SAMARINDA – Memiliki rumah atau bangunan berbahan kayu memiliki banyak keunggulan. Diantaranya, ramah lingkungan, memiliki isolasi termal yang baik, terlihat estetik alami, fleksibel untuk didesain, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap kelembapan udara yang baik, dan yang paling penting, mudah dipelihara.
Di balik sekian keunggulan tersebut, bahan kayu ternyata memiliki musuh, yaitu serangan hama seperti rayap, kecoa, kutu, semut, kumbang, atau makhluk hidup lainnya yang menggunakan komponen kayu pada bangunan, perabot, dan isi bangunan sebagai tempat tinggal mereka.
Membasmi hama-hama ini bisa menjadi tugas yang sulit jika tidak mengetahui caranya, namun bisa menjadi gampang jika kita tahu kuncinya.
Beberapa waktu lalu, tepatnya pada tanggal 12 Oktober 2022, Program Studi Sarjana Terapan Rekayasa Kayu, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda membeberkan rahasia pemeliharaan kayu untuk bahan bangunan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan di Halaman Kantor Kelurahan Loa Bakung Samarinda dalam bentuk Pengabdian Masyarakat Program Studi Sarjana Terapan Rekayasa Kayu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam pelatihan tersebut, langkah-langkah pencegahan deteriorasi kayu dan perlindungan bangunan dipaparkan.
Menurut Ketua kegiatan, Dr. Ir. F. Dwi Joko Priyono, MP, jika masyarakat telah mengetahui dan memahami cara pencegahan deteriorasi kayu, maka melindungi kayu dari hama akan menjadi hal yang mudah. Joko menyadari bahwa pengetahuan ini tidak umum diketahui, padahal manfaatnya luar biasa untuk menjaga keberlangsungan hunian tempat tinggal dari keropos atau kerusakan.
Jika bangunan terlalu rusak akibat serangan hama, biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikannya jauh lebih besar dari biaya perawatan.
Joko menjelaskan bahwa salah satu metode yang dapat diterapkan untuk melindungi kayu dari serangan hama adalah metode baiting, yaitu pengendalian hama melalui metode fumigasi. Metode ini diyakininya mampu mencegah dan mengendalikan hama bangunan, terutama dalam membasmi rayap, kecoa, kutu, semut, kumbang, dan makhluk hidup lainnya.
Joko menegaskan bahwa ilmu sederhana ini penting untuk diketahui oleh masyarakat umum, khususnya tokoh masyarakat, karena pengetahuan ini akan memberikan pencerahan dan mendorong kehidupan yang lebih baik.
“Untuk itulah Program Studi Sarjana Terapan Rekayasa Kayu memandang perlu melaksanakan kegiatan pelatihan seperti ini agar terdapat pemahaman yang komprehensif dan keterampilan yang mencukupi tentang bagaimana serangan rayap pada bangunan serta bagaimana cara mengatasi rayap dan hama bangunan lainnya kepada masyarakat,” papar Joko.
Joko juga menceritakan bahwa masyarakat Kelurahan Loa Bakung, Samarinda, menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi terhadap kegiatan ini. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran 40 peserta yang memenuhi ruangan pelatihan mulai dari acara pembukaan hingga kegiatan praktik di lapangan.
Selain itu, petugas Kelurahan Loa Bakung juga terus membantu dalam segala aspek kegiatan, mulai dari penyiapan ruangan, penawaran dan pemilihan peserta, hingga penanganan acara pembukaan. Bahkan Ibu Lurah Kelurahan Loa Bakung, Babinsa, dan Babinkamtibmas juga hadir dalam kegiatan pelatihan tersebut.
Selain itu, kegiatan pelatihan ini dihadiri juga oleh Ketua Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Dr. Abdul Rasyid Zarta, S.Hut, MP, serta Ketua Program Studi Sarjana Terapan Rekayasa Kayu, Dr. Ir. Syafi’i, MP, serta tim pelatihan yang terdiri atas Dosen, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP), dan mahasiswa.
Peserta kegiatan melakukan sendiri kegiatan pengendalian rayap dan hama bangunan di bawah pengawasan instruktur/pembimbing pelatihan. Teknologi yang diperkenalkan bagi peserta meliputi penggunaan peralatan dan keterampilan operasi peralatan disinfektan untuk pencegahan penyebaran bakteri dan virus (termasuk Covid-19), fogging untuk mengatasi hama nyamuk dan serangga terbang, termite chemical barrier untuk pengendalian rayap sebelum dan setelah konstruksi, teknik aplikasi baiting sebagai umpan rayap, dan yang terakhir, kegiatan fumigasi untuk mengatasi hama bangunan yang sulit diatasi dengan teknik biasa.
Sebagai bahan evaluasi, Tim Pelatihan melakukan pengamatan terhadap peserta untuk melihat peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan melalui kuesioner sebelum dan setelah pelatihan.
Dari kuesioner tersebut, diperoleh data dan informasi yang menggambarkan tingkat kemanfaatan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan hasil pelatihan yang diberikan. Selain itu, hal ini juga dapat digunakan sebagai evaluasi keberhasilan atas kegiatan pelatihan yang telah dilakukan.
Penulis: Andi Lisna
Editor: Agus Susanto