Catatan Rizal Effendi
MINGGU ini ada dua hal yang viral dari Gubernur Isran Noor. Pertama, soal dia jadi saksi nikah. Kedua, ditetapkannya dia sebagai ketua umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia atau APPSI, meneruskan jabatan Anies Baswedan, yang purnatugas sebagai gubernur DKI Jakarta.
Ada yang bilang dengan terpilihnya Isran sebagai ketuanya gubernur se-Indonesia, menjadi pintu baik buat Isran untuk mewujudkan semangatnya menjadi calon presiden atau wakil presiden. Isran bisa datang ke daerah-daerah seluruh Indonesia seperti dilakukannya pada saat menjadi ketua umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi).
Hampir di semua grup WA memosting video unik ketika Isran menjadi saksi nikah. Saya tidak tahu persis kapan acara itu berlangsung. Rasanya baru saja dia jadi saksi nikah di Samarinda. Ketika sang mempelai pria lancar mengucapkan akad nikah..”mas kawinnya 500 ribu rupiah dibayar tuuuuunai…”, Isran langsung memukul meja cukup keras sambil berucap “sah!!!!”.
Semua orang kaget termasuk sang penghulu. “He he takipik penghulunya,” kata Kepala KUA, yang memimpin upacara ritual itu. Undangan lainnya tertawa, ada juga yang bertepuk tangan. “Mantap saksinya Pak Gub,” kata seorang keluarga.
Beragam komenter muncul dari warga net. Ada yang setuju dan senang gaya Pak Isran, ada juga yang protes. “Rasanya kurang pas karena suasananya sangat sakral,” begitu salah satu komentar.
Tapi ada juga berkomentar lucu. “Lain kali jangan coba-cobalah maundang Pak Isran jadi saksi. Selain bayarannya larang, pengantennya bisa masuk ICU, karena takajut-kajut jantungnya.”
“Gubernur Kaltim Isran Noor idola kita semua. Memang nang ini kedada obatnya. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan jangan lupa tertawa..he..he,” kata warga net lainnya.
Soal urusan yang nyeleneh, Isran memang jagonya. Di depan Presiden Jokowi sekali pun dia berani bicara lepas. Menghibur, sehingga kita tak bosan mendengar pidatonya. Ada saja yang diplesetkannya, soal tinggi badannya yang cenderung stunting sampai matanya yang rabun kalau lihat nenek-nenek. “Ya suka-suka saya,” katanya memberi alasan sekenanya soal ucapannya.
Isran juga cerdik mengakhiri pidatonya. Habis dia ngomong kencang dan orang merasa belum selesai menyimak pidatonya, tiba-tiba dia langsung mengucapkan: “Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” sebagai pertanda berakhirnya sambutan.
Ibarat orang lagi makan, lagi enak-enaknya menyantap, tiba-tiba makanannya sudah habis. Tentu membuat orang jadi penasaran. Ini strategi untuk melawan istilah “hukum Gossen” agar orang tidak jenuh.
Hukum Gossen itu adalah kaidah dalam ilmu ekonomi, yang diintrodusir oleh ahli ekonomi Jerman, Hermann Heinrich Gossen (1810-1858). Dia bilang kalau kita terus menerus mengonsumsi sesuatu, maka kenikmatannya akan terus menerus berkurang sampai akhirnya mencapai suatu kejenuhan.
Agar hukum Gossen tidak berlaku atau bisa kita patahkan, ya caranya berhenti sebelum waktunya. Sepertinya itu yang dilakukan Isran jika berpidato atau memberi sambutan dalam berbagai kesempatan. Lucu, serius dan stop ketika orang lagi asyik-asyiknya mendengar. Bagian dari ilmu public speaking juga, agar pesan yang disampaikan mengena.
“TIGA ISTRI”
Ketika menerima pataka APPSI dari Anies Baswedan di acara Pra-Rapat Kerja Nasional APPSI sebagai tanda serah terima jabatan ketua umum APPSI, Isran juga banyak melepas joke. Misalnya soal menyebut satu istri tiga anak, dia bilang “Satu anak, tiga istri.”
Acara APPSI itu berlangsung di Hotel Novotel Balikpapan, Rabu (26/10) malam. Setelah menerima pataka, Isran diminta membuka langsung acara didampingi sejumlah gubernur dan Ketua Dewan Pakar APPSI, Prof Ryaas Rasyid. “Pak Ryaas ini menteri negara Otonomi Daerah Indonesia pertama dan terakhir,” kata Isran.
Ryaas yang sudah berusia 72 tahun itu menjadi menteri otonomi daerah pada masa Presiden Gus Dur, 1999. Masa jabatannya tidak sampai setahun sudah lengser. Setelah itu tak ada lagi menteri otonomi. “Kita doakan beliau tetap sehat dan terus mendampingi kita,” kata Isran.
Ketika menyapa Anies Baswedan, Isran sempat menyebutnya sebagai calon presiden. Undangan sempat bertepuk tangan. “Iya ‘kan baru beliau yang secara resmi dicalonkan partai sebagai bakal calon presiden? Yang lain ‘kan belum,” jelasnya.
Di tengah ucapannya yang setengah bercanda, ada tiga isu penting yang dilempar Isran menjadi perjuangannya di APPSI mendatang. Yaitu soal penghapusan tenaga honorer yang ingin dilakukan pemerintah pusat, soal tudingan pusat kepada daerah soal dana menganggur dan perubahan postur APBN, yang lebih berpihak kepada daerah.
Dia menegaskan bahwa dia tidak sependapat dengan program penghapusan tenaga honor karena akan membuat penderitaan yang besar. Isran menyebut tidak kurang ada 4 jutaan tenaga honor. Bisa jadi melebihi jumlah PNS. Kalau itu menghidupi tiga anak dan satu istri (yang sempat diplesetkan Isran jadi “satu anak tiga istri”), maka ada 16 juta orang yang terkena dampaknya.
Menurut Isran, tidak ada alasan bahwa kita tidak memiliki kemampuan keuangan sehingga harus menghapus tenaga honorer. “Itu urusan negara. Negara perlu menciptakan lapangan kerja. Bukan membuat orang jadi menganggur. Apalagi tenaganya memang kita butuhkan,” kata gubernur yang disambut applaus undangan.
Berkaitan soal tudingan pusat seakan-akan daerah lambat membelanjakan dana APBD-nya, Isran juga membantah. “Nggak ada daerah yang mau menahan-nahan dananya. Untungnya apa?” katanya. Ia menjelaskan, kerap ada dua hal kenapa dana daerah masih mengendap. Pertama soal aturan yang terlalu njlimet dan kedua, biasanya dana pihak kontraktor yang belum dicairkan.
Gubernur Isran juga mengajak gubernur se-Indonesia membuka paradigma baru soal postur APBN, yang selama ini banyak dikelola pusat. Seharusnya dana tersebut lebih banyak disalurkan kepada daerah, mengingat Pusat hanya berkewajiban menangani 5 bidang pemerintahan saja. “Jadi seyogianya dana APBN banyak ke daerah, misalnya 30 sampai 40 persen saja di Pusat dan sisanya dibagikan kepada daerah. Itu baru betul,” katanya mendapat sambutan meriah.
Apakah Isran berhasil memperjuangkan tiga isu penting ini ke Pusat? Menurut beberapa peserta Pra-Rakernas APPSI, isu ini sangat penting digaungkan demi kepentingan daerah di masa depan. “Saya kira bisa lebih cepat terealisir kalau Pak Isran jadi presiden atau wapres. Karena itu, tak ada salahnya jika kita mendukung beliau,” kata mereka bersemangat.(*)