spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Merana Sungai Ampal, Dulu Tempat Favorit Memancing, Kini Terkepung Pertokoan 

Perahu-perahu berbahan kayu hilir-mudik di Sungai Ampal. Para nelayan Bugis yang menakhodai kapal kecil tersebut memburu ikan sedari hulu sungai hingga pesisir Teluk Balikpapan. Biasanya, hasil tangkapan tersebut mereka jual kepada warga sekitar. Aliran sungai ini, 70 tahun lampau, adalah satu dari antara tempat favorit para nelayan Balikpapan.

Banyaknya nelayan di Sungai Ampal pada 1950 sampai 1970 menyebabkan kawasan ini makin ramai. Membelah Kota Balikpapan, Sungai Ampal juga menampung aktivitas perdagangan warga. Sebuah kebun binatang disebut pernah berdiri dekat badan sungai. Sementara itu, bagian hulu Sungai Ampal masih berupa hutan bakau.

Kisah Sungai Ampal mulai berubah kira-kira tiga dasawarsa silam. Tak pasti kapan persisnya, satu per satu bangunan baik rumah maupun toko, berdiri di daerah aliran Sungai Ampal. Detak nadi sungai pelan-pelan melemah. Ia meluap ketika hujan, kering-kerontang manakala kemarau.

“Memasuki 1980-an, pembangunan mulai masif di Sungai Ampal. Rumah-rumah toko berjejer di kawasan Dam (Damai). Banjir mulai melanda di Dam,” demikian Akhmad Ryan Pratama, dosen Program Studi Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember. Ketika mahasiswa, Ryan menyusun tugas akhir berjudul Industri Minyak di Balikpapan dalam Lintasan Kekuasaan 1900-1966. Ia sempat menulis Sungai Ampal tempo doeloe dalam skripsi tersebut.

Sumber primer kisah Sungai Ampal adalah hasil wawancara Ryan terhadap wartawan senior Sinar Harapan yang bertugas di Balikpapan, Sofyan Asnawi (almarhum), pada 2012. Ryan mengatakan, banjir di DAS Ampal semakin parah ketika mal, apartemen, dan hotel, dibangun persis di samping muara sungai di Klandasan. Hutan bakau sebagai pengendali alami banjir akhirnya lenyap.

“Sampai-sampai, kebun binatang di Dam itu dipindah karena sering terendam,” sambung akademikus yang menyusun tesis berjudul Eksploitasi Hutan di Kalimantan Timur pada Masa Orde Baru 1967-1998 tersebut.

Adapun mengenai sumber informasinya, Ryan berkali-kali menyampaikan, seluruh pernyataan Sofyan Asnawai ihwal sejarah Sungai Ampal belum diverifikasi. “Memang, kebenarannya tak bisa dipertanggungjawabkan,” terang peraih Magister Ilmu Sejarah dari Universitas Gadjah Mada tersebut.

Badan Sungai Ampal tidak sepanjang kisahnya. Sungai ini hanya memiliki panjang 4,69 kilometer, cukup pendek untuk sebuah sungai di Kalimantan. Adapun DAS  Ampal seluas 2.527 hektare yang berhulu di Sumber Rejo dan berhilir di Klandasan. Menurut desain perencanaan besarnya, sungai ini setidaknya perlu dilengkapi 13 bangunan  pengendali banjir. Akan tetapi, sampai 2017,  DAS Ampal baru memiliki  tiga bendali.

Hasil penelitian Rossana Margaret Kadar Yanti dkk bertitel Analisa Fungsi dan Pengaruh Bangunan Pengendali Banjir DAS Ampal Kota Balikpapan (2017) menggambarkan kondisi banjir di sungai. Debit air puncak ketika banjir di Sungai Ampal yang dilengkapi tiga bendali (eksisting) pada 2017 sebesar 170,40 meter kubik per detik. Sementara itu, jika 13 bendali telah dibangun sesuai rencana, debet air berkurang menjadi 83,80 meter kubik per detik.

Banjir yang diduga disebabkan pembangunan selaras dengan pendapat Abdi Suprayitno. Geolog dari Jurusan Teknik Perminyakan, Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi,

Balikpapan, tersebut, bilang bahwa kondisi Sungai Ampal diperparah daratan tinggi atau perbukitan. Sisa-sisa material pembangunan di perbukitan seperti pasir dan semen, kata Abdi, terbawa ke dataran rendah ketika hujan.

“Material-material itu akan menutup permukaan tanah sehingga tanah sukar menyerap air,” jelas Abdi dalam wawancara.

Limbah rumah tangga yang dibuang ke drainase, sungai, dan laut, turut memperburuk banjir. Abdi mengatakan, saluran-saluran air di Balikpapan sudah tidak memadai. Dari argumentasi itu, Abdi mengingatkan warga tidak membuang sampah di sembarang tempat.

“Pemerintah juga harus melebarkan dan menambah lagi saluran-saluran air,” terangnya. Pemkot Balikpapan telah menggandeng Tim Ahli Bangunan dan Gedung (TABG) Balikpapan. Senin pagi, 30 Agustus 2021, TABG bertemu dengan sejumlah pejabat di kantor pemkot. Ketua TABG Balikpapan, Benny Dhanio, mengatakan, perintah mengatasi banjir datang dari Wali Kota Balikpapan, Rahmad Masud.“Wali Kota minta tolong dicarikan jalan keluar mengatasi banjir,” jelas Benny selepas pertemuan.

Ada sejumlah solusi yang akan dikerjakan TABG. Pertama, menyiapkan pompa air berkapasitas tinggi. Usulan ini hanya solusi sementara. Solusi jangka menengahnya, membangun bozem dan memperluas drainase. Untuk jangka panjang, mendisiplinkan tata ruang.

“Contohnya, mendisiplinkan bukit yang mulai ramai dijadikan permukiman oleh warga. Ini agar tidak menimbulkan erosi di kemudian hari,” akunya.

Benny mengaku, solusi yang jangka panjang itu tidak mudah dijalankan. Masalahnya, sudah banyak pemukiman permanen di perbukitan. Meski demikian, dia meyakini, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. “Memang, nasi sudah jadi bubur. Sekarang tinggal bagaimana mengolah bubur itu menjadi enak. Misalnya diberi garam, gula dan bumbu yang lain,” ucapnya, bertamsil.

Dinas Pekerjaan Umum Balikpapan juga berencana menormalisasi atau mengeruk sedimen-sedimen di Sungai Ampal. Normalisasi diyakini bisa mengurangi banjir. Selain itu, Dinas PU akan meninggikan permukaan Jalan MT Haryono dan menambah gorong-gorong di kawasan Global Sport.

“Rencana, anggarannya sudah kami masukan dalam perubahan APBD Balikpapan 2021. Diperkirakan, akhir tahun ini atau awal 2022 sudah bisa dikerjakan,” kata Kepala Dinas PU Balikpapan, Andi Yusri Ramli, dalam wawancara terdahulu. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti