TENGGARONG – Memiliki lahan yang potensial untuk menanam kopi luwak, rupanya dimanfaatkan betul oleh Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara (Disbun Kukar). Bagaimana kopi luwak yang memiliki cita rasa tinggi dan khas, juga nilai jual kopi ini cukup menggiurkan.
Kopi luwak sendiri memang dikembangkan di Desa Perangat Baru, Kecamatan Marangkayu. Bahkan desa tersebut sudah menyandang julukan sebagai Kampung Kopi Luwak. Bahkan tidak hanya menjual dalam bentuk biji kopi saja, namun sudah diolah dalam bentuk bubuk siap siap olah.
Kepala Bidang (Kabid) Produksi, Disbun Kukar, Subagio, ada peran serta pemkab dan dunia usaha dalam pengembangannya. Karena memang kopi hasil fermentasi alami, yang dimakan luwak, kemudian dikeluarkan ini terus mendapatkan dukungan. Petani pun hanya sebatas menanam dan memanen saja
“Kita terus dorong tidak hanya dari sisi budidayanya saja, tapi juga kita integrasikan dengan pengolahannya,” ungkap Subagio, belum lama ini.
Dukungan yang dimaksud, yakni berupa pemenuhan sarana rumah produksinya. Diantaranya fasilitas lantai jemur kopi, alat pemecah buah kopi kering, alat sangrai dan alat pembubuk. Termasuk juga pemenuhan teknisinya alat yang diberikan.
Bantuan pun mengalir dari dunia usaha, yakni dari Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT). Juga pengadaan mesin sangrai, yang berkapasitas lebih besar lagi. Pendampingan inilah, kini Desa Perangat Baru sudah berhasil memproduksi bubuk kopi luwak, dengan dua varian. Masing-masing kopi madu dan kopi luwak.
Untuk pemasaran dari produk ini sendiri, masih dipasarkan di seputaran Kaltim saja. Mengingat kapasitas produksi yang masih terbilang belum memenuhi permintaan pasar. Saat ini, salah hotel di Samarinda kerap menerima dan menampung hasil produksi kopi luwak dari Desa Perangat Baru.
“Sebenarnya kalau peluang pasar itu terbuka sekali, hanya saja memang kan ini masih terbatas. Makanya ini masih kita lakukan pengembangan,” pungkasnya. (adv/afi)