spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Jadi Pilot Project, APT Pranoto Pertama di Indonesia Gunakan Pemeriksaan GeNose Covid

SAMARINDA – Bandara APT Pranoto Samarinda dalam waktu dekat menjadi pilot project penerapan alat tes GeNose Covid-19 pertama di Indonesia. Dengan teknologi buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta tersebut, pemeriksaan virus corona terhadap penumpang cukup dilakukan di bandara dengan sangat praktis.

“Bandara APT Pranoto ditunjuk berdasarkan arahan Ditjen Hubud (Direktorat Jenderal Perhubungan Udara) melalui Surat Direktur Keamanan Penerbangan,” sebut Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I Bandara APT Pranoto, Agung Pracayanto.

Adapun GeNose C-19 merupakan alat yang meniru cara kerja hidung manusia. Memanfaatkan sistem penginderaan atau larik sensor gas. Disertai kecerdasan buatan atau artificial intelligence dalam membedakan pola senyawa yang dideteksi.

Sebagaimana rilis Direktorat Pengembangan Usaha dan Inkubasi UGM pada 14 Januari 2021, GeNose dapat membedakan pola senyawa dari volatile organic compound (VOC) atau napas manusia yang terinfeksi covid-19 dan tidak. Dengan tingkat akurasi 93—95 persen serta tingkat sensitivitas 89—92 persen.

Bandara APT Pranoto Samarinda telah membuat timeline untuk memastikan tenggat waktu kesiapan fasilitas pendukung dan prosedur penggunaan GeNose C-19. Sebagai permulaan, teknologi tersebut bakal diujicobakan kepada pegawai serta komunitas bandara yang berisi petugas keamanan dan elemen pendukung lain.

Sementara uji coba kepada penumpang sendiri masih menunggu regulasi pendukung dari Kementerian Perhubungan. Namun demikian, pihaknya menetapkan target penggunaan GeNose C-19 di bandara pada 1 April 2021. “Sesuai target kementerian,” lanjut Agung.

Meski demikian, masyarakat yang kelak sudah terlanjur mengantongi jenis tes lain seperti swab test, rapid test, dan rapid test antigen, tak perlu khawatir lantaran jenis pengujian tersebut tetap berlaku. “Karena alat produksi GeNose C-19 masih terbatas dan harus ada opsi untuk pelayanan penumpang,” sambungnya.

Bandara APT Pranoto saat ini telah mengantongi tiga GeNose C-19 serta 10 ribu kantong tiup dan 100 high efficiency particulate air (HEPA) filter. Kapasitas tes satu alat GeNose C-19 bisa digunakan untuk 30 orang per jam. “Sehingga jika ada tiga unit, dapat memeriksa 90 penumpang per jam,” terangnya.

Ke depan, tiga GeNose C-19 bakal kembali didatangkan. Sehingga Bandara APT Pranoto total memiliki enam unit yang siap melayani pemeriksaan penumpang.

Adapun biaya yang dikenakan untuk calon pengguna alat tes tersebut masih dalam perhitungan. Mengingat pengadaan peralatan tersebut bakal dikerjasamakan dengan mitra penyedia layanan kesehatan di bandara. “Biaya produksinya sedang dihitung oleh mitra,” ucap Agung.

Meski begitu, biaya tes tersebut diperkirakan jauh lebih murah. Hal itu juga dikonfirmasi Menteri Riset dan Teknologi atau Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Prof Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

“Harga terjangkau. Rp 60 juta untuk 100 ribu pemakaian. Per pemakaian Rp 600,” ucap Bambang Brodjonegoro saat Hybrid Launching: GeNose C-19 Inovasi Indonesia untuk Pariwisata Indonesia secara virtual di Jakarta, 19 Februari 2021, dilansir dari CNBC. Mengambil contoh, pemeriksaan GeNose C-19 di Stasiun Kereta Api Pasar Senen oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), dibanderol Rp 20 ribu per orang.

Dengan tarif yang relatif murah, Agung berharap kehadiran alat tersebut bisa meningkatkan jumlah penumpang di Bandara APT Pranoto. “Sehingga bandara dapat kembali memberikan manfaat yang optimal kepada mitra dan masyarakat Kalimantan Timur,” ucapnya

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kaltim, AFF Sembiring, berharap alat tersebut juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk kembali menggunakan jasa transportasi udara dalam bepergian. Sembiring juga mengapresiasi pengelola Bandara APT Pranoto yang bisa menghadirkan produk tersebut. Mendeteksi calon penumpang terpapar virus corona bisa lebih cepat, efektif, dan terjangkau.

Klaim cepat dan efektif dari penggunaan alat tersebut, tergambar dari cara pemakaian yang memang sederhana. Terbagi hanya dalam empat tahap. Pertama, calon penumpang melakukan pembayaran biaya pemeriksaan; kedua, pemeriksaan dimulai dengan kantong GeNose C-19.

Setelahnya, atau tahap ketiga, pada saat pemeriksaan, calon penumpang akan diminta mengambil napas melalui hidung dan mengembuskan napas melalui mulut tiga kali. Terdiri dari ancang-ancang mengambil dan membuang napas masing-masing dua kali. Ketika pengambilan napas ketiga, calon penumpang mengembuskan lagi napas ke kantong hingga penuh.

Terakhir, atau langkah keempat, kantong tersebut dikunci dan diserahkan kepada petugas. Selanjutnya dianalisis menggunakan GeNose C-19. Empat tahapan tersebut hanya dilakukan sekali alias tanpa pengulangan. Dengan waktu pemeriksaan sekitar 3 menit.

Meski demikian, diberikan dua syarat kepada calon penumpang yang diperiksa dengan peralatan tersebut. Pertama, calon penumpang harus dalam kondisi sehat dan mengantongi tiket keberangkatan. Kedua, calon penumpang tidak boleh makan, merokok, dan meminum minuman selain air putih selama 30 menit sebelum pemeriksaan sampel napas.

Jika positif, calon penumpang akan diarahkan untuk pulang dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Jika hasil negatif, akan dikeluarkan print out yang berlaku 3×24 jam,” pungkas Sembiring. (kk)

Artikel kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti