spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Identitas Mayat Tak Dikenal Itu Terkuak dari HP Jadul

Kantuk belum benar-benar hilang ketika Muhammad Yusuf berjalan malas di pantai Melawai, Balikpapan Kota. Lelaki 49 tahun itu hendak memeriksa perahunya yang ditambat di bibir pantai. Setiba di atas perahu, kedua mata Yusuf terbelalak. Ia melihat sesosok mayat tertelungkup di pinggiran pantai. Batinnya menolak menyebut mayat.

“Mudah-mudahan cuma patung,” pikir Yusuf, Rabu, 8 September 2021, pukul 07.30 Wita, seperti dituturkan ulang kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com. Untuk memastikannya, lelaki yang tinggal di Balikpapan Utara itu menghubungi pihak berwajib. Beberapa anggota polisi datang beberapa menit kemudian. Setelah diperiksa, petugas memastikan sosok tadi adalah mayat seorang pria.

Kepolisian menyelidiki mayat bercelana jin biru dan kaus hitam itu. Akan tetapi, penyelidikan pagi itu belum membuahkan hasil. Polisi kesulitan mengungkap kasus ini karena wajah serta beberapa bagian tubuh mayat telah membusuk. Kartu identitasnya juga tak ada. Petugas hanya menemukan sebuah telepon genggam bermerek Nokia di saku celana. Dari tanda-tandanya, mayat tersebut diperkirakan sudah meninggal tiga hari.

Titik terang kasus ini muncul setelah ponsel Nokia berdering, sehari setelah penemuan jenazah. Polisi yang mendengarnya segera menjawab. Di ujung sambungan, seorang pria bernama Dadut Dwi Darmawan, 31 tahun, menanyakan keberadaan pemilik ponsel tersebut. Kata Dadut, Nokia itu milik rekannya, Khosyim Anwar, 32 tahun.

“Kami menjelaskan, pemilik ponsel ini telah meninggal dunia,” terang Kepala Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Semayang, Ajun Komisaris Polisi Abu Sangit, Jumat (10/9/2021). Kepada polisi, Dadut mengaku adalah orang terakhir bersama Khosyim semasa hidup. Ia menceritakan kronologinya yang kemudian diceritakan ulang polisi kepada media ini.

Khosyim dan Dadut adalah kenalan lama. Jumat tengah malam, 3 September 2021, keduanya berangkat dari Muara Wahau, Kutai Timur, ke Balikpapan menggunakan jasa travel. Mereka hendak pulang kampung ke Trenggalek, Jawa Timur. Ketika Khosyim dan Dadut tiba di Kota Minyak, keduanya mencari tiket kapal. Mereka juga uji usap Antigen di RS Bhayangkara untuk memenuhi persyaratan perjalanan laut.

Pada Ahad (5/9/2021), pukul 21.30 Wita, Khosyim dan Dadut akhirnya masuk Kapal Motor Mutiara Ferindo yang bersandar di Pelabuhan Semayang. Kapal feri itu bertujuan ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Sebelum berlayar, kira-kira pukul 10 malam, Dadut meninggalkan Khosyim di kamar tidur. Ia pergi ke toilet. Dadut yang baru kembali dilanda heran karena Khosyim tak ada di tempat tidur.

“Saksi (Dadut) lalu menelepon korban di kapal. Panggilan pertama dan kedua aktif, tapi enggak ada yang jawab. Setelah itu nomornya tidak aktif,” cerita AKP Abu Sangit.

Dalam kondisi panik, Dadut menyusuri sekujur kapal. Ia juga melaporkan hilangnya Khosyim kepada petugas kapal. Tapi, sampai KM Mutiara Ferindo menepi di Pelabuhan Tanjung Perak pada Rabu, 8 September 2021, pukul 01.00 Wita, Khosyim tak pernah ditemukan.

Dadut terus menanti sahabatnya di Surabaya. Hingga matahari muncul, Khosyim masih tak terlihat. Ia pun memutuskan pergi ke Trenggalek seorang diri. Di kampung halamannya itu, Dadut mencoba menghubungi nomor ponsel Khosyim. Sambungan inilah yang menghubungkan Dadut dengan polisi. Dari komunikasi itu pula, ia menerima kabar bahwa Khosyim ditemukan meninggal di pantai Melawai, Balikpapan.

“Dari kapal sampai korban ditemukan di pantai, belum diketahui,” jelas AKP Abu. Kabar pahit itu segera dilaporkan kepada keluarga Khosyim. Keluarga menyatakan, tidak mau jenazah Khosyim diautopsi. Keluarga menerima bahwa kematian Khosyim karena kecelakaan tunggal. Dengan demikian, ucap AKP Abu, kasus ini ditutup. “Selanjutnya, jenazah kami kirim ke rumah duka di Trenggalek,” tutup Kapolsek Semayang. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img