Beranda BONTANG Kisah Dibalik Terapi Plasma Konvalesen: Saling Membantu dan Terbantu

Kisah Dibalik Terapi Plasma Konvalesen: Saling Membantu dan Terbantu

0
Dua narasumber berstatus penyintas Covid-19, dihadirkan dalam program Podcast “Meja Tamu”, Jumat (3/9/2021)

Terapi plasma konvalesen kini banyak dibutuhkan pasien Covid-19. Terapi ini terbukti sudah berhasil membantu banyak pasien yang masih berjuang untuk sembuh. Lantas, bagaimana kisah pendonor dan penerima terapi plasma ini ?

Dua narasumber berstatus penyintas Covid-19, dihadirkan dalam program Podcast “Meja Tamu” alias Mediakaltim.com dan radioPrajatv yang tayang di kanal YouTube Praja TV Bontang, Jumat (3/9/2021). Program kerjasama antara mediakaltim.com bersama Radio Praja TV, serta didukung Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bontang.

Kedua narasumber itu yakni Ashar pendonor darah konvalesen secara rutin, serta Yuni Choirunnisak, penerima terapi plasma konvalesen. Ashar tercatat sejauh ini sudah mendonorkan plasma darahnya sebanyak 4 kali.

Pria yang juga Humas Palang Merah Indonesia (PMI) Bontang itu mengungkapkan, sebelum terpapar Covid-19, Ashar sudah lebih dahulu tercatat sebagai pendonor darah aktif. Sehingga begit dinyatakan sembuh, dia tak takut membantu pasien yang membutuhkan plasma darahnya.

Justru yang ada dibenak Ashar adalah ingin membantu sesama, sebab dia tahu betapa tidak nikmatnya terpapar Covid-19. “Salah satu syaratnya pendonor harus pernah bergejala, minimal demam. Umumnya kalau OTG (Orang Tanpa Gejala) tidak bisa mendonorkan sebab titer antobodinya tidak cukup,” bebernya.

Tak puas hanya mendonorkan sekali, Ashar mengaku terinspirasi kisah seseorang yang sudah mendonorkan plasma konvalesen hingga sepuluh kali. Kisah itu dia baca di salah satu media online.

Sehingga hal itu menjadi motivasi bagi dia untuk mendonorkan darah plasma berkali-kali, selama memenuhi persyaratan. “Setelah donor (plasma konvalesen) kondisi tubuh harus tetap dijaga. Pola makan diatur, minum airnya lebih diperbanyak, dan tidur yang cukup. Sebab jika tidak dijaga, titer antibodinya justru akan semakin menurun,” bebernya.

Sebagai penerima donor plasma, Yuni Choirunnisak yang saat itu terbaring lemas di rumah sakit, perlahan merasa semakin membaik. Saat masih terpapar, Yuni mengaku sempat mengalami berbagai gejala seperti batuk, pilek, demam, sesak, mual dan muntah, dan radang. Namun perlahan mulai menghilang dan dinyatakan sehat.

Awalnya, sambung Yuni, plasma darah ditujukan untuk pasien lain. Namun karena dari jenis plasma darah itu tidak ada yang cocok dengan darah pasien tadi meskipun golongan darah sama, sehingga stok plasma dialihkan kepada Yuni. Dan setelah dicek, rupanya darah tersebut cocok dengan darah yang ada di tubuhnya. “Pesan saya, terus semangat terus para pendonor. Sebab mereka adalah pahlawan. Tetaplah donor selagi masih bisa,” pesannya. (bms)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version