Tidak dapat dimungkiri bahwa pandemi COVID-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, telah berdampak pada kehidupan masyarakat baik dari segi kesehatan, masyarakat maupun ekonomi. Covid 19 telah mengubah cara kita harus beradaptasi. Begitu pula dalam tren belanja, masyarakat lebih memilih untuk memenuhi kebutuhannya melalui belanja secara online.
Belanja online digemari oleh kalangan mulai dari remaja hingga orang tua. Siapapun yang memiliki smartphone dan koneksi internet dapat mengakses situs belanja online. Terlebih lagi di era new normal sekarang dimana masyarakat perlu mengubah kebiasaan dalam beraktivitas dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Perubahan tersebut diperkuat dengan data yang dihimpun SIRCLO bersama Katadata Insight Center yang menyebutkan bahwa 17,5% masyarakat berpindah berbelanja dari offline ke online. Peningkatan pelanggan yang berbelanja secara online pun cukup besar. Dari awalnya hanya 11% meningkat menjadi 25% pada tahun 2021.
Ada beberapa faktor pendorong yang membuat aktivitas belanja online semakin diminati masyarakat. Banyaknya promosi yang ditawarkan oleh perusahaan e-commerce. Selama pandemi ini berbagai promosi belanja online ditawarkan, entah itu di media sosial ataupun di papan iklan di luar digital elektronik sangat beragam promo. Hal ini pun tentu membuat banyak masyarakat sangat tertarik.
Kemudian dengan adanya situasi Covid-19, masyarakat lebih dituntut untuk menghindari tempat keramaian. Otomatis untuk memenuhi kebutuhannya, masyarakat cenderung memilih berbelanja secara online agar terhidar dari kerumunan yang tentunya agar mengurangi risiko tertular virus.
Selain karena situasi pandemic Covid-19, belanja online juga dinilai lebih efisien dilakukan karena menghemat waktu dan tenaga. Orang-orang yang sibuk bekerja biasanya akan memilih berbelanja di akhir pekan atau saat libur. Dengan kemudahan dari belanja online, orang-orang bisa kapan pun dan di mana pun melakukan transaksi tanpa terkuras waktu dan tenaga. Selain itu, belanja online menarik minat masyarakat karena dinilai fleksibel, bahkan bisa dilakukan sembari rebahan. Mudah sekali bukan? (**)
Penulis: Misda Guslia; Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman