BONTANG – Klinik Laktasi RSUD Taman Husada Bontang akan kembali dibuka setelah sempat vakum beberapa waktu lalu. Ini dilakukan untuk memberikan pelayanan laktasi kepada ibu dan bayi.
Konselor menyusui RSUD Taman Husada Bontang, dr Siti Aisyatur Ridha mengatakan Klinik Laktasi sebelumnya telah dibuka sekitar Agustus 2019 namun karena pandemi Covid-19 dan keterbatasan ruang, klinik ditutup sementara. Kini Klinik Laktasi rencananya akan kembali dibuka pada awal Desember mendatang.
Ia mengatakan dengan mengaktifkan kembali layanan Klinik Laktasi, maka dijadikan sebagai agenda mewujudkan misi rumah sakit untuk menjadi rumah sakit sayang ibu dan bayi (RSSIB).
“Sehubungan dengan dibukanya kembali layanan laktasi sebagai bagian dari misi rumah sakit sayang ibu dan bayi. Akan dibuka pada awal Desember. Pasien bisa mendaftar misalnya ibu yang baru melahirkan dengan membawa surat kontrol,” jelasnya.
Dr Ridha mengatakan SDM di Klinik Laktasi telah memiliki sertifikasi dalam pelayanan laktasi dengan memiliki sertifikat pelatihan 40 jam laktasi yang telah diadakan Perinasia.
“Kami sudah ada sertifikasi laktasi sebagai konselor menyusui. Kami bisa bantu bagi ibu-ibu yang mengalami permasalahan dalam proses menyusui. Karena ada beberapa permasalahan bagi ibu dan bayi seperti kesalahan dalam memosisikan bayi saat menyusui atau masalah lainnya itu yang akan kita bantu sebagai konselor,” katanya kepada Mediakaltim.com saat ditemui.
Selanjutnya, dr Ridha mengatakan dalam proses laktasi atau menyusui dari ibu kepada anaknya memiliki banyak kasus pada saat setelah melahirkan di antaranya ASI tidak keluar, jumlah ASI sedikit hingga bayi menolak menyusui.
“Banyak kendala pada ibu setelah melahirkan. Untuk itu dengan membuka klinik laktasi sebagai solusi dari permasalahan ibu dan bayi. Penanganannya pun dengan cara menggali permasalahan yang dialami ibu dan bayi lalu mencari solusinya. Perlu disampaikan pada ibu misalnya kecemasan, rasa sakit, panik adalah hal-hal yang dapat menurunkan produksi ASI. Dalam proses menyusui butuh juga dukungan dari keluarga seperti dukungan suami dan orang tua,” jelasnya.
Ia mengtakan di klinik laktasi juga diberikan pemahaman ibu bayi dalam hal seputar menyusui.
“Beberapa kasus berbeda-beda pada ibu dan bayi. Ada yang ibu baru anak pertama, ada pula yang pernah mengalami gagal ASI eksklusif pada anak sebelumnya. Idealnya pemberian ASI di awal itu ASI eksklusif selama enam bulan, kemudian dilanjutkan ASI dengan makanan pendamping sampai dua tahun. Saat sesi konseling kami juga mengevaluasi dan memberi masukan dengan cara melihat praktik si ibu saat menyusui,” ungkapnya.
Sementara untuk jumlah SDM yang ada di klinik laktasi ada satu dokter konselor menyusui dan satu bidan pada klinik laktasi. Tersedia pula alat peraga yang memudahkan praktek menyusui pada ibu yang datang berkonsultasi.
“Masyarakat Bontang dapat terlayani dengan baik. Jangan sungkan untuk berkonsultasi pada klinik laktasi. Karena proses menyusui sangat sederhana namun memiliki efek jangka panjang demi kesehatan bayi. Kami hadir untuk memberikan edukasi, motivasi dan dukungan pelayanan ibu dan bayi terutama pada ibu menyusui. Inipun bagian dari dukungan pada program pemerintah untuk mencegah stunting, karena pemberian ASI merupakan bagian dari progam tersebut,” pungkasnya. (adv/yah)
Penulis: Yahya Yabo
Editor: Nicha Ratnasari