spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Komunikasi dan Budaya Dalam Era New Normal

Sejak kasus dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang berasal dari Depok di diagnosa positif terjangkit virus COVID-19 pada 2020 lalu, warga Indonesia mau tidak mau harus melakukan perubahan dalam aktivitas sehari-harinya.

Mulai dari kebiasaan hingga etika ketika berada dalam ruang publik. Tanpa kita sadari juga, COVID-19 telah mengubah budaya hingga cara berkomunikasi masyarakat khususnya di Indonesia.

Hingga saat ini tercatat kasus positif COVID-19 di Indonesia telah menyentuh angka 4,26 juta jiwa (sumber : covid19.go.id) dimana juga sempat menjadi negara yang memiliki positivity rate tertinggi di dunia pada Juli lalu.

Namun berdasarkan data perkembangan beberapa bulan terakhir, Indonesia berhasil menghambat persebaran dengan positivity rate harian yang kian menurun sejak pandemik melanda pada 2020 silam.

Hal ini tentu saja merupakan kabar baik bagi seluruh warga Indonesia. Walaupun demikian, sedikit sulit untuk dikatakan bahwa keadaan akan kembali normal seperti saat sebelum COVID-19. Sebab sudah terlalu banyak perubahan yang terjadi, yang menyebabkan masyarakat terlanjur untuk beradaptasi.

BACA JUGA :  Mulai Bekerja di Kantor,  Berikut Tips Menghadapi WFO dengan Aman!

Kita semua mengetahui secara tidak langsung bahwa COVID-19 telah menggeser pola komunikasi, kita tahu bahwa kebudayaan berkaitan dengan persepsi yang kemudian memengaruhi interaksi kita dengan sesama.

Kita sadar bahwa manusia itu merupakan mahkluk sosial, sehingga tidak mungkin apabila manusia dipaksa untuk tidak berkomunikasi. Oleh karena komunikasi yang sebelumnya dilakukan secara tatap muka, karena kondisi saat ini harus berubah menjadi virtual.

Tentu saja hal ini juga membuat kita harus turut meningkatkan penggunaan teknologi dalam kehidupan, yang mana hal ini sebenarnya memberikan dampak positif dan banyak kemungkinan-kemungkinan baru. Hal ini didukung dengan terdapatnya berbagai media dan platform vitual seperti Zoom, Skype dan sebagainya.

Penggunaan teknologi dalam berkomunikasi menjadi langkah baru bagi seluruh masyarakat agar dapat terus produktif di masa pandemi ini. Di mana hal ini membuat setiap individu mau tidak mau harus dapat menguasai berbagai macam terobosan hasil teknologi pada saat ini sehingga dapat berkomunikasi.

Kemudian, pergeseran akibat pandemi COVID-19 tidak hanya terjadi dilingkup komunikasi saja namun juga terhadap kebiasaan dan etika masyarakat di ruang publik dimana terdapat komunikasi multikultural secara tidak langsung didalamnya.

BACA JUGA :  Gaya Baru Festival Makanan Bakal Disajikan di Samarinda Food Week

Dalam suatu ruang publik dimana masing-masing individu memiliki kultur dan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda, tentunya akan terjadi proses komunikasi didalamnya. Yang kemudian komunikasi tersebut dilakukan agar terjadinya rasa memahami dan pengertian terhadap satu sama lain. Sehingga dapat memecahkan masalah demi kebaikan bersama.

Sebagai contoh ketika melihat seseorang tidak menggunakan masker di ruang publik, kita tentu saja akan menegur orang tersebut. Kemudian jika sedang berada di rumah ibadah, menawarkan hand sanitizer kepada orang disamping. Lalu yang sebelumnya dalam bersalaman dengan berjabat tangan, sekarang menggunakan salam Namaste. (**)

Oleh: Roger Defry Kang, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
Html code here! Replace this with any non empty raw html code and that's it.