Catatan: Rizal Effendi
KAWASAN Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, PPU, sudah seperti Istana kedua bagi Presiden Jokowi. Sudah dua kali Presiden dan Ibu Negara Iriana bermalam di sana. Malah yang kedua ini persis di malam Jumat atau Kamis (23/2) malam lalu.
Tapi Jokowi tetap menikmati suasana malam Jumat di bawah pohon eucalyptus yang memayunginya. Padahal dengan fasilitas yang terbatas. Dia sengaja membawa juru masak Istana, Chef Claudio untuk menyajikan nasi goreng, mi goreng, dan bakmi godok. Sekalian supaya tak menyusahkan orang lain.
Bersama Ibu Negara dan para menteri yang mendampinginya, Menteri PUPR Basuki Hadimuliono, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto, Kepala Otorita IKN Bambang Susantono, Wakil Kepala Otorita IKN Dhony Rahajoe serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Presiden menikmati makan malam dengan santai. Bahkan ditutup dengan melahap buah durian.
Sebenarnya sangat asyik kalau Jokowi menikmati duriannya Kalimantan, yang dikenal di daerah ini dengan nama buah lai (Durio kutejensis). Lagi banyak dijual di Balikpapan dan Samarinda. Ada lagi dua jenis durian hutan. Warga di sini menyebutnya lahung (Durio dulcis) dan karantungan (Durio oxleyanus).
Kalau buah lai, kulitnya umumnya berwana kuning dan isinya juga kuning. Terkadang ada juga berwana oranye. Kalau lahung kulitnya berwarna merah tua atau merah maron, tapi dagingnya tipis berwarna kuning tua. Para ahli menyebutnya ini jenis durian termanis. Sedang karantungan kulitnya berwarna hijau dengan duri lebih panjang, dan dagingnya juga kuning.
Saya menyarankan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya selain menanam jengkol dan rambai di lokasi IKN, juga ketiga jenis durian lokal tersebut. Buah lai, lahung, dan karantungan juga jadi makanan satwa hutan tropis seperti monyet dan orangutan.
Pohon lai gampang ditanam. Malah Dinas Perkebunan Kaltim sudah bisa membudidayakan dan melahirkan varietas unggul. Pendatang dari luar pasti heran dan terkagum-kagum kalau disajikan jenis durian Kalimantan. Saya pernah mempersembahkan sebagai kado khusus kepada Dubes India di Jakarta ketika merayakan Hari Kemerdekaan India.
Hutan Kalimantan memang tak terbilang angker lagi. Sepertinya tak ada lagi “hantu kuyang” atau “orang halus” penunggu hutan. Dulu ada hantu kuyang, yang digambarkan pada malam hari bergentayangan mirip kelap kelipnya kunang-kunang. Apalagi malam Jumat.
Lima belas tahun lalu atau tepatnya 19 Agustus 2008, seorang turis wanita asal Ceko bernama Jindra Bromova pernah “disembunyikan” hantu penunggu hutan lindung Sungai Wain, Balikpapan, tak jauh dari kawasan IKN. Empat hari kemudian dia baru ditemukan dalam keadaan setengah sadar. “Jindra kualat, dia masuk hutan tidak permisi,” kata Ambo, warga yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.
Presiden bertekad mengembalikan hutan Kalimantan di kawasan IKN. Karena itu salah satu konsep IKN adalah “forest city.” Kota di tengah hutan. Tidak semua kawasan IKN yang luasnya 256 ribu hektare dibangun. Rencananya hanya 56.180 hektare menjadi kawasan inti. Lalu sisanya kawasan pengembangan. Tapi tak lebih 35 persen. Sebab sisanya 65 persen akan direhabilitasi tetap sebagai hutan tropis. Itu sebabnya Menteri LHK ditugaskan secara khusus membangun pusat persemaian Mentawir seluas 120 hektare untuk memproduksi 15 juta bibit pohon endemik Kalimantan.
Hutan Kalimantan yang dikenal sebagai salah satu paru-paru dunia sudah banyak yang dibabat. Mulai zaman banjir kap tahun 70-an, kemudian disapu bersih (land clearing) untuk perkebunan kelapa sawit sampai dibongkar habis-habisan pada saat ini untuk penambangan batu bara.
Syukur masih ada yang tersisa dan terjaga pada saat ini. Itu sebabnya Gubernur Kaltim Dr Isran Noor diundang menjadi pembicara dalam pertemuan ke-13 Governors Climate Forest Task Force (GCFTF) di Yucatan, Meksiko dua pekan lalu. Isran tampil bersama Gubernur Amazonas Brazil Wilson Lima. Memang hutan tropis yang lebat hanya ada dua di dunia, satu di Kalimantan khususnya Kaltim dan satu lagi di Amazon, Brazil.
Selain menjadi bintang di GCFTF, Kaltim juga mendapat pembayaran awal dari Bank Dunia sebesar 20.9 juta dolar AS atau setara Rp 320 miliar atas keberhasilan program emisi karbon dari hutan. Bahkan jika semuanya berjalan lancar, Kaltim bakal meraih dana sekitar 1,5 sampai 2 triliun rupiah. Berkat Kaltim, Indonesia menjadi negara pertama di kawasan Asia Timur Pasifik yang menerima pembayaran dari program PCPF-CF Bank Dunia untuk pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan.
MIMPI INDAH
Bermalam di lokasi IKN benar-benar memberi mimpi indah buat Presiden Jokowi. Setelah melihat langsung perkembangan di lokasi dan sejumlah penjelasan dari Menteri terkait, Kepala Otorita, Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis Sumadilaga dan para pelaksana teknis dan supervisi di lapangan, Jokowi berkeyakinan 2024 Istana Kepresidenan sudah terbangun dan dia sudah bisa melaksanakan peringatan HUT ke-79 Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 2024.
“Ya ini kawasan Istana Kepresidenan. Saya optimis tahun depan bulan Agustus insya Allah sudah bisa upacara di sini,” ujarnya kepada wartawan dari menara pandang dengan semangat.
Ia mengatakan, kalau Istana dan perumahan Menteri sudah selesai, maka langsung ditempati. “Iya ditempati. Masa nggak mau ditempati, selesai ya ditempati. Setiap kementerian juga sama, meskipun tidak semua staf dibawa. Segera kita tempati, supaya di sini ada keramaian. Kalau ada keramaian, berarti perlu restoran, perlu sekolah dari TK, SD, SMP, SMA dan universitas. Perlu rumah sakit, perlu klinik, perlu entertainment, perlu mal dan lain-lainnya,” jelasnya lagi.
Jokowi juga menggambarkan bahwa IKN benar-benar dibangun dengan suasana yang berbeda. Ada diferensiasinya, experience dan ambience. Itu yang kita jual dan pasti menarik untuk investor lokal maupun asing,” tambahnya.
Di bawah komando Gubernur Isran Noor, orang Kaltim sangat mendukung pembangunan IKN. Karena dinilai sebagai anugerah Tuhan yang luar biasa. Tapi ada juga beberapa catatan yang menjadi buah bibir masyarakat lokal dan diharapkan direspon pemerintah.
Setelah jatah dua deputi sudah terpenuhi, Kaltim juga berharap pos-pos di bawahnya seperti direktur dan termasuk staf biasa masih terbuka ruang yang lebar bagi orang daerah. Apalagi terdengar sudah 20 ribu lebih yang melamar dari berbagai penjuru. Jangan-jangan tak ada orang lokal yang masuk.
Tempo hari ada kelompok masyarakat lokal yang menolak kedatangan 16 ribu pekerja konstruksi. Sebaiknya Otorita bekerja sama dengan Pemerintah Daerah berupaya semaksimal mungkin mengakomodasi pekerja lokal dan membantu meningkatkan kompetensinya, sehingga bisa bersaing dengan pekerja pendatang.
Para pengusaha lokal juga mengeluh karena hanya kebagian pekerjaan sub dengan harga dan sistem pembayaran, yang tidak terlalu menguntungkan. Belum tentu benar. Tapi ada yang bilang meraih pekerjaan dan usaha di IKN seperti masuk ke rimba, yang banyak binatang buasnya. “Tapi pembayaran dari pekerjaan PUPR terbilang lancar,” kata seorang pengusaha.
Meski lokasi IKN di Kaltim, tapi tidak banyak proyek strategis nasional bertengger di daerah ini. Malah yang terdengar seperti proyek tol Samarinda–Bontang dibatalkan. Padahal sudah muncul usul baru agar juga dibangun proyek tol Penajam, PPU ke Tanah Grogot, Paser. Sebab, akses kedua kota ini semakin padat. Apalagi arus dari Banjarmasin semakin ramai.
Orang di Balikpapan mengeluh karena antre BBM terjadi terus menerus. Padahal tengah berlangsung proyek perluasan kilang Pertamina, yang populer disebut RDMP. “Masa jadi penyangga ibu kota, BBM antre di mana-mana?” kata seorang warga.
Belakangan juga santer terkuak masalah pertanahan. Banyak warga yang protes karena harga ganti rugi tidak sesuai harapan. Padahal ada janji Pemerintah tidak ada warga yang teraniaya akibat pembangunan IKN. Kompas.com mengangkat kisah Hamidah (60), warga Sepaku, yang lahan pertanian dan rumahnya terkena proyek IKN. Sekarang setelah ada IKN, malah dia tak punya penghasilan lagi.
Kalau Presiden Jokowi makin sering bermalam di IKN, sebaliknya Hamidah siap-siap angkat kaki dari wilayah tersebut. “Saya dan anak rencana pindah ke Tanah Grogot, menetap di kampung orang tua dulu. Di sini sebentar lagi kami tak punya rumah dan kebun. Mau beli tanah lagi di sekitar sini sudah mahal,” katanya dengan wajah sendu. (*)