SAMARINDA- Pemkot Samarinda menggelar inspeksi mendadak terkait kebutuhan pokok ke sejumlah pasar tradisional di Samarinda, Selasa (5/7/2022).
Sidak untuk mengetahui kondisi kebutuhan pokok menjelang IdulAdha itu, dipimpin langsung Wakil Wali Kota (Wawali) Samarinda, Rusmadi Wongso bersama OPD terkait. Sejak pagi, rombongan meninjau Pasar Pagi, Pasar Rahmat, Pasar Merdeka, dan Pom Bensin Jalan Urip Sumoharjo.
Selain fokus pada harga dan stok bahan pangan seperti daging, cabai, dan bawang, rombongan juga memantau soal ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU.
Rusmadi mengatakan, dalam sidak di ketiga pasar itu, dia menemukan ada kenaikan harga di komoditas cabai dan bawang merah.
“Hasil pantauan kita, harga lombok memang masih tinggi. Harga jadi sekitar Rp 100 ribu (per kg), tapi tidak ada yang sampai Rp 105 ribu ke atas. Jadi sekitar Rp 95 ribu sampai Rp 102 ribu. Kemudian yang kedua, bawang merah harganya Rp 40 ribu sampai Rp 48 ribu (per kg),” ungkap Rusmadi usai sidak.
Kenaikan juga terjadi pada harga daging sapi lokal yang kini mencapai Rp 150 ribu per kilogram. Hal ini menyebabkan pedagang kesusahan menjual ke konsumen, lantaran masyarakat menganggap harga itu terlalu tinggi.
Untuk mendapat keuntungan, pedagang menjual tulang sapi ataupun jeroan. “Pedagang juga menjual daging beku yang dipatok Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu,” jelasnya.
Secara umum, Rusmadi memastikan stok dan harga pangan di Samarinda masih tergolong aman. Walau begitu, pihaknya akan terus memantau sekaligus memastikan harga tidak melambung tinggi.
Saat sidak di SPBU Jalan Urip Sumoharjo, Rusmadi menyoroti masalah antrean truk solar yang tak kunjung usai. Meskipun sudah menggunakan fuel card sebagai kartu member truk dalam menekan panjangnya antrean, tapi antrean tetap terjadi.
“Ini masalah kecil, remeh temeh, tapi persoalannya jadi besar kalau misalnya antrean ini mengganggu lalu-lintas. Karena banyak kasus kecelakaan disebabkan karena antrean,” ucapnya.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda Marnabas menambahkan, kenaikan harga cabai dan bawang merah disebabkan faktor cuaca. Diakuinya juga, cabai di Samarinda didatangkan dari Pulau Jawa.
“Ini juga faktor psikologi pasar. Biasanya kalau mau lebaran haji itu pasti naik. Jadi kita mau kerja sama dengan daerah Tabalong. Mereka ‘kan produksi itu, semoga bisa terealisasi,” ujar Marnabas.
Sementara soal kenaikan harga daging, menurut Marnabas, lebih disebabkan karena Pulau Jawa sedang darurat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Namun, Marnabas memastikan pasokan ternak ke Samarinda aman dari PMK.
“Kita super ketat karena semua yang dijual di pasar, kecuali daging beku. Semuanya masuk ke RPH (Rumah Potong Hewan). Dicek lalu baru dilakukan pemotongan baru didistribusikan ke Pasar Segiri,” jelas Marnabas.
Hingga IdulAdha, lanjut dia, pihaknya akan terus memantau harga bahan pokok dan menerapkan standarisasi harga guna mencegah terjadinya inflasi. (Vic)