spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kembangkan Ecoprint, Bruwun Geulis Mampu Raih Untung Jutaan Rupiah

TENGGARONG – Berawal mengikuti pelatihan singkat, dengan tujuan memberdayakan masyarakat, perlahan tapi pasti, kini terus mendulang cuan. Peluang itulah yang kini mampu dimaksimalkan oleh Kelompok Wanita Industri Desa Karya Jaya, Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara (Kukar).

Ya, kelompok wanita yang dimotori Emiliani ini dinamai Bruwun Geulis, kini mampu mendulang cuan dari sektor industri Ecoprint. Ecoprint sendiri, merupakan teknik mencetak dan pewarnaan kain dengan menggunakan serba bahan alami. Mulai motif cetakannya, hingga pewarnanya.

Sedikit kilas balik, Emilia mengatakan, bahwa berdirinya kelompok Bruwun Geulis, setelah melihat peluang besar dari bisnis ini. Setelah diajak oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama).

Tepat pada medio Maret 2022. Melihat peluang besar itulah, ia bersepakat dengan 6 orang lainnya yang mengikuti pelatihan untuk fokus mengembangkannya. “Awalnya dilatih atau ikut pelatihan yang dilakukan oleh Kagama, terkait inovasi ecoprint,” ujar Emilia.

Emilia mengatakan, kain yang siap dimotif, ditempeli dengan daun-daun yang masih segar. Namun sebelumnya, daun terlebih dahulu direndam dengan air rendaman tawas dan dikeringkan. Selanjutnya, direndam menggunakan pewarna alami yang berasal dari pewarna kayu. Bisa berasal dari kulit kayu atau dari batang kayu.

“Pembuatan pewarna kainnya terbuat dari tumbuhan, motifnya pakai daun asli, daun hidup, semuanya alami,” lanjut wanita berjilbab itu.

Awalnya hanya memanfaatkan media sosial (medsos), sebagai sarana promosi dan perkenalan produk mereka. Sembari menawarkan kain hasil ecoprint secara door to door, ke teman-teman terdekat dan mencoba menawarkan ke pegawai di kantor desa dan kelurahan di Kecamatan Samboja.

Puncaknya, hasil karya Bruwun Geulis, mendapat kesempatan untuk ditampilkan di Samboja Fashion Week dan ikut memeriahkan Expo Peristiwa Merah Putih Sangasanga. “Jadi kita coba perkenalan dulu, dan Alhamdulillah laku juga produk kita,” katanya lagi.

Kini, produk berupa kain, sajadah, pasmina, jilbab, mug, topi, dan bermacam-macam tas sudah diminati banyak orang. Hingga ke luar Kalimantan.

Untuk kainnya misalnya, dikirim hingga ke Semarang dan Yogyakarta. Motif daun jati, lanang, jarak, menjadi yang paling banyak diminati pembeli.

Harganya pun bervariasi, untuk kain yang menggunakan pewarna dari kayu ulin, dengan ukuran 200 cm x 115 cm dihargai Rp 350 ribu. Sementara pewarna dari kayu secang lebih mahal, yakni Rp 450 ribu. Jika dirata-rata, Emilia menyebut dalam sebulan mampu mendapatkan keuntungan Rp 5 juta sampai Rp 6 juta.

Bahkan karena baru berjalan 7 bulan, namun berhasil memberikan dampak kepada kelompok Bruwun Geulis. Kelompok inipun mulai dilirik dan mampu meraih peringkat 1 inovasi Kelompok Wanita Industri Desa Karya Jaya yang digelar Pemkab Kukar tahun 2022.

Emilia pun tentu akan terus mengembangkan bisnis ini. Selain akan terus mempromosikan, juga akan menularkan ilmu-ilmu mereka kepada ibu-ibu lainnya di Desa Karya Jaya. Memberdayakan kelompok-kelompok wanita di tiap RT. Untuk ikut memproduksi ecoprint. “Untuk meningkatkan perekonomian di tingkat keluarga juga,” tutup Emilia. (afi)

16.4k Pengikut
Mengikuti