SAMARINDA – Sekretaris Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, Surono mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat puluhan jenis komoditas unggulan yang ada di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim). Disebutkan, ada delapan komoditas andalan di Benua Etam. “Ada sawit, kakao, lada, karet, kelapa dalam, kopi, aren, juga kemiri,” papar Surono, Rabu (22/11/2023).
Namun salah satu di antara komoditas unggulan tersebut yaitu karet mengalami penurunan harga sebesar 0,6 persen sejak Rabu (21/11/2023) kemarin.
Hal ini amat disayangkan oleh Mantan Sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kaltim itu. Pasalnya, perkebunan karet di Bumi Etam tiap tahunnya mengalami peningkatan luas areal.
Surono menyebut areal perkebunan Kaltim di 2023 mencapai 125.320 hektare dari 123.776 hektare pada tahun sebelumnya. “Dengan penambahan luas areal itu jelas mengindikasikan produksi karet juga kian meningakat dari 71.483 ton menjadi 73.580 pada tahun 2023,” katanya.
Terkait hal itu, Kepala Disbun Kaltim, Ahmad Muzakkir juga berkomentar soal turunnya harga indikasi komoditas karet.
Muzakkir menyebut salah satu penyebab turunnya harga karet dikarenakan kualitas pengolahannya yang masih berada di bawah standar keinginan pasar. “Harga karet petani yang masih di bawah, dipicu oleh pola pengolahan petani karet yang tidak sesuai standar hasil,” ungkap Muzakkir, Rabu (22/11).
Dia juga menimpali bahwa kualitas yang diinginkan pasar adalah produksi karet kering, namun sayangnya banyak di antara pekebun Kaltim yang mengabaikan indikator tersebut. “Pekebun mengejar berat karet untuk dijual, sementara harga karet mahal itu yang berkualitas kandungan karetnya, seperti tidak banyak mengandung air dan bersih,” imbuh Muzakkir.
Diketahui rujukan pasar utama bagi bahan olahan Karet Kering di Indonesia adalah Singapura, sehingga perhitungan indikator harga karet selalu mengacu pada harga Singapore Commodity (SICOM). (adv/ disbunkaltim)
Editor : Nicha Ratnasari