spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kasus Stunting di Bontang Menurun

BONTANG – Selama kurun waktu empat tahun terakhir, angka penderita stunting di Bontang mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada 2017 lalu, tercatat persentase kasus stunting mencapai 34 persen.

Namun per 22 Juni 2021 lalu, persentasenya turun menjadi 19,52 persen. Hal tersebut dipaparkan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bontang, Bahauddin, usai mengikuti Rapat Koordinasi Percepatan Penurunan Stunting bersama Wakil Presiden RI KH Ma’aruf Amin beserta 8 menteri secara virtual, di Gedung Command Center, Senin (23/8/2021). “Faktor asupan dan pola asuh yang baik sehingga menyebabkan kasus stunting ini turun,” ujarnya.

Saat ini tercatat ada 1.099 anak-anak di Kota Taman yang menderita stunting. Terbanyak berasal dari Kelurahan Loktuan dengan jumlah kasus 198 anak. Disusul Kelurahan Berebas Tengah sebanyak 154 anak, lalu Kelurahan Berbas Pantai sebanyak 134 anak. Adapun jumlah kasus paling sedikit, terdapat di Kelurahan Satimpo dengan jumlah kasus sebanyak 4 anak.

“Di masa pandemi ini stunting mengalami penurunan. Salah satu faktornya, karena banyak ibu-ibu yang tinggal di rumah sehingga anaknya terawat dengan baik,” kata Bahauddin.

Beberapa faktor yang menyebabkan anak menderita stunting, kata dia, diantaranya lantaran pola asuh dan asupan makanan yang buruk, serta daya beli masyarakat yang rendah akibat faktor ekonomi. Adanya kasus stunting, sebut Bahauddin, tentunya akan berdampak pada masa depan anak itu sendiri, hingga masa depan negara.

Sehingga sesuai instruksi Wapres RI Ma’ruf Amin, daerah diminta berkolaborasi dengan lintas sektoral untuk mempercepat penurunan kasus stunting ini. “Target dari pemerintah pusat, di tahun 2024 nanti harapannya angka stunting bisa turun menjadi 14 persen. Bontang optimistis bisa, karena kita tinggal sedikit saja turunnya,” tandasnya.

Sebagai informasi, stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya, disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. (bms)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img