KUTAI BARAT – Pembangunan infrastruktur jalan poros yang menghubungkan Kampung Intu Lingau dengan Kampung Lakan Bilem, Kecamatan Nyuatan, akhirnya terealisasi setelah bertahun-tahun mengalami kerusakan parah. Warga Kampung Intu Lingau pun merasa sangat bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Bupati Kutai Barat, FX Yapan, dan Wakil Bupati Edyanto Arkan atas pembangunan ini.
Petinggi Kampung Intu Lingau, Abet Nego, mewakili masyarakat kampung, menyampaikan apresiasi mendalam kepada pemerintah daerah yang telah memperjuangkan perbaikan infrastruktur tersebut. Menurutnya, pembangunan jalan ini sangat dinantikan masyarakat, terutama karena selama bertahun-tahun akses jalan tersebut dalam kondisi rusak parah.
“Jika dibandingkan dengan kondisi jalan beberapa tahun lalu, perbedaannya sangat signifikan. Dulu, perjalanan dari Kampung Intu Lingau menuju Kecamatan Barong Tongkok memakan waktu 4 hingga 5 jam. Sekarang, dengan jalan yang sudah mulus, perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam,” ungkap Abet Nego dalam sambutannya, Kamis (17/10/2024).
Abet Nego juga menambahkan bahwa dengan adanya perbaikan jalan, perekonomian masyarakat mulai menunjukkan peningkatan. “Sekarang hampir setiap rumah di kampung ini sudah memiliki kendaraan, meski banyak yang kredit, karena akses jalan yang sudah baik,” katanya.
Ia menjelaskan, sebelum jalan diperbaiki, ekonomi masyarakat tidak berkembang seperti sekarang. Mayoritas warga Kampung Intu Lingau bekerja sebagai petani, menanam jagung, terong, dan pisang. “Hasil panen terong dan pisang bisa setiap hari, sehingga ekonomi terus berputar,” tambahnya.
Abet Nego juga menyebutkan bahwa ketika musim durian tiba, warga bisa meraup penghasilan hingga ratusan juta rupiah. “Satu keluarga bisa memiliki 56 pohon durian, dan saat panen tahun 2022-2023, pembeli datang dari berbagai daerah, termasuk Balikpapan, Samarinda, hingga Sangatta, Kutai Timur.”
Meskipun infrastruktur jalan sudah baik, Abet Nego mengungkapkan bahwa masalah jaringan komunikasi masih menjadi kendala utama di wilayah tersebut. “PLN sudah berjalan lancar, menyala 24 jam hampir setahun ini, dan air bersih dikelola oleh Badan Usaha Milik Kampung (Bumka) dengan tarif Rp2.000 per meter kubik. Bahkan, saya merasa bangga karena penghargaan dari provinsi telah diberikan untuk pengelolaan air bersih ini,” ujarnya.
Pewarta: Ichal
Editor: Agus S