TANJUNG REDEB – Naiknya tarif parkir di Pasar Sanggam Adji Dilayas (PSAD) menimbulkan gejolak di masyarakat. Namun, kenaikan tersebut diterapkan untuk menutupi kekurangan setoran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi pasar selama ini.
Kepala Bidang Sarana Perdagangan Diskoperindag Berau, Abdurrachim menuturkan, biaya operasional PSAD dalam setahun mencapai Rp 7 miliar. Sedangkan, pemasukan hanya sekisar Rp 1 miliar.
“Jadi dengan angka tersebut, tentu pemasukan dan pengeluaran berbanding jauh. Kami masih menombok ke Pemkab Berau sekitar Rp 6 miliar,” ungkapnya, Rabu (17/1/2024).
“Itulah mengapa diusulkan lagi kenaikan tarif, agar bisa menutupi sekaligus meningkatkan PAD,” sambungnya.
Dijelaskannya, sejak PSAD terbangun, belum pernah ada kenaikan tarif parkir. Padahal salah satu PAD utama pasar adalah tarif parkir tersebut. Sehingga, pada 2022 lalu usulan kenaikan untuk genjot PAD disampaikan.
“Kenaikan tarif ini sudah diusulkan dan dibahas sejak 2022 lalu dengan DPRD Berau, dan Perdanya baru disahkan 2023 kemarin. Sehingga berlakunya mulai 4 Januari. Dan usulan kenaikan ini bukan hanya Diskoperindag, tapi OPD lainnya juga mengusulkan hal serupa,” terangnya.
Lebih lanjut, kenaikan retribusi pasar hanya untuk tarif parkir saja. Sedangkan untuk pasar subuh dan tempat penyimpanan barang disebut Abdurrachim bukan mengalami kenaikan, melainkan dikembalikan ke tarif semula.
“Sebelumnya pada 2016 sempat turun hingga 50 persen karena kebijakan bupati, lantaran kondisi akses jalan ke PSAD yakni Jembatan Bedungun rusak,” imbuhnya.
Selain ada kenaikan tarif parkir, untuk tarif yang biasa dikenakan di fasilitas umum milik PSAD seperti toilet, juga dihapuskan.
“Sehingga masyarakat bisa menggunakan semua fasilitas di pasar tanpa mengeluarkan biaya,” pungkasnya. (dez)
