spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kasus Stunting Tinggi, DPRD Minta Pemkot lebih Serius Penanganannya


BALIKPAPAN – Kasus stunting di Kota Balikpapan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota (DKK) mengalami peningkatan kasus, dari 19,6 persen menjadi 21,6 persen.

Atas hal tersebut, anggota DPRD Balikpapan, Muhammad Najib meminta agar Pemerintah Kota Balikpapan dapat lebih serius lagi menangani permasalahan stunting, dengan meningkatkan anggaran Posyandu untuk mendukung perwujudan anak yang cerdas dan bebas stunting.

“Anggaran untuk Posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT) masih belum layak dan perlu ditambah anggarannya. Agar kebutuhan gizi balita tercukupi,” ujarnya, Senin (5/8).

Lebih lanjut Najib menjelaskan, bahwa anggaran yang digelontorkan untuk pemberian makanan anak tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Minimnya anggaran untuk penanganan gizi dan Posyandu menjadi salah satu faktor tingginya kasus balita stunting.

“Angka stunting masih sangat tinggi khususnya di Balikpapan Utara. Namun, anggaran di Dinas Kesehatan belum mencerminkan upaya menekan kasus stunting,” jelasnya.

Najib menambahkan, selain anggaran Posyandu yang ditingkatkan, kesejahteraan pada kader Posyandu juga perlu diperhatikan. Sehingga harapannya permasalahan terkait dengan stunting serta kematian ibu dan anak bisa ditanggulangi.

BACA JUGA :  Progres Pembangunan Sekolah Terpadu di Balikpapan Regency Tak Sesuai Target

“Dalam upaya menuntaskan kasus AKI dan AKA tentu membutuhkan peran kader Posyandu, mereka garda terdepan. Sehingga kami minta agar anggaran kader Posyandu bisa ditingkatkan,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Alwiati mengatakan, anak stunting menjadi perhatian seluruh pihak. Terutama intervensi yang dilakukan harus lebih holistik. Tidak saja pada anak, tapi juga pada ibu hamil dan pasca bersalin.

“Supaya tidak bertambah jumlah kasus stunting di Kota Balikpapan, intervensi sensitif harus kita lakukan secara kolaborasi dan holistik bersama seluruh OPD di kota Balikpapan,” ujarnya.

Hal ini perlu dilakukan karena penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara terpisah. Karena banyak hal terkait dengan tingginya kasus stunting di Kota Balikpapan.

“Tentunya kita berharap tahun 2024 ini angka kasus stunting tidak bertambah lagi. Angka ibu hamil dengan kekurangan energi kronis juga dapat segera kita tindaklanjuti. Agar tidak melahirkan anak-anak stunting,” tutupnya.

Penulis: Aprianto

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti