Pada 2013, Pemprov Kaltim mencanangkan program 2 juta ekor sapi pada 2018 atau Kaltim bisa surplus 1,5 juta sapi. Namun sampai 2022, target itu tak kunjung tercapai. Populasi sapi di Kaltim saat ini hanya 120 ribu ekor. Boro-boro surplus, Kaltim malah terus kekurangan hewan ternak ini sehingga harus memasok dari daerah lain.
Tim Peliput: Andi Desky, Ramlah Effendy, Muhammad Rafi’i, Nur Robbi Syai’an, Nur Yahya
Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak pada 2013 mencanangkan program 2 juta ekor sapi hingga 2018. Berbagai upaya dilakukan Pemprov Kaltim agar target tersebut tercapai. Namun hingga tahun ini atau sampai Gubernur Kaltim dijabat Isran Noor, target tersebut tak kunjung tercapai. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, tiap tahun Kaltim harus memasok sapi potong dari luar daerah.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kaltim, Munawwar menerangkan, populasi sapi di Kaltim pada 2020 dan 2021 berkisar 119 ribu hingga 120 ribu ekor. Total sapi layak potong di Kaltim hanya mampu melayani 28 persen dari kebutuhan masyarakat. Sisanya, 72 persen atau sebanyak 60 ribu-65 ribu ekor didatangkan dari luar Kaltim. Utamanya dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bali.
Untuk perayaan Iduladha, kebutuhan daging ruminansia (sapi, kambing, kerbau) mengalami kenaikan setiap tahun. Karena Kaltim belum mampu memenuhi kebutuhan, hewan kurban ini didatangkan dari luar Kaltim. Proyeksi kebutuhan sapi untuk kurban pada Iduladha 2022 mencapai 14.629 ekor. Sedangkan saat ini ketersediaan hewan kurban mencapai 14.968 ekor.
Untuk ketersediaan kambing mencapai 10.789 ekor, sementara kebutuhan kambing saat Iduladha 2022 yakni 6.151 ekor. “Kami mennyatakan ketersediaan hewan kurban untuk Kaltim sangat mencukupi walaupun ada wabah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku, Red.),” terang Munawwar ketika ditemui Media Kaltim, Kamis (7/7/2022).
Berdasarkan data DPKH Kaltim tahun 2021, jumlah ternak sapi sebanyak 120.446 ekor. Ternak lain yakni kerbau mencapai 6.522 ekor, kambing 73.426 ekor, dan ayam pedaging mencapai 63.971.068 ekor. Sementara peternak sapi ada sekitar 19.000 dengan kepemilikan 4-5 ekor per peternak. Untuk peternak kambing lebih 10.000 orang dengan kepemilikan 6-7 ekor per peternak.
“Peternakan sapi di Kaltim masih bersifat individu atau kelompok ternak. Pemprov saat ini terus berupaya untuk meningkatkan populasinya,” jelasnya.
Di Kutai Kartanegara (Kukar), peternak lokal belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Kukar. Rata-rata kebutuhan sapi di Kukar dalam setahun mencapai 3.600 ekor (asumsi 10 ekor per hari), sedangkan Kukar hanya mampu mengalokasikan sebanyak 1.080 ekor sapi. Sisanya mendatangkan dari luar daerah.
“Karena kita ketergantungan, belum mencukupi sapi dalam daerah. Kita belum mampu swasembada dari sektor peternakan sapi,” ungkap Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan (Distanak) Kukar, Aji Gozali Rahman kepada Media Kaltim, Jumat (8/7/2022).
Sekitar 70 persen sapi katanya, didatangkan dari Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Kualitas sapi dari daerah ini dinilai baik dan menjadi rujukan dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI. Meski belum swasembada sapi tambahnya, beberapa peternak di Kukar juga memasok sapi untuk kebutuhan di Samarinda dan Balikpapan.
Selain ternak sapi, Kukar juga memasok daging sapi beku. Gozali mengatakan, ada satu perusahaan di Tenggarong yang mendatangkan daging beku dari Samarinda. Jumlahnya sedikit, melihat kebutuhan konsumsi dan pasar, yakni rata-rata mencapai 300-600 kilogram (kg) per bulan atau sekitar 3.600-7.200 kg tiap tahun.
Namun untuk kerbau, Kukar sudah swasembada. Kerbau asal Kukar sering dikirim ke Sulawesi untuk acara adat. Kerbau ini hasil pengembangan di Kecamatan Muara Kaman, Muara Muntai, dan Muara Wis. Di Muara Wis yang terkenal dengan Danau Melintang seluas 11 ribu hektare, menjadi lokasi peternakan kerbau yang pas. Kerbau bisa berenang sambil mencari makan.
Untuk perayaan Iduladha 2022, berdasarkan data Distanak Kukar, ada kenaikan kebutuhan hewan kurban sebesar 33 persen dibanding tahun 2021. Pada 2022, permintaan 3.600 ekor, sementara pada 2021 hanya 2.400 ekor. Permintaan kambing pada 2021 sebesar 614 ekor, naik menjadi 922 ekor pada 2022. Untuk kerbau pada 2021 hanya 51 ekor, naik menjadi 77 ekor pada tahun ini.
KALANG KABUT
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan di Dinas Pertanian (Distan) Penajam Paser Utara (PPU) Arief Murdiyatno mengakui, pasokan sapi di PPU dan daerah lain di Kaltim, masih bergantung pada daerah lain. Pengembangbiakan hewan ternak lokal sapi dan kambing katanya, belum cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.
Populasi sapi di wilayah PPU hanya ada sekira 16.000 ekor. Sedangkan kambing ada sekira 4.000 ekor. Secara kalkulasi, kebutuhan sapi untuk sekira 185.000 penduduk PPU per tahun, mencapai 2.300 ekor sapi dan 1.500 ekor kambing.
“Yang menjadi dilema, satu sisi untuk pengendalian penyakit (Penyakit Mulut dan Kuku/PMK, Red.), di sisi lain secara ekonomis kita butuh. Harus diakui di Kaltim ini sangat kurang. Jadi ketika ada kejadian seperti ini (wabah PMK, Red.), kita kalang kabut, apa yang harus kita perbuat untuk memenuhi kebutuhan konsumen,” ungkapnya.
Di atas kertas katanya, populasi kedua hewan ternak itu masih terbilang minim, dan belum dapat dipastikan untuk memenuhi permintaan konsumen PPU setiap tahun. Satu hal yang membuatnya belum berani menjamin ialah angka-angka kelahiran sapi yang rendah.
Arief menghitung dari sekira 16 ribuan populasi itu, potensi breeding (pembiakan) hanya sekira 9 ribuan. Kemudian setelah diseleksi, diperkirakan hanya sekira 3 ribuan ada induk produktif. Jumlah itulah yang selanjutnya dikembangkan melalui Inseminasi Buatan (IB) sekira 70 persen, sisanya kawin alam.
“Separuh induk dapat diperkirakan bisa melahirkan. Jadi tingkat kesuburannya sekitar 50-60 persen dari itu saja. Dari jumlah itu, itu sekitar 1.500 itu apa bisa memenuhi kebutuhan kita dalam setahun? Belum tentu, artinya kita masih kekurangan, itu yang dipenuhi oleh suplai dari luar,” bebernya.
Maka dari itu, Arief sangat khawatir bila wabah PMK ini terus berkepanjangan. Ia berharap pemerintah pusat dan daerah benar-benar serius mengatasi masalah ini. Di antaranya dengan segera mengalokasikan anggaran yang optimal serta pemenuhan vaksin.
“Jika PMK belum berakhir, bahkan tahun depan bisa lebih parah. Maka harus ada peluang terbaik, kita harus memaksimalkan lokal kita. Dan berdoa agar dua daerah NTT dan Sulawesi tetap aman. Serta vaksin dapat segera masuk ke NTT dan Sulawesi, juga ke Kaltim,” harapnya.
KONTRIBUSI LOKAL
Arief mengatakan, kebutuhan hewan ternak pada momentum Iduladha terus mengalami kenaikan. Saat Iduladha 2020, kebutuhan mencapai 904 ekor sapi dan 213 kambing. Sedangkan pada 2021, kebutuhan sapi naik menjadi 987 ekor dan 218 ekor kambing. Ada kenaikan 9,18 persen sapi dan kambing 2,35 persen.
“Saya prediksi untuk 2022 ini ada kenaikan tidak jauh dari jumlah itu. Nah, saat ini, ketersediaan masih surplus,” ucapnya. Pada Iduladha tahun ini tambahnya, tersedia 1.342 ekor sapi dan 364 ekor kambing. Dari total jumlah itu, kebutuhan sapi dipenuhi dari lokal sekira 50 persen dan kambing lokal sekira 60 persen.
Yang paling berkontribusi dalam pengadaan sapi lokal ini yaitu Koperasi Babulu Brahman Jaya yang mengoptimalkan peran sebagai koordinator klaster pangan dengan menjadi penjamin pembelian atau penyalur (offtaker) hasil pertanian dari petani lokal. Koperasi ini baru dibentuk Januari 2022.
Koperasi ini sejalan dengan program desa korporasi sapi yang diterima PPU. Pemkab PPU kemudian menunjuk Kecamatan Babulu, dan 5 kelompok peternak di sana untuk mengelola 1.000 sapi untuk penggemukan dan pengembangan. “Program itu sudah berjalan dengan baik. Beberapa kali hasilnya kemudian dipasarkan melalui koperasi yang juga dikelola oleh 5 kelompok peternak tadi,” kata Arief.
Kali ini, tercatat ada 363 sapi yang memberikan kontribusi untuk kebutuhan Iduladha 2022. Selebihnya, kontribusi ternak lokal sapi dan kambing dipenuhi swadaya peternak lokal yang tersebar di kecamatan lain, yakni Penajam, Waru dan Sepaku. “Untuk kebutuhan Iduladha tahun ini dan sepanjang tahun ini pasokan kita aman. Tapi untuk tahun selanjutnya belum bisa dikatakan aman,” tutupnya.
HEWAN KURBAN BERLEBIH
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, setiap tahun Kutai Timur (Kutim) membutuhkan 5-6 ribu sapi per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Kutim juga banyak mendatangkan sapi ternak dari NTT dan Sulawesi. Hanya 25 persen sapi yang mampu ditangani peternak lokal, yaitu di Kecamatan Kaubun, Muara Wahau dan Rantau Pulung.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim, Dyah Ratnaningrum mengatakan, khusus untuk kebutuhan Iduladha 1443 Hijriah di Kutim, sudah tersedia 2.582 ekor sapi dan 386 ekor kambing. “Stok hewan kurban tahun ini justru melebihi jumlah tahun kemarin yang hanya menyediakan 1.200 ekor sapi,” papar Dyah, Jumat (8/7/2022).
Dia mengatakan, kebutuhan sapi di Kutim memang cukup tinggi. Dalam sehari sedikitnya ada 7 ekor sapi yang dipotong. “Kebutuhan kita bisa dikatakan cukup tinggi, sementara populasi sapi kita masih sekitar 19 ribu, yang terdiri dari jantan, anak, betina produktif. Sementara sapi betina produktif tidak boleh dipotong (sembelih, Red.), sehingga pasokan dari luar masih dibutuhkan,” tandasnya.
Sementara Kepala Bidang (Kabid) Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, Jois Andi Lolo mengatakan kebutuhan sapi pada Rumah Potong Hewan (RPH) setiap perayaan hari besar keagamaan bisa meningkat dari biasanya. Pada hari biasa, RPH bisa memotong hingga 8 sapi per hari.
Menurut data DKP3 Bontang, Januari hingga Juli 2022, RPH di Bontang telah memotong 1.600 sapi. Pada 2021 pemotongan di RPH sebanyak 4.050 sapi, tahun 2020 sebanyak 4.300 sapi, dan tahun 2019 sebanyak 4.500 sapi. Jois mengatakan, kebanyakan sapi didatangkan dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kebutuhan sapi masih didatangkan dari luar Bontang,” kata Jois didampingi bersama Medik Veteriner, drh Saiful Islam, Kamis (7/7/2022). Untuk ketersediaan sapi hingga Iduladha dan hari lainnya tambahnya, masih mencukupi, yaitu ada persediaan sebanyak 1.520 ekor sapi. (eky/afi/sbk/ref/ya)