spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kelenteng Thien Ie Kong Bersiap Sambut Imlek 2025

SAMARINDA – Kelenteng Thien Ie Kong berdiri megah dengan warna merah mencolok di tepi pertemuan Sungai Karang Mumus dan Sungai Mahakam, Samarinda. Selain menjadi pusat spiritual, bangunan bersejarah yang berdiri sejak 1903 ini menjadi saksi penting budaya masyarakat Tionghoa di Samarinda.

Dikenal pula sebagai “Tempekong,” sebutan ini diyakini muncul dari pelafalan “temple Kong.” Sejak awal berdirinya, kelenteng yang terletak di Jl. Yos Sudarso No. 21 ini menjadi salah satu tempat ibadah paling ikonik di Samarinda.

Menyambut Imlek dengan Semangat

Dalam menyambut Tahun Baru Imlek 2025, yang bertepatan dengan Shio Ular Kayu, Kelenteng Thien Ie Kong telah melakukan berbagai persiapan. Pengurus kelenteng, Hanson Tjahaja, yang telah bertugas selama lebih dari satu dekade, menyatakan  persiapan kali ini sangat istimewa.

“Kami mengecat ulang bangunan, memperbaiki genteng, serta menghiasi area dengan lampion warna-warni dan bunga mei hwa yang melambangkan keberuntungan,” ujarnya.

Aroma dupa bercampur semangat persiapan menciptakan suasana khas yang selalu dirindukan.

Malam sembahyang bersama akan digelar pada 28 Januari hingga dini hari, menyambut Tahun Baru Imlek pada 29 Januari.

Hanson menyebutkan momen puncak akan terjadi saat ribuan umat berdoa bersama menjelang tengah malam.

“Tradisi ini selalu menjadi daya tarik, baik bagi umat maupun wisatawan dari dalam dan luar Samarinda,” katanya.

Tak hanya sembahyang, Cap Go Meh pada 12 Februari 2025 akan menjadi puncak perayaan. Acara ini dimeriahkan dengan atraksi barongsai, pelepasan naga, serta pembagian seribu angpau.

Selain itu, Bazar Imlek akan berlangsung pada 5-9 Februari, menampilkan makanan khas, souvenir, hingga pertunjukan budaya yang terbuka untuk umum.

Kelenteng yang telah berusia 120 tahun ini menyimpan kisah panjang. Dibangun atas prakarsa Letnan Oey Kun Khue Gwan dengan dana swadaya masyarakat Tionghoa sebesar 50.000 golden, bangunan ini menggunakan arsitektur khas Tionghoa tanpa paku, hanya disatukan oleh pasak kayu.

Di masa pendudukan Jepang, kelenteng ini hampir hancur oleh ledakan bom. Namun, keajaiban seolah melindungi tempat ini dari kehancuran.

Di bagian atap, patung naga yang menjaga bola api melambangkan perlindungan. Dua tiang dengan ukiran naga menjadi daya tarik utama, menampilkan simbol keberuntungan dan kekuatan.

Kelenteng ini juga dilengkapi taman yang dihiasi patung-patung dari kisah klasik Perjalanan ke Barat, seperti Sun Go Kong dan Dewi Kwan Im. Keberadaan taman ini menambah daya tarik wisata budaya kelenteng.

Harapan di Masa Depan

Hanson berharap pemerintah memberi perhatian lebih untuk menjadikan kawasan ini bagian dari Chinatown Samarinda.

“Kelenteng ini adalah simbol kerukunan dan keberagaman di Samarinda. Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk pelestariannya,” tutupnya.

Penulis: Dimas
Editor: Nicha R

16.4k Pengikut
Mengikuti