SAMARINDA – Politeknik Pertanian Negeri Samarinda (Politani Samarinda) melakukan penjajakan dengan CV KAN GASJAYA (Karya Anak Negeri Gemilang Abadi Jaya) untuk memeroduksi minyak goreng sawit. Wakil Direktur IV Politani Samarinda Yulianto mengatakan, kerja sama produksi minyak goreng ini sangat memungkinkan dilakukan, mengingat Politani Samarinda memiliki pabrik mini pengolahan crude palm oil (CPO) menjadi minyak goreng dengan kapasitas 100 kg dalam sekali produksi. Di sisi lain, CV KAN GASJAYA memiliki produksi CPO memanfaatkan brondolan buah sawit yang terlepas dari tandannya saat proses pemanenan.
Sehingga dianggap sampah oleh petani sawit karena menghasilkan CPO dengan kualitas rendah. Pilihan mengolah CPO menjadi minyak goreng, ujar Yulianto merupakan langkah tepat karena mampu meningkatkan kualitas CPO dengan kasus rendah menjadi minyak goreng berkualitas baik. “Politani Samarinda punya pabriknya” ujar Yuli didampingi Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perkebunan Elisa Ginsel Popang.
Kerja sama ini, tegas Yulianto, merupakan upaya Politani Samarinda untuk menciptakan sistem pembelajaran teaching factory. Dimana mahasiswa bisa belajar dengan kasus sebenarnya dalam produksi minyak goreng dengan tetap memerhatikan sisi ekonomi. Yulianto memaparkan bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah kerja sama antara tiga pihak. Yaitu Politani Samarinda, CV KAN GASJAYA dan Program Studi Teknik Kimia, Universitas Mulawarman (Unmul). Karena selama ini, Unmul terlibat dalam pendampingan Pemilik CV GASJAYA dalam mengolah buah sawit yang dianggap limbah menjadi CPO. Apalagi, Politani Samarinda, jelas Yulianto, memiliki banyak ahli yang kompeten dalam memeroduksi minyak goreng dengan kualitas baik dari CPO berkualitas rendah.
“Ini kerjasama yang bagus karena semua pihak diuntungkan. Perusahaan bisa menghasilkan minyak goreng bagus, tanpa perlu mendirikan pabrik, Kampus bisa menjadikan ini sebagai Tefa (Teaching Factory) dan penelitian” ungkapnya.
Yulianto menerangkan, tahapan kerja sama ini telah memasuki hitung-hitungan bisnis. Namun ia meyakini, naiknya harga minyak goreng saat ini sangat membantu terwujudnya kerja sama ini. “Kalau hitung-hitungan biayanya masuk dan diterima industri, maka jadi ini (kerja sama),” ungkapnya.
Sementara itu Elisa menyampaikan bahwa kerja sama ini bukan saja akan menghasilkan minyak goreng. Tapi ada dua produk sampingan lain yang dihasilkan yaitu asam lemak dan stearin. Kedua produk sampingan ini, lanjut Elisa, bisa diturunkan menjadi berbagai macam produk lain. Diantaranya kosmetik, mentega, lilin, sabun dan lainnya.
Elisa memastikan bahwa pihaknya mampu meningkatkan kualitas CPO yang dimiliki CV KAN GASJAYA menjadi lebih baik. Menurut informasi yang didapatnya, CPO hasil produksi calon mitra ini memiliki kandungan asam lemak yang tinggi. “CPO mereka ini ‘kan kandungan asamnya 7. Sementara industri hanya mau membeli CPO dengan kandungan lemak 3 sampai 4. Pilihan yang bisa dilakukan adalah dijadikan minyak goreng sambal menarik asam lemaknya” jelasnya. (bz)