BONTANG – Banyak cara yang dapat dilakukan agar anak-anak gemar membaca. Salah satunya adalah dengan menyajikan bahan bacaan berupa komik. Komik tidak hanya berisi fiksi hiburan, tetapi juga dapat memuat unsur pendidikan yang dikemas dengan cerita menarik dan visual yang memikat, sehingga meningkatkan minat anak-anak untuk membaca.
Komik pendidikan menyampaikan pesan moral serta mengajarkan nilai-nilai penting, seperti persahabatan, kejujuran, keberanian, kerja sama, dan perilaku terpuji. Dengan membaca komik, anak-anak dapat belajar dari contoh positif yang diberikan oleh karakter dalam cerita dan memahami konsekuensi dari tindakan yang dilakukan.
Menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak usia dini merupakan hal yang sangat baik, dan media komik pendidikan menjadi sarana yang tepat untuk mencapai tujuan ini.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah mengadakan berbagai lomba untuk melestarikan budaya menulis, termasuk menggali budaya lokal di setiap daerah. Salah satu lomba yang diselenggarakan adalah Gerakan Literasi Nasional Komik. Dari 116 peserta, salah satu naskah terpilih untuk dibukukan adalah karya Yattini, yang menggunakan nama pena Muthi’ Masfu’ah, dengan judul Fatih, Amplang, dan Pesta Erau Pelas Benua.
Buku yang saat ini masih dalam proses penyuntingan, dijadwalkan akan diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pada November mendatang. Buku ini mengangkat cerita lokal dari daerah Bontang, Kalimantan Timur, dengan harapan dapat mendorong anak-anak usia dini dan sekolah dasar untuk mencintai dan melestarikan budaya lokal.
Sinopsis Naskah Fatih, Amplang, dan Pesta Erau Belas Benua
Sinopsis karya Muthi’ Masfu’ah yang mengangkat kearifan lokal Bontang seperti diuraikan di bawah ini, semoga dapat memberikan nilai kebaikan dalam pelestarian budaya kita.
Fatih adalah seorang anak dari kampung nelayan Bontang Kuala. Ia lahir dan dibesarkan di kampung nelayan tersebut. Ayah Fatih merupakan produsen makanan khas Bontang, yaitu amplang, sejenis kerupuk yang terbuat dari daging ikan tenggiri dan berbentuk bulat panjang. Amplang produksi ayah Fatih terkenal karena kelezatannya.
Saat liburan tiba, keluarga sahabat mereka datang berkunjung ke Bontang Kuala. Toni, salah satu anak dari keluarga tersebut, berlibur ke sana. Fatih, yang merupakan anak tunggal, sangat berbahagia karena kedatangan Toni memberinya teman bermain. Mereka berencana untuk menikmati liburan sekaligus berjualan amplang. Apalagi, liburan kali ini bertepatan dengan pesta rakyat Erau Bontang.
Mereka telah merencanakan untuk menjual amplang di pesta rakyat tersebut. Fatih dan Toni dengan penuh semangat membantu ayah Fatih dalam proses pembuatan amplang. Toni sangat bahagia karena ini merupakan pengalaman pertamanya membuat amplang, dan ayah Fatih dengan sabar mengajarinya.
Ketika pesta rakyat Erau Bontang tiba, Fatih dan Toni bersiap menjual amplang. Suasana perayaan sangat meriah, dan amplang yang mereka jual laris manis karena terkenal lezat. Namun, tiba-tiba, Toni basah kuyup karena diguyur air. Ia pun panik, namun amplang yang dijualnya aman karena sudah dibungkus plastik tebal.
Toni yang awalnya ingin menangis karena basah, akhirnya tertawa setelah mengetahui bahwa di pesta rakyat Erau Bontang terdapat tradisi Belimbur, yakni ritual saling siram air sebagai bagian dari rangkaian acara. Fatih tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Toni yang pucat pasi.
Setelah puas berjualan, mereka pulang dengan hati gembira, dan keranjang amplang mereka pun kosong karena semuanya telah terjual habis.(MK)
Editor: Agus S