spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kasus Kematian Ibu dan Anak di Paser Meningkat

PASER – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Paser mencatat, angka kematian ibu dan anak diwilayahnya mengalami peningkatan yang fluktuatif selama pandemi Covid-19. Catatan ini berdasarkan tingkat kelahiran yang terlapor di bidang kesehatan keluarga.

Sub Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Kabupaten Paser, Rusmalayana, menyebut sejak 2021, Angka kematian ibu sebesar 362,7 dalam 100 ribu kelahiran atau sebanyak 20 orang yang meninggal.

“Karena di masa pandemi Covid-19, banyak kegiatan kami di lapangan yang tidak dapat terlaksana karena pandemi, namun setelah pandemi jumlahnya hampir sama di tahun 2020,” katanya.

Sementara sebelumnya atau 2020, kasus kematian ibu sebesar 88,60 dalam 100 ribu kelahiran hidup atau 5 orang yang meninggal dan pada 2022 angka kematian ibu sebesar 98,2 dalam 100 ribu kelahiran hidup atau 5 orang yang meninggal dunia.

Untuk angka kematian balita, di 2020 sebesar 8,86 dalam 1.000 kelahiran hidup atau terdapat 49 kematian balita. Pada 2021 kasus kematian balita sebanyak 11,78 dalam 1.000 kelahiran hidup atau sebanyak 65 balita yang meninggal dunia.

“Kemudian di tahun 2022 angka kematian balita di Paser sebesar 12,77 banding 1.000 kelahiran hidup atau 65 kematian balita,” kata Rusma.

Rusma belum mengetahui pasti Kabupaten Paser di urutan ke berapa di Kaltim untuk angka kasus kematian ibu dan anak. Hanya saja, berdasarkan data yang diperolehnya Kabupaten Paser masih di bawah nasional untuk angka kematian ibu dan anak.

“Saya kurang tahu kita berada di urutan ke berapa, yang jelas Paser bukan urutan pertama dan kita masih di bawah nasional,” jelasnya.

Penyebab kematian ibu dan anak di Paser dikarenakan adanya pendarahan, hipertensi dan lain sebagainya seperti jantung. Sejauh ini, Dinkes Paser juga telah melakukan berbagai antisipasi dalam mencegah terjadinya kasus kematian ibu dan anak.

“Untuk ibu hamil yang periksa ke fasilitas kesehatan pertama atau puskesmas, kami sudah sejak awal untuk melakukan deteksi dini atau scerinig terkait komplikasi kehamilan,” bebernya.

Selain itu, pihaknya juga secara bertahap melengkapi alat kesehatan yang diperlukan untuk mencegah deteksi risiko kehamilan pada ibu hamil. Termasuk, di puskesmas yang sudah dilengkapi dengan USG 2 dimensi yang merupakan pengadaan dari hibah dari Kemenkes.

“Sekarang kami lagi berupaya untuk meningkatkan kapasitas dokter umumnya, untuk memaksimalkan penggunaan USG sebagai alat deteksi dini jika ada kelainan pada kehamilan,” paparnya. (bs)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti