TENGGARONG – Pada 19 April 2025 mendatang, sejarah mungkin mencatat babak baru di Kutai Kartanegara. Seorang dokter—yang terbiasa menyelamatkan nyawa di ruang periksa—akan berjuang merebut kepercayaan rakyat untuk memimpin sebuah kabupaten seluas 27 ribu kilometer persegi. Dia adalah dr Aulia Rahman Basri, calon bupati dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Kukar 2024.
Langkah Aulia bukan tanpa tantangan. Kukar adalah kabupaten yang kompleks, dengan wilayah pedalaman dan pesisir yang tersebar luas, serta tantangan kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur yang belum sepenuhnya tuntas. Namun sebagai seorang dokter, ia datang dengan perspektif yang berbeda: menyembuhkan luka sosial, merawat kehidupan masyarakat, dan menegakkan diagnosis yang tepat atas berbagai persoalan daerah.
Aulia memulai kariernya di dunia kesehatan sebagai Kepala Puskesmas di Kota Bangun pada 2014. Di sana, ia melihat secara langsung bagaimana kesenjangan layanan kesehatan masih menjadi persoalan utama. Keuletannya dalam membenahi pelayanan di tingkat dasar menarik perhatian Bupati Kukar saat itu, yang kemudian mengangkatnya sebagai direktur pertama RSUD Dayaku Raja.
Sebagai direktur, ia tidak hanya membenahi sistem administrasi rumah sakit, tetapi juga memperjuangkan prinsip layanan kesehatan yang lebih inklusif. Fokusnya adalah pada masyarakat kecil yang selama ini sulit mendapatkan perawatan medis layak. Langkah-langkahnya dalam mengutamakan pelayanan berbasis kebutuhan rakyat membuahkan hasil: kepercayaan masyarakat meningkat, dan akses kesehatan di wilayah tersebut mengalami perbaikan signifikan.
Pengalaman membangun pelayanan dari tingkat akar rumput itulah yang membentuk pandangan Aulia tentang pentingnya keadilan sosial dan pemerataan pembangunan. Nilai-nilai ini kemudian menjadi dasar dari tekadnya untuk maju sebagai calon pemimpin di tanah kelahirannya.
“Saya ini putra Muara Muntai dan Kota Bangun. Bapak saya orang Muara Muntai, ibu saya orang Kota Bangun. Saya lahir dan besar di Kota Bangun. Darah Kutai mengalir dalam diri saya,” ujar Aulia. “Mimpi untuk membuat Kutai Kartanegara menjadi lebih baik itu menjadi cita-cita saya. Salah satu tujuan saya juga kemarin berkuliah sampai jauh keluar pulau, itu sebenarnya tujuannya, ya membuat Kutai Kartanegara menjadi lebih baik.”
Jika terpilih, dr. Aulia akan menambah daftar dokter yang pernah dipercaya menjadi kepala daerah di Kalimantan Timur. Dan ternyata, sejarah panjang menunjukkan bahwa profesi ini memang tak asing dengan panggung kepemimpinan.
Tercatat, dr. Murdjani, lulusan STOVIA, merupakan Gubernur Kalimantan kedua pada 1950–1953. Pada masa itu, wilayah yang kini menjadi Kalimantan Timur masih berada di bawah yurisdiksinya. Ia bukan hanya seorang birokrat, tetapi juga visioner yang menggagas pemindahan ibu kota provinsi ke Banjarbaru—gagasan yang tetap relevan hingga hari ini.
Dekade berikutnya, sosok dokter kembali muncul sebagai pemimpin. Di Kota Bontang, dr. Andi Sofyan Hasdam, Sp.S, seorang dokter spesialis saraf, memimpin kota tersebut selama dua periode (2001–2011). Ia adalah wali kota pertama Bontang setelah resmi menjadi daerah otonom. Di masa kepemimpinannya, pendekatan berbasis pelayanan publik menjadi ciri khas, sejalan dengan insting seorang dokter yang terbiasa memberi solusi konkret bagi pasiennya.
Jejak itu kemudian dilanjutkan oleh istrinya, dr. Hj. Neni Moerniaeni, Sp.OG, yang menjabat sebagai wali kota perempuan pertama di Bontang (2016–2021). Neni adalah dokter spesialis kandungan yang juga pernah duduk di DPR-RI. Kepemimpinannya menandai pergeseran penting: bahwa seorang perempuan, seorang dokter, dan seorang pemimpin bisa bersatu dalam satu pribadi untuk membangun kota.
Dan pada Pilkada 2024 lalu, Neni kembali terpilih sebagai Wali Kota Bontang dan kini kembali menjabat untuk periode keduanya. Kepemimpinannya menandai kesinambungan figur dokter yang dipercaya masyarakat Bontang untuk memimpin kota mereka.
Kisah dokter yang menapaki jalur kepemimpinan tak berhenti di Bontang. Di kabupaten tetangga, semangat serupa juga hadir melalui sosok dr. Fahmi Fadli, dokter umum asal Tanah Grogot, yang menjabat sebagai Bupati Paser sejak 2021. Ia membawa semangat muda dan pendekatan berbasis layanan kesehatan masyarakat ke dalam kebijakan pemerintahannya.
Kini, Kutai Kartanegara berdiri di persimpangan sejarah. Dengan latar belakang profesi yang menuntut ketelitian, empati, dan tindakan cepat, dr. Aulia Rahman Basri menawarkan perspektif baru bagi arah kepemimpinan Kukar. Jika masyarakat memberikan mandatnya, maka untuk pertama kalinya kabupaten ini akan dipimpin oleh seorang dokter.
Karena menjadi pemimpin bukan sekadar soal ambisi politik—kadang, itu adalah soal panggilan jiwa. Dan siapa yang lebih tahu cara merawat masyarakat, kalau bukan mereka yang pernah memeluk tangis pasien dengan tangan penuh harapan?
Editor: Agus S