spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ini Keuntungan Relokasi Pemukiman Long Lunuk Mendekati Jalan Trans Kalimantan

UJOH BILANG – Bupati Mahakam Ulu Bonifasius Belawan Geh mengusulkan relokasi bertahap pemukiman di Kampung Long Lunuk dan Long Lunuk Baru mendekati jalan Trans Kalimantan.

Usulan ini mengemuka setelah belajar dari pengalaman banjir besar yang melanda dua kampung di Kecamatan Long Pahangai pada 9-10 September 2022. Dari berbagai aspek, Bupati menilai pemindahan bertahap pemukiman akan membawa banyak keuntungan bagi warga.

Usulan relokasi bertahap pemukiman di kedua kampung itu, bupati sampaikan langsung kepada kedua petinggi kampung dan warga ketika berkunjung ke Kampung Long Lunuk menyerahkan bantuan kepada korban banjir, Rabu (21/9/ 2022) lalu.

“Petinggi kedua kampung setuju pemukiman di Kampung Long Lunuk direlokasi bertahap. Kita harus pindah, cari lokasi yang tidak punya potensi banjir dan tanah longsor. Saya harap warga setuju,” tutur Bupati Bonifasius, di Lamin Adat Kampung Long Lunuk.

Selain banjir, pemukiman di kedua kampung tersebut juga rawan longsor. Baik yang berada di sisi perbukitan maupun di pinggir sungai. Beberapa warga yang mendiami kampung sejak puluhan tahun lalu mengutarakan, sekitar tahun 70an, jarak antara pemukiman dan tepi sungai lebih dari 10 meter.

Lima puluh tahun kemudian, jarak pemukiman dan tepi sungai semakin dekat. Pantauan lapangan di kedua kampung tersebut, rata-rata pemukiman berdiri kurang dari 5 meter dari pinggir batas ketinggian rata-rata aliran Sungai Mahakam.

Bahkan, beberapa rumah tak jauh dari Lamin Adat Kampung Long Lunuk jaraknya kurang dari 1 meter di belakang tanah membentuk tebing, membelakangi tepi Sungai Mahakam. Di tebing tanah berwarna kuning setinggi sekitar 4 meter dari ketinggian air sungai itu terlihat bekas gerusan air Sungai Mahakam. Di beberapa titik terpasang bronjong berisi batu andesit sebagai fondasi menahan abrasi sungai.

Usulan relokasi bertahap di wilayah kedua kampung yang dekat dengan Jalan Trans Kalimantan itu bukan semata urusan keselamatan warga. Pria bergelar Magister Ekonomi ini menilai, pemukiman baru mendekati jalur urat nadi di Pulau Kalimantan itu akan mempercepat perputaran roda perekonomian warga setempat.

Warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani bisa lebih mudah menjual hasil bumi, jika bermukim di dekat jalan yang akan terhubung dengan Kalteng, Kalbar, Kaltim dan juga Ibu Kota Nusantara itu. Tak perlu mengeluarkan uang lebih untuk biaya transportasi sungai yang dikenal lama dan boros bahan bakar. Dengan prospek ini, tak menutup peluang akan ada usaha baru yang muncul seperti perdagangan yang lebih ekonomis.

“Itu potensi besar dan bagus bagi kita untuk meningkatkan ekonomi keluarga,” ujar bupati.

Oleh karena itu, bupati meminta petinggi di kedua kampung itu segera membuat musyawarah membahas usulan tersebut. Besar harapan ada persetujuan relokasi bertahap. “Nanti didiskusikan mencari anggarannya. Pemkab Mahulu akan berusaha membantu pematangan lahan. Setelah lahannya siap, mulai pindah perlahan,” ujar Bupati.

Ketua DPRD Mahulu Novita Bulan sependapat dengan usulan ini. Menurutnya, usulan pemerintah tentu sudah dipikirkan dan demi kebaikan dan keselamatan warga. “Kampung bukan ditinggalkan 100 persen. Kita cari tempat yang lebih layak dan aman dan pindah bertahap,” ujar Politikus Partai Gerindra dari daerah pemilihan Long Apari dan Long Pahangai tersebut.

Terpisah, Sekretaris Kampung Long Lunuk, Martinus Tanting mengatakan sedikitnya sudah ada 30an rumah dan ladang warga yang berdiri tak jauh dari Jalan Trans Kalimantan tersebut.

“Warga mau sebagian pindah ke sana. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari perkampungan lama. Daerah itu bebas banjir,” kata Martinus diwawancarai di sela-sela penyerahan bantuan di kampungnya.

Pria 64 tahun ini sependapat relokasi bertahap pemukiman lama ke daerah baru akan membawa dampak ekonomis dan menjamin keselamatan warga dari bencana banjir dan tanah longsor. Warga kampung yang berprofesi sebagai petani padi, karet dan kakao tak perlu takut hasil pertaniannya tak diserap pasar lagi.

“Hasil petani mudah dijual jika dekat jalan Trans Kalimantan. Tinggal taruh di depan rumah, orang bisa langsung beli. Kalau di kampung, masih susah,” ujar Martinus.
Martinus membayangkan, jika roda perputaran ekonomi semakin kencang dan warga pelan-pelan berpindah ke lokasi baru, pemukiman lama bisa dimanfaatkan sebagai penginapan bagi wisatawan. (adv)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti