Beranda SAMARINDA Galang Simpatisan lewat Medsos

Galang Simpatisan lewat Medsos

0

Media sosial (medsos) bisa menjadi sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk memikat massa. Karena itu sebagian partai politik dan politisi harus pandai mengelola dan memanfaatkan medsos untuk menghimpun simpatisan dan mendulang dukungan.

Tim Peliput: Andi Desky, Ramlah Effendy

Berbagai cara dilakukan partai politik dan tokoh untuk merebut simpati masyarakat. Berbagai medium ditempuh, tak terkecuali media sosial (medsos). Di antaranya bahkan menganggap medsos penting untuk menyosialisasikan dan mempromosikan diri untuk merebut bonus demografi pada Pemilu 2024.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Mulawarman, Kheyene M Boer menjelaskan, para politisi dan partai politik menggunakan komunikasi digital untuk branding (pencitraan) personal maupun organisasinya.

Dalam hal ini medsos, khususnya Instagram, dianggap paling efektif untuk mempromosikan yang ingin ditonjolkan, baik gagasan, ide, opini seseorang maupun kelompok. Kheyene menyebut Instagram memiliki beragam fitur menarik mulai dari sekadar foto, video pendek, dan kolom komentar untuk melakukan interaksi dengan publik.

“Tren ini banyak terjadi di politik khususnya jelang kontestasi politik. Cukup efektif untuk mencitrakan diri, jadi senjata yang cukup ampuh. Dan interaksinya sangat beragam,” jelasnya kepada Media Kaltim, Jumat (29/7/2022).

Dengan interaksi yang beragam jelasnya, para tokoh atau partai politik harus membangun dan merawat interaksi dengan publik jagat maya. Konsistensi dalam setiap postingan akan membentuk citra politisi tersebut.

“Beragam interaktivitas yang ditawarkan komunikasi digital tidak bisa dtemukan di media lain. Di sini para elite politik harus merawat dan menjaga interaksi dengan netizen,” ucapnya.

Dari pengamatan redaksi Media Kaltim, parpol di Kaltim telah menggunakan medsos Instagram. Namun tak banyak yang aktif memposting kegiatan atau sekadar menyapa pengikutnya di Cerita Instagram. Tak heran, bila hanya 6 parpol yang memiliki lebih dari 1.000 pengikut (followers) di Instagram.

Berbeda dengan akun Instagram pribadi para politisi di Kaltim. Salah satu anggota DPRD Samarinda Celni Pita Sari, bahkan memiliki 100 ribu pengikut. Politisi Partai NasDem ini sangat aktif memposting, tak hanya kegiatannya di dunia politik namun juga kesehariannya.

Wali Kota Balikpapan Rahmad Masud juga termasuk salah satu figur politisi yang memiliki banyak followers. Tercatat politisi Golkar ini memiliki hampir 70 ribu pengikut.

Sejumlah anggota DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Kaltim juga aktif di Instagram dan telah centang biru (terverifikasi Instagram). Mereka adalah Hetifah Sjaifudian (Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar), Irwan (Ketua DPD Partai Demokrat Kaltim), dan Rudi Mas’ud (Ketua DPD Partai Golkar Kaltim). Sementara 5 Anggota DPR RI dapil Kaltim lainnya, cenderung kurang aktif di Instagram.

Jumlah ini jauh lebih banyak bila menengok jumlah pengikut anggota DPRD Kaltim. Dari 55 Legislator Karang Paci, hanya Rusman Yaqub (anggota Komisi V DPRD Kaltim) yang memiliki lebih dari 10 ribu pengikut di Instagram. Sisanya memiliki pengikut tak lebih dari 5.000 akun Instagram.

Ketua DPD Partai Demokrat Kaltim Irwan, menyatakan secara nasional Partai Demokrat memiliki pengikut terbanyak di Instagram, dengan 612 ribu pengikut. Demokrat ujarnya, memang membentuk citra partai yang nasional, religius, serta modern.

Ia menjelaskan, Demokrat Kaltim telah mengantongi data terkait penyebaran informasi di Kaltim. 90 persen penyebaran informasi disampaikannya melalui digitalisasi dan berita. Sehingga menurutnya media sosial harus dimanfaatkan untuk melakukan branding (pencitraan) baik personal, partai, dan program-program Demokrat yang pro-rakyat dan milenial.

Apalagi sebutnya, 55 persen dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Kaltim merupakan generasi milenial (generasi Y) dan Z yang sangat familiar menggunakan medsos. Sehingga menurutnya kunci kemenangan di Pemilu 2024 nanti adalah dengan aktif di medsos.

“Wajib bagi kami menggunakan medsos, karena salah satu kunci memenangkan kontestasi politik. Disisi lain juga kita ingin menyampaiakan pesan bahwa Demokrat partai modern, berkoalisi dengan rakyat,” jelasnya, Jumat (29/7/2022).

Selain itu, menurutnya, kampanye di media sosial tidak membutuhkan biaya yang besar. Berbeda dengan melakukan sosialisasi tatap muka yang membutuhkan biaya yang cukup besar. Ia pun meyakini kedepan politik modern adalah dengan digitalisasi.

“Termasuk pemilihan seharusnya sudah e-voting, semua jadi simpel, terukur, cepat, aman dan efisien. Tatap muka nanti bukan untuk membentuk persepsi politik atau mencari popularitas, tapi lebih tanggung jawab kita,” jelas Irwan, yang juga Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP Demokrat ini.

Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi, juga salah satu tokoh yang cukup aktif di medsos. Di Instagram, ia memiliki 13 ribu lebih pengikut.  Menurut Ketua DPW Partai Gelora Kaltim ini, medsos sangat penting untuk menyosialisasikan diri dan partai. Apalagi partai besutan Anis Matta tersebut adalah partai baru yang akan ikut bertarung dalam Pemilu 2024.

“Kalau bicara politik semua penting. Menuju 2024 ada pengaruh siginifikan (media sosial, Red.). Jadi sangat penting media sosial untuk 2024 (pemilu),” terang mantan Legislator Senayan ini.

BERDAMPAK ELEKTABILITAS

Pengamat Politik, Budiman Chosiah, mengatakan fenomena penggunaan medsos oleh politisi sangat marak terjadi belakangan ini. Musababnya mesos sangat efektif, minimal untuk mencitrakan diri sesuai apa yang ingin dikedepankan.

Pemilu 2024, sebutnya, memang akan sangat berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Bila dahulu para politisi berlomba memasang baliho sebanyak mungkin untuk meningkatkan popularitas, kini medsos menjadi medium lain untuk mempromosikan diri. Hanya saja memang, promosi di medsos tergantung segmentasi atau karakteristik pemilih di suatu daerah.

Di Samarinda misalnya, figur Hadi Mulyadi menjadi sangat populer karena citra yang dibangunnya, baik di khalayak medsos maupun public, adalah sosok yang agamis. Sementara sosok agamis merupakan salah sosok yang diinginkan pada masyarakat perkotaan.

Sosok lain yakni Hetifah Sjaifudian, sebutnya memiliki segmentasi pemilih yang spesifik karena mewakili perempuan dan anak muda. Hal ini mengingat komisi yang dijabatnya saat ini di DPR RI bersentuhan langsung dengan pendidikan dan pariwisata. Atau Ketua Demokrat Kaltim Irwan yang menjabat di Komisi V DPR RI, selalu membawa isu yang sangat relevan dengan yang diinginkan masyarakat Kaltim terkait pembangunan infrastruktur di Kaltim.

“Berbeda dengan segmentasi pemilih di daerah seperti Kutai Barat. Di sana PDI Perjuangan yang berkuasa, karena memang memilih PDI Perjuangan karena Soekarno, dan memang PDI Perjuangan identik dengan suku masyarakat di sana,” terang dosen Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial (FISIP) Universitas Mulawarman ini, Jumat (29/7/2022).

Dia memaparkan, banyak figur yang tidak memiliki prestasi, tapi terkesan humanis di medsos menjadi sangat populer. Sebaliknya ada yang memiliki prestasi tapi tidak menguasai komunikasi media sehingga tingkat keterkenalannya rendah. Tingkat popularitas ini katanya, akan berimplikasi pada tingkat keterpilihan (elektabilitas).

“Politisi harus melihat apa yang ingin dikedepankan. Yang disukai orang yang diperlihatkan. Menimbulkan kesan luar biasa kepada calon pemilih. Karena medsos semacam promosi gratis yang tujuannya meningkatkan keterpilihan,” ucapnya.

Bila melihat dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) generasi milenial dan generasi Z sangat menggiurkan melihat persentasenya yang cukup besar. Apalagi medsos atau komunikasi digital sangat akrab dengan mereka. Hanya saja menurut Budiman, para parpol atau figur politisi tidak bisa menggantungkan harapan terlalu tinggi untuk dipilih anak muda.

“Kalau berharap dengan anak muda ini menyampaikan, memberi opini atau pesan saja. Tapi kalau diandalkan untuk mencoblos jangan terlalu berharap. Karena walaupun DPT tinggi, golputnya juga tinggi dari anak muda atau milenial ini,” tandasnya.

BUKAN TOLOK UKUR

Anggota DPRD Samarinda, Celni Pita Sari menganggap sosmed merupakan sarana untuk berbagi informasi yang telah dilakukannya, baik kegiatan politik atau sekadar keseharian. Medsos juga menjadi wadah bagi politisi Partai Nasdem ini untuk bertukar pikiran dengan publik yang terhubung dengannya.

“Saya selama menggunakan sosmed tidak pernah ingin menampilkan hal yang bersifat pencitraan, karena ini adalah dunia maya. Buat saya sosmed adalah tempat saya bersenang-senang dan menjadikannya sebagai alat untuk mengekspresikan diri,” terangnya, Minggu (31/7/2022).

Wanita kelahiran Samarinda 8 Oktober 1985 ini mengatakan, ia ingin dikenal sebagai figur yang luwes dan “kekinian”, namun tetap bertanggung jawab pada pekerjaannya, baik sebagai politisi. Ia ingin memberikan pesan bahwa politik tidak kaku dan dengan stigma negatif di masyarakat.

“Saya ingin milenial lain yang belum atau takut berpolitik melihat bahwa politik tidak seserius dan sekotor yang mereka pikirkan. Justru politik di era ini membutuhkan pikiran fresh dan baru dari para politisi muda seperti kita,” jelasnya.

Medsos untuk Pemilu 2024 yang akan datang ujarnya, akan sangat berpengaruh mengingat pemilih terbesar saat itu adalah pemilih pemula. Mereka akan mencari sosok yang populer, sepemikiran dan menarik hati. Ia mengatakan, jumlah pengikut di Instagram tidak menjadi tolok ukur atau membuatnya percaya diri kembali dapat duduk di kursi legislator Kota Tepian.

“Karena tetap kita tidak boleh melupakan sentuhan langsung kepada konstituen di dapil, karena mereka juga pasti rindu bertemu dan bercerita serta berkeluh kesah dengan kita secara langsung,” tandasnya. (eky)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version