spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Isran ke Brasil Lagi

Catatan Rizal Effendi

MESKI semangatnya ikut pencapresan tetap kencang, toh urusan membela kepentingan negara dan daerah tetap nomor satu. Itu yang dilakukan Gubernur Isran Noor, yang akan terbang ke Brasil, Meksiko, dan Amerika Serikat  akhir April  ini.

Padahal minggu-minggu ini  berbagai parpol tengah fokus dan sibuk membahas masalah capres dan wacapres. Isran sangat berkepentingan untuk memenuhi hasrat politiknya. Tapi Isran sepertinya tenang saja karena dia cukup menunggu kalau ada “gempa.” Yang penting terus bekerja, berkarya dan berbuat yang terbaik.

Daerah yang bakal dikunjungi Isran di Brasil dan Meksiko sebenarnya  sudah pernah dia datangi. Pada pertemuan tahunan ke-12 Governors Climate Forest (GCF) Task Force di Manaus, Provinsi Amazonas, Maret 2022, Isran hadir di sana. Demikian juga pada GCF ke-13 di Kota Merida, Provinsi Yucatan, Meksiko, 7 Februari 2023 lalu.

Isran merasa perlu kembali datang, sepertinya sebagai tindak lanjut pertemuan dengan kedua gubernur di wilayah itu setelah sama-sama menjadi pembicara di GCF ke-13. Gubernur Amazonas adalah Wilson Lima dan Gubernur Yucatan, Mauricio Vila Dosal.

Mereka sama-sama punya tekad menjaga hutan di wilayahnya masing-masing dan berkomitmen menekan laju degradasi dan deforestasi. Pembangunan harus tetap jalan, tetapi ekosistem dan ekologis hutan dan alam harus tetap terjaga. Karena itu sebagai kompensasinya mereka memperjuangkan adanya pembayaran program penurunan emisi karbon yang memadai.

“Saya pergi ke Yucatan untuk belajar banyak soal pengelolaan karbon, meski kita lebih bagus. Saya juga akan datang ke Mato Grosso, Brasil. Di sini sistem keuangan karbon dikelola oleh pemerintah negara bagian setempat,” jelas Isran.

Gubernur Dr Isran Noor

Brasil dan Meksiko sama-sama mempunyai kawasan hutan hujan tropis. Hutan di Brasil dikenal dengan sebutan hutan Amazon atau Amazonia sebagai kawasan hutan tropis terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.   Bayangkan, wilayahnya seluas tujuh juta kilometer persegi.  Bandingkan dengan Kaltim, yang hutannya seluas 14,6 juta hektare atau 14,6 ribu kilometer persegi.

Sebagian besar (60 persen) wilayah Amazon terletak di Brasil. Sisanya membentang sampai ke delapan negara di Amerika Selatan yaitu Peru, Guyana-Prancis, Suriname, Bolivia, Ekuador, Venezuela, dan Kolombia.

Besaran hutan Amazon telah mencakup 1,4 miliar hektare hutan. Angka tersebut  merupakan persentase setengah dari hutan tropis yang ada di bumi. Menurut World Wildlife Fund (WWF), luasnya wilayah hutan Amazon menjadikan mampu untuk menyerap antara 90 sampai 140 miliar ton emisi karbon dioksida.

Karena itu, hutan Amazon kerap juga dijuluki paru-paru dunia karena mampu menghasilkan  30 persen dari keseluruhan oksigen di bumi. Ini yang mau dilihat, dipelajari dan dikaji Isran dan tim. Maklum Kaltim adalah provinsi pertama di Indonesia yang mendapat pembayaran karbon dari Bank Dunia. Berkat prestasi Kaltim itu, Indonesia menjadi negara pertama di Kawasan Asia Timur Pasifik yang menerima pembayaran dari program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF) Bank Dunia  untuk kegiatan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan.

Dalam pertemuan GCF di Balikpapan tahun 2017, kebetulan saya masih menjadi wali kota, sempat dibahas kerusakan hutan di wilayah Amazon dengan tema “Pembangunan Berbasis Perikanan, Sebuah Strategi Pembangunan Rendah Emisi di Lembah Amazon”.

Dalam kasus Lembah Amazon, kerusakan hutan terbesar utamanya disebabkan oleh pembukaan lahan untuk membangun peternakan sapi atau ranch. Karena itu kegiatan masyarakat di sana perlu dialihkan ke sektor perikanan, yang tidak memerlukan pembukaan hutan. Justru perikanan memerlukan keberadaan hutan agar fungsi sungai sebagai sumber usaha perikanan masih tetap berlanjut.

Berkaitan dengan itu, Isran sangat sepakat menjaga ekosistem sungai seperti yang juga dihadapi oleh Kaltim dengan Sungai Mahakam-nya. Mahakam yang panjangnya hampir seribu kilometer merupakan aset ekonomi yang penting bagi sektor perikanan di Kaltim.

“Bila hutan dijaga, maka sungai akan terus menopang aneka jasa lingkungan bagi Kaltim melalui perikanan air tawar, ekowisata dan sebagainya. Dengan demikian ekonomi terus tumbuh berkembang namun kelestarian hutan tetap terjaga,” tegas Isran.

JUAL SISA KARBON

Puncak kunjungan Isran adalah terbang ke markas Bank Dunia (World Bank) di  Washington DC, Amerika Serikat. Dia ingin menuntaskan penjualan sisa penurunan emisi karbon dari Kaltim sebanyak 8 juta CO2eq. “Sisanya itu mau kita jual ke pasar bebas karena bisa menghasilkan dana lebih besar lagi dibanding dari pembayaran Bank Dunia,” jelasnya.

Seperti diketahui, sampai akhir program FCPF-CF 2024 nanti, RBP (Result Based Payment) yang akan dibayarkan Bank Dunia kepada Kaltim 22 juta ton CO2eq. Maka potensi nilai total yang bisa diperoleh Kaltim mencapai 110 sampai 125 juta US dolar. Angka itu tentu dalam rupiah mendekati Rp 2 triliun.

Kaltim telah menerima pembayaran awal (advance payment) dari Bank Dunia sebesar 20,9 juta US dolar atau setara Rp 320 miliar. Dana itu sebagian akan didistribusikan Gubernur di antaranya kepada masyarakat adat di sekitar hutan serta daerah-daerah yang melakukan program kelestarian hutan.

Gubernur mengungkapkan dari perhitungan pakar karbon, Kaltim menghasilkan 30 juta ton CO2eq. Karena itu  masih ada 8 juta ton CO2eq yang tersisa. “Ini yang saya mau bahas dengan Bank Dunia kemungkinannya dijual di pasar bebas,” jelasnya.

Transaksi perdagangan karbon bisa antarnegara sebagai bagian dari perjanjian internasional. Bisa juga melalui skema cap and trade, variasi perdagangan karbon yang memungkinkan penjualan kredit emisi antarperusahaan. Aturan untuk pasar global sendiri ditetapkan di Glasgow pada COP26.

Berdasarkan perhitungan pakar tadi, Isran mendapat gambaran Kaltim bisa menghasilkan penurunan karbon sampai 100 juta ton CO2eq. Kalau satu tonnya di atas 10 dolar AS, maka Kaltim bisa mendapatkan pembayaran sekitar 1 miliar US dolar atau setara Rp 15 triliun. Itu hampir sama dengan besaran APBD Kaltim setahun.

Isran sepertinya mau menutup masa baktinya sebagai gubernur Kaltim per 1 Oktober 2023 nanti dengan perjuangan menjual emisi karbon. “Ya, ini yang saya mau lakukan sebelum pensiun. Tidak apa-apa, yang penting bisa kita selesaikan. Karena kepentingan bangsa jauh lebih besar daripada kepentingan pribadi,” ujarnya.

Terima kasih, Pak Isran… Si Raja Naga yang menyemburkan kobaran semangat berdaulat. Sampai bertemu 2024 nanti! (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti