spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Harga Batu Bara Cetak Rekor USD 418, Kaltim Dapat Apa?

SAMARINDA – Konflik Rusia-Ukraina disebut sebagai pangkal sebab harga batu bara terbang ke bulan. Pada awal Maret 2022, harga emas hitam dunia telah menyentuh titik tertinggi sepanjang sejarah yaitu USD 435 per ton. Sementara pada Senin, 7 Maret 2022, harga kontrak (future) batu bara USD 418,75 per ton di bursa ICE Newcastle.

Dengan mengacu bursa dunia, harga batu bara sudah melonjak hampir 10 kali lipat (887 persen) dalam satu setengah tahun terakhir. Sebagai informasi, pada Agustus 2020, harga kontrak batu bara hanya USD 49 per ton. Kenaikan juga tercatat di harga batu bara acuan (HBA) yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. HBA per Maret 2022 adalah USD 203 per ton atau naik dari HBA Februari 2022 yang sebesar USD 188 per ton.

Akademikus Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman, Samarinda, Hairul Anwar menjelaskan, perseteruan dua bekas negara Uni Soviet berdampak hebat kepada komoditas energi. Kondisi ini bisa dipahami karena posisi Rusia dalam dunia energi amat besar dan vital di Uni Eropa. Jalur pipa minyak dan gas bumi dari Eropa ke Asia Timur melewati negara Beruang Merah tersebut.

“Ketika Barat menjatuhkan sanksi kepada Rusia, pasokan energi terutama gas untuk Eropa terganggu. Permintaan batu bara sebagai barang substitusi dari gas bumi untuk keperluan pembangkit listrik akhirnya meningkat,” terang Codi, sapaan Hairul Anwar.

Di samping itu, kebutuhan energi batu bara dunia memang sedang tinggi. Momentum Ramadan dan Idulfitri menyebabkan banyak negara mencari sumber energi. Padahal, stok sedang terbatas. “Sebenarnya, harga batu bara yang tinggi seperti sekarang mengikuti hukum ekonomi yaitu supply dan demand. Stok terbatas, harga meningkat,” urai dosen jebolan Georgia State University, Amerika Serikat, tersebut.

Codi mengatakan, para ekonom dunia juga belum dapat memperkirakan sampai kapan harga batu bara melambung. Keadaan global masih diselimuti ketidakpastian. Yang pasti, jelas Hairul, perang Rusia-Ukraina tetap menjadi faktor utama.

“Sepanjang perang belum berhenti, harga batu bara masih terus tinggi,” terangnya.

Harga batu bara yang ‘to the moon’ turut memicu peningkatan indeks saham perusahaan sektor energi. Dampaknya adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia direspons positif. Dari laman resmi BEI, saham PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO) menjadi yang paling prima. Saham ADRO naik Rp 290 atau 11,11 persen menjadi Rp 2.900 per lembar. Saham produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia ini sempat menjadi top value di BEI pada sesi pertama, Jumat, 4 Maret 2022.

Saham pelaku pertambangan batu bara di Kaltim juga terus positif. PT Indika Energi TBK (INDY), induk PT Kariangau Gapura Terminal Energi, PT Kideco Jaya Agung, dan PT Santan Batubara, naik Rp 200 atau 7,41 persen menjadi Rp 2.900 per lembar. Selanjutnya, PT Harum Energy Tbk (HRUM) naik Rp 775 (6,68 persen) menjadi Rp 12.375, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menguat Rp 2.900 (7,45 persen) menjadi Rp 41.850, dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat Rp 3 (5,77 persen) menjadi Rp 55.

Hairul Anwar dari Unmul menilai, kenaikan harga batu bara jelas membawa profit bagi pemain di industri ini. Efeknya juga bisa dirasakan Kaltim sebagai provinsi penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Dana bagi hasil (DBH) dari batu bara yang diterima provinsi bisa meningkat.

“Dampak ini memang tidak langsung, mungkin dua bulan mendatang baru kelihatan, bergantung sikap pemerintah di Kaltim,” terangnya.

Dampak lain yang cenderung negatif adalah kewajiban domestik market obligation (DMO) atau pasokan batu bara dalam negeri. Codi menilai, kenaikan harga batu bara menyebabkan perusahaan batu bara cenderung memilih ekspor. Terakhir, tambang ilegal di Kaltim makin marak sehingga alam Bumi Etam makin rusak.

Ketua Asosiasi Pengusaha Batubara Samarinda (APBS), Eko Prayitno membenarkan, melambungnya harga berdampak besar terutama bagi broker saham. Ia tak begitu setuju apabila perusahaan dikatakan langsung menerima efek kejut kenaikan harga. Masalahnya, sebagian besar perusahaan batu bara di Kaltim telah berkontrak dengan konsumen mengenai harga.

“Kecuali ada klausul pembaruan harga antara produsen dan konsumen, perusahaan bisa menikmati keuntungan dari kondisi ini,” terang Eko yang sedang di Bogor melalui sambungan telepon kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com.

Sebenarnya, sambung Eko, kenaikan harga batu bara sudah terlihat sejak awal pandemi Covid-19. Sementara permintaan batu bara pada awal tahun ini adalah fenomena yang rutin. Musim dingin di negara empat musim menyebabkan kebutuhan energi meningkat. Normalnya, kata dia, harga batu bara kembali turun pada Maret dan April atau saat pergantian musim.

“Tapi kemudian terjadi perang sehingga harga naik lagi,” terang Eko.

Meskipun demikian, Eko melanjutkan, kenaikan harga mungkin hanya dirasakan perusahaan besar di Kaltim. Biasanya, para pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batu bara atau PKP2B. Ketika harga sedang bagus, perusahaan akan menggenjot produksi.

“Tapi jangan lupa, ketika harga jeblok, perusahaan besar harus menutup pengeluaran yang besar juga,” tutupnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti