalangan anak metal Kalimantan Timur. Ia bercerita bahwa awalnya sering nongkrong sambil ngopi bersama teman-temannya, hingga akhirnya ia tertarik untuk membuka tempat ngopi sendiri.

“Slogan kami adalah menatap masa depan,” ujar Mbah sambil tertawa.

Menyeruput kopi di depan kuburan memang bukan hal yang umum, apalagi tempatnya yang juga dekat dengan kamar mayat. Seorang pelanggan bahkan mengatakan bahwa “Ngopi di kuburan seakan berada di antara dua dunia, hidup dan mati.” Inilah yang membuat Kuburan Kopi begitu memikat bagi para pelanggannya.

Di saat kafe-kafe lain berlomba dengan konsep ala Eropa, Kuburan Kopi hadir sebagai antitesis dari semuanya. Tidak banyak kafe yang menawarkan pengalaman berbeda, terutama yang berkaitan dengan kematian.

Meski berada dekat dengan kuburan, suasananya tidak seseram yang dibayangkan. Keadaan Kampung Jawa memang ramai, sehingga tetap ada orang-orang yang berlalu-lalang meski sudah tengah malam.

Buka sejak pukul 1 siang hingga 12 malam, menu di Kuburan Kopi tergolong cukup murah. Kopi, kopi susu, milo, jahe, dan teh dibanderol dengan harga antara 5 ribu hingga 10 ribu rupiah. Tidak heran jika banyak mahasiswa yang menikmati secangkir kopi di sana.

“Kopi di sini kan kopi saring, ya kami juga tidak ingin yang terlalu mahal, maunya cukup sederhana saja. Tapi kalau mau, bisa request,” kata vokalis band Engorging tersebut.

Wisata Masa Depan dalam Secangkir Kopi

Menikmati sore di Kuburan Kopi adalah momen yang paling menyenangkan. Selain karena banyak warga yang berlalu-lalang, angin sepoi-sepoi terasa segar menerpa. Tak jarang ada keluarga yang datang menaburi kubur dengan bunga-bunga.

Pemandangan seperti itu disuguhkan tanpa ada rasa seram sedikit pun, bahkan ketika ada ambulans yang menjemput jenazah di kamar mayat Rumah Sakit Dirgahayu. Rasa seram itu sirna karena keramaian dan canda-tawa dari para pelanggan Kuburan Kopi.

Rasa kopi yang tersaji tidak kalah dengan kafe-kafe modern. Biji kopi robusta saring yang dibeli dari kenalan “Mbah” terasa kuat, sedikit asam, dan sedikit manis. Lebih enak lagi jika mencoba es kopi hitam, ada tambahan rasa segar saat menyeruputnya.

Tidak ada speaker dengan musik-musik keras, meski Mbah adalah musisi metal. Musik hadir melalui permainan gitar bagi pelanggan yang datang. Tenang dan khidmat, begitulah suasana ngopi di kuburan terasa.

“Di sini sudah biasa anak-anak main gitar sendiri, kadang juga nyanyi bareng. Semua bisa saling tegur sapa kalau sudah ngopi di sini,” jelas Mbah.

Pengalaman menatap kuburan sembari menyeruput kopi membawa kita kepada “Wisata Masa Depan.” Bahwa suatu hari nanti, kita pun akan sama dengan yang berada di bawah tanah sana.

“Kita ini kan nanti juga akan mati, tidak ada salahnya untuk menikmati hidup sejenak dengan secangkir kopi di sini. Bisa jadi malah jadi pengingat,” lanjutnya.

Terlepas dari itu, menikmati kopi di seberang kuburan tentu bukan hal lumrah. Namun, tempat ini memberikan sesuatu yang berbeda bagi mereka yang bosan dengan suasana kafe yang begitu-begitu saja.

Dengan kopi yang murah meriah, tempat yang sederhana, serta pelanggan yang ramah, Kuburan Kopi bisa menjadi salah satu alternatif menarik bagi penikmat kopi di Samarinda, sembari mungkin juga ingin berwisata masa depan. (Km)

Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Agus S

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti