Dinas Kesehatan Kaltim mencatat Penyakit Tidak Menular (PTM) yang paling banyak diderita masyarakat Kaltim yaitu hipertensi. Disusul diabetes melitus tipe 2 serta kanker leher rahim dan payudara. Apa saja pemicu penyakit ini?
Tim Peliput: Andi Desky, Muhammad Rafi’i, Ramlah Effendy
Apakah Anda merasakan sakit kepala, pusing, jantung berdebar-debar, rasa sakit di dada, dan mudah lelah? Waspada, jangan-jangan Anda mengalami gejala hipertensi. Mungkin tidak semua orang bisa merasakan gejala seperti ini. Tetapi bila diabaikan, bisa memicu penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal yang ujung-ujungnya menyebabkan kematian.
Menurut data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Penyakit Tidak Menular (PTM) yang paling banyak dialami masyarakat Kaltim yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hasil diagnosis PTM pada 2021, jumlah penderita hipertensi di Kaltim mencapai 195.817 orang. Sedangkan pada 2022 (Januari-Mei) jumlah penderitanya sudah mencapai lebih 63 ribu orang.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding arteri terlalu tinggi. Biasanya hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 dan dianggap parah jika tekanan di atas 180/120. Penyakit ini juga disebut the silent killer karena sering tidak menunjukkan gejala. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan stroke.
Penyakit yang juga banyak diderita masyarakat Kaltim, yaitu diabetes militus tipe 2 yang mencapai 51.215 orang pada 2021. Sementara pada 2022 sampai Mei, sudah diderita 17.680 orang. Diabetes militus tipe 2 merupakan suatu kondisi kronis yang mempengaruhi cara tubuh memproses gula darah (glukosa).
Pada diabetes melitus tipe 2, tubuh tidak memproduksi cukup insulin. Sementara diabetes tipe 1 ditandai dengan kerusakan organ pankreas dalam memproduksi insulin. Adapun gejala penyakit ini yakni berupa rasa haus meningkat, sering buang air kecil, lapar, lelah, dan penglihatan kabur. Bahkan pada beberapa kasus, tidak ada gejala.
Selain hipertensi dan diabetes, obesitas atau kegemukan juga salah satu PTM yang paling banyak diderita masyarakat Kaltim. Dinkes Kaltim mencatat pada 2021, penderita obesitas mencapai 9.225 orang. Pada kurun waktu Januari hingga Mei 2022 tercatat 4.327 orang yang mengalami penyakit ini.
Obesitas merupakan gangguan yang melibatkan lemak tubuh berlebihan yang meningkatkan risiko masalah kesehatan. Obesitas terjadi karena kalori yang masuk lebih banyak daripada yang dibakar melalui olahraga dan kegiatan normal sehari-hari.
Obesitas terjadi ketika indeks massa tubuh seseorang adalah 30 atau lebih besar. Gejala utama adalah lemak tubuh yang berlebihan, yang meningkatkan risiko timbulnya masalah kesehatan yang serius. Penderita biasanya mengalami nyeri punggung atau sendi
Dinas Kesehatan Kaltim juga telah melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara di seluruh kabupaten/kota se-Kaltim. Dari 5.847 orang yang curiga menderita kanker, terdapat 0,13 persen curiga kanker payudara, dan curiga kanker leher rahim sebesar 0,33 persen.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Setyo Budi Basuki mengatakan, pihaknya telah melakukan deteksi dini atau skrining risiko penyakit tidak menular pada masyarakat dan diketahui penyakit hipertensi yang paling banyak diderita warga Kaltim.
Pada umumnya katanyaa, PTM disebabkan perilaku hidup yang tidak sehat. Di antara faktor risiko penyakit tidak menular katanya, seperti kebiasaan merokok, pola makan yang tidak sehat, kurang mengkonsumsi buah dan sayur, kurang aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, dan berat badan berlebih (obesitas).
“PTM berfokus pada deteksi dini atau biasa disebut skrining. Adapun skrining PTM yaitu merokok, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol, pola makan, tekanan darah, IMT (indeks massa tubuh), lingkar perut, gula darah, gangguan pengelihatan dan gangguan pendengaran,” terangnya, Rabu (29/6/2022).
Deteksi dini kata Setyo, salah satu upaya pencegahan PTM. Deteksi dini dapat dilakukan di Puskesmas yang dinamakan Posbindu (Pos Bina Terpadu). Dinkes katanya, terus melakukan bimbingan teknis maupun monitoring evaluasi terkait kegiatan deteksi dini PTM ataupun program-program PTM yang dapat mencegah kejadian PTM.
Dia mencontohkan kegiatan yang dilakukan Dinkes Kaltim melakukan pelatihan skrining deteksi dini pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) yang merupakan cara mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin untuk petugas puskesmas di seluruh Kaltim.
“Dengan tujuan meningkatkan kapasitas petugas. Contoh lain pelaksanaan bulan hipertensi dengan melaksanakan kegiatan deteksi dini PTM secara massal yang masing-masing dilaksanakan oleh 10 kabupaten/kota,” ujarnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencanangkan Gerakan Bulan Deteksi Dini PTM secara serentak di seluruh Indonesia pada 18 Mei hingga 18 Juni 2022. Sasarannya penduduk usia 15 tahun ke atas. Skrining kesehatan antara lain pemeriksaan antropometri, pengukuran tekanan darah, gula darah, pemeriksaan tajam penglihatan dan tajam pendengaran, serta penyakit paru obstruktif kronik.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan PTM merupakan masalah yang semakin mengkhawatirkan di dunia, termasuk Indonesia. Setiap tahun jumlah kasus terus meningkat, seiring dengan meningkatnya faktor risiko, seperti konsumsi gula dan garam yang tinggi, merokok, dan rendahnya aktivitas fisik.
Saat peringatan Hari Hipertensi Dunia 12 Mei 2022, Kemenkes mengungkapkan, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1 persen pada 2018, dengan prevalensi tertinggi di Kalimantan Selatan sebesar 44,3 persen dan terendah di Papua sebesar 22,2 persen. Hasil survei juga menyebutkan, hanya 3 dari 10 penderita PTM yang terdeteksi, selebihnya tidak mengetahui dirinya sakit. Hal ini terjadi karena PTM tidak menunjukkan gejala sampai terjadi komplikasi. (eky)