spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kakek Suhendri, Pemilik Hutan Kota Tenggarong Tutup Usia

TENGGARONG – Berita duka datang dari Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Suhendri, pria yang genap 81 tahun pada tahun ini, tutup usia pada Rabu (2/3/2022). Suhendri yang sempat viral di jagat maya karena memiliki hutan di tengah kota, tepatnya di Jalan Pesut, Tenggarong, seluas 1,5 hektare, dilaporkan meninggal dunia karena sakit.

Kakek Suhendri sempat viral karena menolak tanah miliknya dijual padahal sempat ditawar Rp 10 miliar. Dia tak tergiur dengan uang sebanyak itu, dan lebih memilih menjadikan lahan tersebut sebagai hutan kota, di tengah padatnya pemukiman penduduk.

Dari keterangan cucunya, Ani Lusiyani, Suhendri tutup usia setelah didiagnosa memiliki penyakit kanker usus. Untuk mengobati penyakitnya, sejak Oktober 2021, Suhendri bolak-balik ke rumah sakit.
Hingga kembali menjalani pengobatan di RSUD AM Parikesit Kukar sepekan terakhir, dan meninggal dunia pada Rabu pukul 12.00 Wita.

“Sering ngeluh sakit perut, dikira maag, dia ngak mau dibawa ke rumah sakit. Akhirnya dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit dan didiagnosa kanker usus,” ungkap Ani.

BACA JUGA :  Isu Mahyudin - Irianto Lambrie Bakal Duet di Pilgub Kaltim 2024 Makin Menguat

Dari pengakuan keluarga, almarhum agak sulit saat diajak berobat ke rumah sakit. Alih-alih diobati, Suhendri lebih memilih beristirahat di hutan kota miliknya.
Ani menambahkan, saat menjalani perawatan, kakeknya pernah kekurangan darah. Mungkin karena itu, dia kemudian tidak mau lagi menjalani kemoterapi, sebagai upaya pengobatan pasien yang terkena kanker. “Pengen di sini, di rumahnya ini. Jadi keluarga balik-bolak pagi siang sore,” lanjutnya.

Ani bercerita, jika sosok almarhum merupakan orang tua yang sangat tegas. Sangat disiplin dalam menjalankan sesuatu, dan mengajarkan anak-cucunya untuk selalu rendah hati kepada semua orang.

Terkait lahan kesayangannya seluas 1,5 hektare, Ani mengatakan jika almarhum kakek Suhendri sempat berwasiat agar tidak dijual. Meminta keluarga untuk mengelola kawasan hutan kota tersebut.

Nantinya, keluarga akan bersama mengelola hutan kota dengan anak angkat almarhum, Takeshi, asal Jepang, karena dianggap lebih paham soal hutan.

“Nanti (Takeshi) bantu kelola, nanti keluarga mau kerjasama sama dia,” pungkas Ani.
Lahan hutan kota milik Suhendri dikembangkan sejak tahun 1980.
Bermodal uang Rp 100 ribu, kala itu dia mulai menanami hutan dengan pohon damar, ulin hingga tanaman khas Kalimantan lainnya. Ini menjadi salah satu daya tarik pihak swasta, hingga berani menawar lahan hingga Rp 10 miliar. (afi)

BACA JUGA :  Kebakaran di Loktuan, Tiga Bangsal dan Satu Rumah Ludes
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img