spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kejar Ranking dan Jenjang Studi, Membangun Tradisi Riset Ilmiah di Unmul

Perguruan tinggi terbesar di Kalimantan Timur, Universitas Mulawarman, kembali mengadakan konferensi riset internasional. Acara rutin berjudul The International Conference on Tropical Studies and Its Application (ICTROPS) ini adalah yang kelima. Unmul bekerja sama dengan The Islamic Development Bank (IsDB) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengadakan kegiatan tersebut.

Kamis, 6 Oktober 2021, Nurul Fitriyah Sulaeman PhD selaku ketua panitia, menjelaskan bahwa konferensi berlangsung dua hari di Gedung Unmul Hub yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo. Hadir dalam konferensi, di antaranya, peneliti dari Institut Teknologi Bandung, Dr Endra Gunawan serta periset dari Qingdao Agricultural University, Tiongkok, Prof Ida Bagus Andik. Kedua narasumber memberi kiat-kiat menulis artikel ilmiah serta cara mempublikasikannya ke jurnal ilmiah yang terpercaya.

Unmul memilih topik tersebut karena lulusan S-1 yang mempublikasikan karya ilmiah masih minim di kampus Gunung Kelua. Sebagian besar mahasiswa disebut masih sekadar menulis skripsi untuk menunaikan kewajiban. Padahal, tolok ukur seorang akademikus — tak terkecuali mahasiswa– adalah publikasi artikel ilmiah.

“Selain meningkatkan ranking kampus, riset adalah pijakan meraih jenjang studi lebih tinggi seperti beasiswa,” jelas Nurul kepada kaltimkece.id di sela-sela konferensi daring tersebut.

Kadis Mujiono PhD selaku wakil ketua panitia konferensi menambahkan, Unmul mengusung tema The Bridging on The Trend of Multidisciplinary between Social and Life Science on Tropical Studies: Beyond Covid-19 Pandemic. Tema ini menjembatani tren multidisiplin antara ilmu sosial dan ilmu sains dalam studi tropis semasa pandemi Covid-19.

Konsep multidisipliner atau perpaduan disiplin ilmu sosial dan eksakta ini dipilih karena keterkaitan antara permasalahan sosial dan sains selama pandemi. “Jadi, pandemi bukan persoalan anak IPA saja, ada juga masalah sosialnya,” terang Mujiono.

Pembahasan dibagi dalam lima sub-topik berbeda yaitu ekosistem daerah dan lingkungan tropis, produk alami daerah tropis, pembangunan komunal dan teritorial masyarakat yang selaras dengan lingkungan, serta pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat untuk mendukung kesadaran berlingkungan. Mujiono menjelaskan, narasumber berasal dari universitas mancanegara dengan latar belakang keilmuan yang beragam.

Keempat narasumber adalah Dr Awang Azman bin Awang Pawi dari University Malaya, Malaysia; Dr María-Laura Franco-García dari University Twente, Belanda; Prof Yoshisuke Kumano dari Shizuoka University, Jepang; serta Dr Suthirat Kittipongvises dari Chulalongkorn University, Thailand. Panitia juga mengundang empat peneliti Indonesia dalam konferensi ini. Seorang di antaranya adalah dr Ronny Isnuwardhana dari Fakultas Kedokteran, Unmul.

“Semua peneliti ini merupakan alumni beasiswa IsDB dari empat universitas berbeda. Kebetulan juga, beberapa teman panitia menerima beasiswa tersebut,” imbuhnya.

Kembali ke Nurul selaku ketua panitia, ICTROPS dia sebut berfungsi sebagai platform yang membangun tradisi riset ilmiah di kampus. Melalui kegiatan tersebut, audiens diharapkan memiliki pola pikir objektif sehingga menghasilkan riset yang bersifat aplikatif. Bahasa sederhananya, menerapkan ilmu yang didapat dari kampus untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat.

“Kalau bukan kita, siapa lagi yang menulis dan melakukan riset tentang persoalan Kaltim?” kunci alumnus Program Doktoral Shizuoka University, Jepang ini. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img