spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Hore… Bisa Sekolah Lagi, Senin Pekan Depan Samarinda Terapkan PTM 

Lampu hijau pembelajaran tatap muka (PTM) akhirnya menyala di Samarinda. Wali Kota Andi Harun telah menerbitkan surat rekomendasi izin pembukaan PTM terbatas semasa PPKM level III. Kebijakan diambil seturut melandainya kasus Covid-19 di Kota Tepian. PTM yang telah ditunggu elemen pendidikan pun sudah di depan mata.

Kepala Dinas Pendidikan Samarinda, Asli Nuryadin, membenarkan bahwa PTM direncanakan pada Senin, 20 September 2021. Disdik Samarinda disebut telah mengantongi beberapa opsi penerapan PTM. Dari 94 sekolah yang terkualifikasi menerapkan protokol kesehatan, setelah berbagai pertimbangan, pemkot memutuskan PTM terbatas di 54 sekolah.

“Pak Wali Kota memilih opsi yang lebih moderat dan bertahap. Jadi, 54 sekolah yang dibuka dulu,” ucap Asli kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com melalui sambungan telepon, Rabu, 15 September 2021. Dia menjelaskan, dari 54 sekolah yang terpilih, 14 di antaranya telah diuji coba menerapkan PTM sejak awal tahun ini. Sementara 40 sekolah yang lain, mayoritas murid dan gurunya telah divaksin seperti SMP 1, SMP 22, dan SMP 36.

Penerapan PTM di Samarinda sudah dijabarkan teknisnya. Pertama, orangtua harus memastikan kesehatan siswa sebelum berangkat ke sekolah. Sesampainya siswa di gerbang sekolah, suhu tubuh diperiksa. Para siswa ini belajar di kelas yang hanya diisi separuh dari kapasitas. Di samping itu, mata pelajaran yang berpotensi menimbulkan kerumunan seperti olahraga dan kegiatan ekstrakurikuler ditiadakan.

PTM kemudian dievaluasi setiap hari. Jika ditemukan lonjakan kasus Covid-19, PTM bisa dihentikan. Meskipun demikian, Asli meyakini, kecil kemungkinan terjadi peningkatan kasus Covid-19 akibat PTM. Setidaknya, demikian hasil uji coba PTM di 14 sekolah.

Aturan yang lain adalah tidak seluruh siswa wajib PTM. Orangtua yang tidak yakin terhadap PTM memiliki hak menolak siswa ke sekolah. Anak diperbolehkan tetap belajar daring. Asli mengatakan, aturan tersebut sesuai surat keputusan bersama empat menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.

Diwawancarai terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Anwar Sanusi menjelaskan, Kaltim belum bisa melaksanakan PTM secara menyeluruh karena beberapa alasan. Penyebab utamanya adalah belum ada persetujuan Satgas Covid-19.

Satu setengah tahun sudah, para siswa belajar secara daring. Sejumlah orangtua mengaku, anak mereka sudah jenuh. Mujianti, 36 tahun, adalah warga Jalan Surya Makmur, Samarinda Seberang. Buah hatinya disebut kesulitan menerima pelajaran secara daring. Putirnya, Afika, yang duduk di SD 006 bahkan tak pernah bertemu teman sekelas.

“Jadinya, males-malesan dan sedikit melawan kalau diminta belajar,” katanya. “Tentu beda kalau guru yang mengajar,” sambungnya.

Ibu yang lain, Endang –namanya memang pendek–, 37 tahun, punya kisah seragam. Ibu rumah tangga ini mengatakan, kedua buah hatinya jenuh diberikan tugas dari sekolah. Metode daring membuat tugas menumpuk. Kedua putranya yang bernama Royhan dan Ibrahim kerap tak sanggup menyelesaikan seluruh tugas sampai tenggat waktu.

Endang sangat setuju PTM diterapkan. Kebijakan tersebut dianggap bisa membuat anak-anaknya lebih fokus karena belajar di sekolah. Di sisi lain, anak-anak juga bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebaya.  “Sehingga tidak banyak main game di rumah,” keluhnya.

Mewakili guru, Joni, pengampun mata pelajaran sejarah Indonesia di SMA 6 Samarinda, mendukung PTM. Joni melihat siswa dan guru sama-sama jenuh dengan pembelajaran daring. Metode tersebut memiliki banyak kendala. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti