BONTANG – Korban pelecehan yang dilakukan oleh pemimpin pondok pesantren di Kota Bontang kini tengah mendapat pendampingan psikologis. Kepada dinas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB), Bahauddin mengatakan bahwa kejadian tersebut dapat meninggalkan trauma.
Baha mengatakan pendampingan tidak dapat dilakukan hanya sesekali, namun harus konsisten berkelanjutan karena penyembuhan psikologi tidaklah instan.
“Kami pelajari tingkah lakunya, cara berinteraksinya bagaimana. Jadi kami tahu penanganannya,” jelasnya saat ditemui, Minggu (28/1/2024)
Pendampingan ini dilakukan langsung oleh UPT. Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) secara berkala sampai korban sudah bisa kembali berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat seperti sebelumnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa fenomena ini harus menjadi pembelajaran kepada masyarakat bahwa sebagai perempuan kita harus bisa menjaga diri dari hal-hal tersebut.
“Kami akan memberi pembekalan kepada masyarakat, jika sulit untuk mencegah maka kita ajari anak kita untuk melakukan perlindungan diri,” tambahnya.
Ia merasa sedih ketika banyak masyarakat yang masih saja menganggap bahwa pelecahan maupun KDRT dinilai sebagai aib. Padahal Kota Bontang sendiri telah memberikan fasilitas untuk menangkal hal-hal tersebut.
“Kami akan ada satgas di kelurahan-kelurahan terkait hal ini, jadi fenomena gunung es ini dapat muncul semua,” katanya.
Penulis: Syakurah
Editor: Nicha R