JAKARTA – Praktisi komunikasi politik, Eko Satiya Hushada, menilai bahwa sikap calon Gubernur Kaltim, Isran Noor, yang terkesan melecehkan calon Gubernur Kaltim Rudi Mas’ud dalam dua debat terakhir, justru tidak menguntungkan Isran. Masyarakat diprediksi tidak akan bersimpati terhadap sikap Isran, sehingga mungkin memutuskan untuk tidak memilihnya.
“Pak Isran memang dikenal suka bercanda. Namun, karena ini adalah forum resmi, tempat pemilih menentukan pilihannya, Pak Isran seharusnya menjaga sikap, tidak melecehkan atau mengolok-olok Rudi,” ujar Eko kepada wartawan, Selasa (5/11/2024).
Menurut Eko, sikap melecehkan Rudi tersebut tampak ketika Isran menyebut bahwa Rudi tidak punya pengalaman, sehingga ia tidak mengajukan pertanyaan. “Belum punya pengalaman (jadi gubernur) kawan ini. Jadi saya tidak ajukan pertanyaan,” ujar Isran dalam debat kedua.
Begitu pula dalam debat pertama, Isran sempat berceletuk, “Handak jadi gubernur kah?” yang menurut Eko tidak pantas diucapkan. Terlebih, secara usia, Isran jauh lebih tua dibandingkan Rudi, sehingga seharusnya bersikap bijaksana kepada yang lebih muda. “Penasehat komunikasi Pak Isran harus mengingatkan beliau, jangan bersikap demikian. Beliau orang tua, seharusnya lebih arif dan bijaksana kepada yang muda,” jelas Eko, yang juga Direktur Eksekutif Brand Politika, perusahaan konsultan politik.
Masyarakat Indonesia, lanjut Eko, adalah masyarakat dengan adat istiadat ketimuran yang penuh dengan sopan santun dan menjunjung tinggi etika. Sikap tidak bijak dari Isran, menurut Eko, akan membuat pemilih tidak simpatik dan akhirnya beramai-ramai menjatuhkan pilihan kepada pasangan nomor 2, Rudi Mas’ud-Seno Aji.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pasangan Isran Noor-Hadi Mulyadi pun, menurut Eko, menggambarkan ketegangan sehingga terlihat lebih ingin menyerang daripada membedah visi misi pasangan calon. Begitu juga dengan pernyataan berulang-ulang bahwa Rudi-Seno tidak berpengalaman karena belum pernah menjabat sebagai gubernur atau wakil gubernur, menurut Eko, menjadi pernyataan yang kontraproduktif. Pernyataan ini seakan ingin “mengunci” Rudi-Seno bahwa mereka tidak layak menjadi gubernur-wakil gubernur karena tidak memiliki pengalaman sebagai gubernur-wakil gubernur.
“Justru karena kepemimpinan Isran-Hadi dinilai Rudi-Seno gagal dan tidak memberi manfaat besar pada masyarakat Kaltim, maka mereka sepakat maju untuk menggantikan Isran-Hadi,” tegas Eko.
Menurut Eko, Isran-Hadi seharusnya menyampaikan apa yang telah dilakukan selama masa pemerintahan, hasilnya, serta rencana ke depan jika kembali terpilih. “Itu yang seharusnya dilakukan Isran-Hadi. Bukan menyerang Rudi-Seno dengan label belum berpengalaman, seakan-akan kami (Isran-Hadi) yang sudah punya pengalaman. Karena masyarakat dalam menentukan pilihan, melihat nilai manfaat yang akan diperoleh jika memilih pasangan calon tertentu.”
Eko menilai, dalam hal membangun persepsi pemberi nilai manfaat, justru pasangan Rudi-Seno lebih unggul dengan program “gratis poll” mereka. Rudi-Seno secara konkret menawarkan nilai manfaat berupa berbagai layanan gratis. “Hidup semakin sulit, ekonomi sulit, biaya sekolah dan kesehatan mahal. Rudi-Seno menawarkan program gratis. Artinya, pemilih yang mencoblos Rudi-Seno nomor dua, tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk pendidikan tinggi, kesehatan, dan sebagainya. Ini nilai manfaat yang konkret, tidak perlu dicerna rumit oleh pemilih,” jelas Eko.
Menghadapi “serangan” Isran-Hadi, pasangan Rudi-Seno menunjukkan sikap simpati dengan tetap tersenyum dan tidak terpancing emosi. “Kita bisa lihat, Rudi dan Seno tetap menunduk, tersenyum, tidak terpancing emosi. Sikap ini akan mendapat nilai plus dari pemilih. Rudi-Seno dinilai menghormati yang lebih tua, meskipun yang lebih tua bersikap kurang menghargai mereka. Khususnya pemilih muda, akan simpati terhadap Rudi-Seno,” ujar Eko.
Menurut Eko, sikap Isran-Hadi ini bisa dinilai pemilih sebagai sikap orang yang kalut dan khawatir akan kekalahan, sehingga melakukan hal-hal yang tidak semestinya untuk menjatuhkan lawan. Penilaian tersebut semakin kuat dengan banyaknya berita di media massa yang menyatakan pasangan Rudi-Seno unggul dibandingkan Isran-Hadi.
“Saya hanya mengingatkan Pak Isran dan Pak Hadi, agar lebih berhati-hati dalam bersikap. Belajar dari pilpres 2024 lalu, di mana calon presiden Anies Baswedan sempat memberi penilaian rendah terhadap Prabowo dalam sebuah debat, yang akhirnya menjadi nilai pengurang bagi Anies. Orang Indonesia tidak suka dengan cara-cara seperti ini,” kata Eko. (MK)