Beranda BONTANG Kerisologi: Pengetahuan Perkerisan secara Ilmiah (4)

Kerisologi: Pengetahuan Perkerisan secara Ilmiah (4)

0
Begawan Ciptaning Mintaraga

IV. Dosen dan Staf Pengajar

Tidaklah sulit untuk mencari dosen dan staf pengajar di Jurusan Kerisologi, yaitu melibatkan Kolektor dan Pelestari Keris di seluruh pelosok tanah air. Meskipun tidak ada satupun yang memiliki Pendidikan formal tentang keris, sebab semua melalui proses mencari ilmu sendiri, rajin bertanya kepada sesepuh, rajin menghadiri acara Sarasehan Keris, rajin menghadiri acara Pameran Keris, rajin melihat karya di Museum Keris dan rajin mendatangi besalen-besalen tempat mpu pengrajin bekerja. Sama halnya dosen sekolah music, yang tidak pernah mendapat Pendidikan formal di music tapi mahir memainkan music.

Penulis mengenal sosok Basuki Teguh Yuwono di Bali karena berinteraksi di Bengkel Warangka Dana Keris, Neka Art Museum dan Pameran Tumpek Landep di Museum Bali. Ketika masuk di ISI Surakarta Basuki masuk jurusan Seni Kriya dan rajin melakukan eksperimen baik dalam pembuatan gamelan dan keris. Riset Basuki tentang pasir besi yang digunakan untuk keris di Jawa dan Bali menjadikan ilmu perkerisan semakin mumpuni. Atas kecemerlangannya, lalu Basuki ditarik menjadi dosen di ISI Surakarta. Telah banyak buku-buku yang telah diterbitkan oleh Basuki, sehingga memperkaya literatur perkerisan di Indonesia. Basuki juga telah mendirikan Museum Brojobuwono di Karanganyar, Jawa Tengah.

Basuki sebagai akademisi juga mengalami kendala dalam pembelajaran ilmu perkerisan kepada generasi muda, antara lain:

Pertama, telah terjadi pendangkalan makna dan pergeseran pemahaman masyarakat terhadap dunia perkerisan, sehingga budaya keris seolah-olah tidak menarik bagi masyarakat si zaman sekarang.

Kedua, keris tergolong kebutuhan integrative bukan kebutuhan pokok sedangkan tata busana modern sudah tidak perlu lagi menghadirkan keris.

Ketiga, keris awal mulanya diciptakan sebagai budaya kelas atas karena berhubungan dengan keraton. Kemudian masyarakat biasa juga punya keinginan untuk memilikinya, namun dalam seni tradisi masyarakat memahami hanya sepotong-sepotong.

Mereka menganggap bahwa tradisi harus dibawa ke masa lalu, sedangkan modernitas berkaitan dengan masa kini. Padahal keris sangat adaptif dengan perkembangan teknologi masa kini. Bagi Basuki, selama tidak meninggalkan makna dan nilai keberadaan teknologi harus dimanfaatkan secara maksimal sehingga dunia perkerisan dapat ikut serta berbaur didalamnya. Keris kontemporer karya-karya Basuki telah disimpan oleh kolektor dalam negeri bahkan ada pula pesanan dari luar negeri, menunjukkan bahwa skill, knowledge dan attitude-nya sudah sesuai dengan bidangnya.

Sementara itu MM Hidayat dalam tulisan-tulisannya di majalah Pamor seringkali membabar Keris baik berdasarkan jumlah luk maupun nama dhapur. Kajiannya sangat renyah, mudah dicerna dan informatif. Makna filosofis tentang keseimbangan alam, sehingga terhindari dari musibah dan bencana seringkali disampaikan dalam narasinya. Ia juga selalu woro-woro untuk bersama-sama mengabarkan dan berjuang demi kebaikan demi terjaganya keseimbangan alam. Pengetahuan yang luas dan terbuka untuk diajak diskusi membuat rumahnya seringkali dijadikan tempat bertanya. Bahkan beberapa mahasiswa pernah melakukan penelitian di rumahnya, iapun dengan sabar membimbing mahasiswa tersebut. Saat ini Hidayat menjabat sebagai Ketua Harian Senopati Nusantara yang siap setiap saat untuk dijadikan tempat untuk ngangsu kaweruh dibidang tosan aji.

Pada tanggal 8 Februari 2008 di Solo pernah dilakukan Simposium Kerisologi yang diprakarsai oleh ISI Surakarta dan Puslitbang Depbudpar dihadiri oleh paguyuban-paguyuban pelestari keris Nusantara. Salah satu pembicaranya adalah Fery Febrianto yang saat ini menjabat Dewan Direksi di PT Hutama Karya. Penulis pernah diskusi tentang perkerisan dengannya di Jakarta, memang pemahamannya sangat dalam dan luas, sehingga layak apabila dijadikan sebagai dosen terbang atau dosen virtual mengingat kesibukannya sebagai pejabat BUMN.

Mahasiswa yang akan praktik membuat keris dapat langsung datang ke besalen-besalen di Indonesia, apabila ingin mendapatkan sensasi yang luar biasa maka Aeng Tong-tong dan Palongan di Maduralah tempatnya. Namun apabila ingin mendalami proses pembuatan keris disertai dengan ritual khas Jawa dapat ke Besalen Mpu Sungkowo di Jogja, Mpu Fanani di Malang, Pande Ketut Margita di Tabanan, mpu Heru Susilarto di Muntilan dan masih banyak lagi.

Intinya teori untuk membuat literatur berkaitan dengan mata kuliah diatas sudah tersedia bahannya, tinggal dibuat tim khusus yang bekerja bersama untuk merealisasikan wujudnya sehingga dapat dijadikan rujukan di berbagai tempat. Sepanjang ada niatan ke-arah sana, maka mewujudkan literatur dan bahan ajar tentang Jurusan Kerisologi adalah pekerjaan yang dapat dikatakan tidak mustahil.

Apabila semua literatur mata kuliah tersebut diterbitkan dan dijual secara bebas di toko-toko buku, maka Kaweruh Padhuwungan akan dengan mudah dipelajari baik oleh mahasiswa maupun masyarakat umum. Sehingga ketika budaya asing masuk ke Indonesia, kita dengan mudah menangkalnya karena kita punya rujukan yang pasti dan ilmiah. Namun bila literatur sulit ditemukan, maka dengan mudah budaya asing masuk ke Indonesia lalu menggantikan budaya yang lebih dahulu ada. Yang perlu diingat, orang asing dengan mudah mempelajari Kaweruh Padhuwungan. Malaysia dan Singapura telah berbangga dengan keris Bugisnya, lalu apakah kita hanya sekedar jengkel ketika karya budaya warisan nenek moyang ini kelak hanya tinggal cerita belaka.

Kamardikan Award yaitu ajang penghargaan kepada keris era baru dan desain baru harus sering diselenggarakan, sehingga melalui ajang ini akan tercipta dhapur-dhapur baru yang luar biasa. Dan yang paling penting dari kegiatan tersebut adalah inventarisir atas dhapur-dhapur baru tersebut, diberi nama dan diumumkan sehingga dikenal oleh seluruh pelestari keris di seluruh Nusantara bahkan dunia. Melestarikan juga harus mencipta. Salam Budaya (Habis)

Ditulis oleh: Begawan Ciptaning Mintaraga
Bidang Edukasi Senapati Nusantara (Anggota Dewan Pembina Panji Beber Kota Bontang)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version