JAKARTA — Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyampaikan capaian pendidikan dan kebudayaan selama lima tahun terakhir adalah tonggak penting yang harus dilanjutkan oleh seluruh jajaran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Saya sangat mengapresiasi kerja keras seluruh pejabat Kemendikbudristek yang telah mendampingi Pak Nadiem Makarim selama lima tahun terakhir,” ujar Fadli Zon.
Meskipun lebih dikenal sebagai seorang politisi, Fadli Zon menekankan bahwa jiwanya lebih banyak berada di kebudayaan.
“Saya sebetulnya orang budaya yang masuk ke politik, bukan orang politik yang masuk ke budaya. Passion saya lebih besar di bidang budaya ketimbang di politik,” ungkapnya.
Dalam pidatonya, Fadli Zon juga menyinggung keputusan Presiden Prabowo Subianto untuk memisahkan Kementerian Kebudayaan dari Kemendikbudristek. Ia menyebut langkah ini sebagai “tonggak sejarah” karena untuk pertama kalinya kebudayaan Indonesia dikelola oleh kementerian tersendiri yang fokus sepenuhnya pada pengembangan dan pelestarian budaya.
“Ini memungkinkan kita lebih fokus mengurus kebudayaan yang sangat kaya di negeri ini,” tambahnya.
Fadli Zon juga mengungkapkan kebanggaannya sebagai seorang kolektor dan pecinta budaya. Ia memiliki perpustakaan pribadi yang berisi 125 ribu buku, termasuk 50 ribu cerita silat dan komik. Selain itu, ia telah memimpin Sekretariat Nasional KRIS Indonesia selama tujuh tahun, mengangkat keris sebagai simbol penting ekspresi budaya. Ia juga dikenal sebagai kolektor wayang terbesar di Indonesia, dengan 8 ribu wayang dalam koleksinya.
“Saya memang punya passion yang besar terhadap budaya, dan saya berharap bisa meluncurkan buku saya tentang Pesona Wayang Indonesia minggu depan di gedung ini,” katanya.
Fadli Zon menegaskan bahwa kebudayaan harus dianggap sebagai kekayaan nasional yang tak ternilai. “Kekayaan nasional kita bukan hanya nikel, batu bara, minyak, dan gas. Tapi budaya kita adalah harta yang luar biasa,” ujarnya.
Ia pun berharap Indonesia dapat menjadi ibu kota budaya dunia, dengan gagasan membangun forum kebudayaan dunia di tanah air, mirip dengan World Economic Forum di Davos. “Indonesia bisa menjadi the capital of world culture,” tegasnya.
Pewarta : Nicha R