BALIKPAPAN – Achmad Gazali terperangah saat melihat Bendungan Pengendali Banjir (Bendali) Telagasari di Kelurahan Gunung Sari Ilir, Balikpapan Kota, dua hari lalu. Ia menyaksikan debit air di bendali yang pernah roboh 14 tahun silam itu pelan-pelan menyusut. Pria paruh baya itu makin gusar karena kondisi yang sama masih ia temukan keesokan harinya.
Keesokannya, Senin (17/5/2021), Gazali kembali mengecek bendungan yang terletak di seberang rumahnya tersebut. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan pun ditemukan. Air tawar di Bendali Telagasari habis, tinggal lumpur yang mengendap di dasar permukaan. Dengan penuh kecemasan, pagi itu juga, Gazali lantas melaporkan temuannya kepada pihak berwajib.
“Padahal tadi malam hujan deras. Pintu air juga sudah ditutup. Tapi enggak ada airnya,” kata lelaki yang tinggal di RT 49 Gunung Sari Ilir, kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com.
Beberapa jam kemudian, para petugas dari beberapa instansi Pemkot Balikpapan, kepolisian, hingga PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), tiba di Bendali Telagasari. Pemantauan, pengamanan, serta penyelidikan dilakukan.
Dari pemeriksaan sementara, Pemkot Balikpapan menduga hilangnya air di bendali karena pipa pengantar air ke laut yang bocor. Pipa tersebut terpendam di dalam tanah. “Ya, dugaan sementara karena kobocoran dari pipa,” sebut Rita, kepala Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Balikpapan.
Lantaran belum ada kepastian penyebab menyusutnya air Bendali Telagasari, Pemkot Balikpapan belum bisa menentukan Langkah selanjutnya. “Kami juga harus laporkan kasus ini ke Pak Wali,” tambah Rita.
Menurut Staf Ahli Wali Kota Balikpapan, Facruddin Harami, penyebab hilangnya air di bendali akan diketahui dalam waktu dekat ini. Sehingga penanganannya bisa segera dilakukan. “Kami harus cari tahu dulu, apakah ada rembesan atau lainnya?” katanya.
Saat menyusutnya air di Bendali Telagasari, sempat ada air ke luar dari tanah di dekat bendali. Asep Dedi, selaku On Scene Commander PHM, memastikan jika air yang ke luar dari dalam tanah itu tidak beracun. Termasuk lumpur yang tertinggal, juga dipastikan tidak berbahaya untuk kesehatan. Hal ini diketahui setelah PHM memeriksa seluruh material di bendali.
“Untuk kandungan gas beracunnya nol. Gas yang mudah terbakar juga nol. Oksigen di sekitar lokasi masih normal,” ucap Asep.
Meski semua masih terlihat normal, bukan berarti tak ada ancaman dari hilangnya air di Bendali Telagasari. Achmad Gazali mengungkapkan, sejak dasar bendali mulai terlihat, aroma tak sedap mulai merasuki indra penciumannya dan warga sekitar. Dia meyakini aroma tersebut datang dari lumpur yang mengendap. “Karena lumpurnya itukan dari limbah rumah tangga yang dibuang ke bendali,” ungkapnya.
Selain itu, ancaman yang lebih besar juga sudah di depan mata. Sebagai orang yang sudah puluhan tahun tinggal di dekat Bendali Telagasari, Gazali tahu betul, bila penyebab hilangnya air di bendali tersebut tidak lekas diperbaiki, bencana longsor akan menimpa permukiman warga. Sebab, air yang tertelan akan mengikis tanah di sekitarnya. Gazali punya pengalaman pahit soal ini.
Pada 2017, cerita dia, hujan lebat menguyur Balikpapan. Sampai-sampai, lambung Bendali Telagasari pecah akibat terlalu banyak menenggak air hujan. Kondisi itu membuat permukiman warga, termasuk rumah Gazali, mengalami longsor. Peristiwa itupun turut merenggut nyawa. Salah satunya ayah Gazali yang tewas akibat tertimbun material longsor.
“Kemudian tetangga saya, anak dan ibunya juga tewas dalam peristiwa longsor pada 1 September 2007 itu,” kenang Gazali.
Oleh karena itu, dia berharap betul pemerintah secepat mungkin memperbaiki Bendali Telagasari seperti sedia kala. Jangan sampai, pesan Gazali, korban kembali berjatuhan. (kk)