spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Harga Pakan Naik Tinggi, Peternak Banyak Gulung Tikar

SANGATTA – Melonjaknya harga pakan untuk ayam petelur berdampak besar pada para peternak. Banyak peternak di Sangatta, Kutai Timur (Kutim) harus gulung tikar karena terus merugi akibat lonjakan harga pakan ini.

Sunardi, peternak ayam petelur mengatakan, mahalnya harga pakan ternak karena adanya kelangkaan bahan baku. Hal ini terjadi sejak lima bulan terakhir sehingga perusahaan produsen pakan ternak memilih menaikkan harga pakan ternak Rp 10.000 per kilogram.

“Kira-kira lima bulanan ini untuk bahan pakan dari impor infonya kesulitan, makanya naik. Naiknya dari bahan baku, sangat langka mereka juga beli dengan harga kontrak. Jadi pengaruh ke penjualan memang tinggi harganya,” ucap Sunardi kepada Media Kaltim, Kamis (8/9/2022).

Pria berusia 42 tahun ini mengungkapkan, jika dirata-rata peternakan ayam petelur miliknya membutuhkan sebanyak 2,4 ton pakan selama sebulan. Jumlah tersebut dikatakan Sunardi tak bisa disiasati, pasalnya jika kualitas pakan ternak diturunkan maka akan mempengaruhi jumlah telur yang menghasilkan 900 kilogram sampai 1 ton telur per bulan.

BACA JUGA :  Begini Antisipasi RSUD Kudungga Hadapi Gelombang 3 Covid-19 

Pakan ternak yang digunakannya merupakan campuran dari dedak bekatul sebanyak 15-20 persen, konsentrat sebanyak 20 persen, dan terbanyak jagung dengan presentase 50 persen. Dengan estimasi dirupiahkan satu sak pakan ternak mencapai Rp 500.000 untuk kemasan seberat 50 kilogram pakan ternak, atau dirata-rata Rp 10.000 per kilogram.

“Karena ayam sangat jujur kalau pakannya diubah dengan harga murah, produksinya juga akan menurun. Ya jadi mau tidak mau pakai standarnya pakan ayam layer, ayam produksi ini karena ayam ini sangat jujur kalau diubah produksinya berubah juga,” paparnya.

Kepala Distanak Kutim, Dyah Ratnaningrum. (Ramlah/Media Kaltim)

Hal ini membuat peternak ayam petelur terpaksa menjual telur ayamnya dengan harga tinggi sebesar Rp58.000. Dengan harga tersebut dikatakan Sunardi di tingkat pengecer penjual telur bisa mencapai Rp 65.000 per piringnya. “Harga telur tidak ada acuan baku, selalu fluktuatif naik turun setiap hari,” sebutnya.

Mahalnya harga pakan ternak juga membuat banyak peternak ayam yang lebih kecil gulung tikar karena beban operasional yang tinggi. Dirinya menyebut ada banyak rekannya sesama peternak ayam dengan skala lebih kecil bangkrut, imbas mahalnya harga pakan ternak.

BACA JUGA :  Kasus Manipulasi Dukungan Disidangkan, Digelar Online, Senin Pembacaan Tuntutan Jaksa bagi 3 Terdakwa

“Nggak berani memastikan semua tergantung pasar. Kenapa kok harga telur tinggi, karena populasi ayam sudah berkurang 40 persen, karena peternak rakyat tidak kuat lagi pelihara ayam. Karena harga bahan baku pakan selalu tinggi. Ini untuk jual telur penyesuaian, dalam penyesuaian tersebut otomatis tidak mencukupi biaya operasional,” tutupnya.

Mahalnya harga pakan ini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kutim (Distanak), Dyah Ratnaningrum. Dia mengatakan, banyak peternak di Sangatta yang akhirnya kolaps karena harga pakan ini fluktuatif.

“Iya benar banyak peternak lokal kita yang akhirnya gulung tikar karena selain harganya mahal, pakan ini didatangkan dari Jawa atau luar Kutim. Saat ini peternak lokal yang bertahan masih dari binaan PT KPC karena dari KPC bisa memproduksi sendiri pakannya,” sebut Dyah. (ref)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img