“Hari ini program vaksinasi resmi dimulai, semoga kita bisa bangkit dari pandemi ini”
Cuitan yang ditulis @Mockingjacks muncul beberapa saat setelah Presiden Jokowi disuntik vaksin Sinovac, di Istana Kepresidenan pada Rabu (13/1/2021). Dia seperti mewakili harapan ratusan juta penduduk Indonesia, maupun penghuni jagat maya, yang ingin segera hidup normal kembali tanpa banyak pembatasan akibat Corona.
Disiarkan langsung kanal YouTube Sekretariat Presiden, jelas Jokowi ingin memberi pesan kepada rakyatnya bahwa vaksin yang dia gunakan aman dan halal. Sehari setelah Jokowi dan pejabat negara, serta tokoh agama hingga pedagang menjalani suntik perdana, vaksin Sinovac kembali diinjeksikan ke pejabat dan tokoh-tokoh daerah di 26 provinsi. Delapan provinsi sisanya disuntik pada Jumat (15/1/2021).
Target awal, penyuntikan vaksin terhadap 181,5 juta penduduk berlangsung selama 15 bulan. Namun Jokowi meminta vaksinasi tuntas di tahun 2021, atau tak sampai setahun. Mantan Gubernur DKI Jakarta ini optimistis bisa terlaksana, karena pemerintah sudah mengantongi komitmen dari 4 perusahaan untuk memasok 426 juta dosis vaksin.
DOWNLOAD GRATIS EDISI 5 MEDIA KALTIM
Selama Januari, tambah Jokowi, vaksinasi dilakukan terhadap 3 juta penduduk. Setelah itu, jumlah vaksinasi terus meningkat. Februari sebanyak 4,7 juta, Maret 8,5 juta, April 16,6 juta, Mei 24,9 juta, dan Juni 34,9 juta penduduk. “Itu dalam perencanaan yang kita buat. Bisa lebih banyak lagi, kita harapkan,” kata Jokowi, dalam sebuah acara virtual, Jumat pekan lalu.
Keinginan Jokowi mempercepat proses vaksinasi, salah satunya karena khawatir rumah sakit makin kewalahan menangani pasien Covid-19, yang terus-terusan mencetak rekor baru. Data Satgas Covid-19 sampai 17 Januari 2021, jumlah total pasien sudah menyentuh 907.929 kasus. Kondisi tersebut dikhawatirkan membuat layanan kesehatan terutama di Pulau Jawa kolaps.
[irp posts=”8920″ name=”Hari Ini, Giliran Sekprov, Pangdam dan Kapolda Divaksin”]
Indikasi mulai kolaps, menurut relawan TimBantuWargaLaporCovid19 dr Tri Maharani, terlihat sejak September 2020, namun mereda seiring pemberlakuan PSBB di Jakarta. Pertengahan November, atau menjelang pilkada serentak 9 Desember 2020, kata Tri, rumah sakit rujukan Covid-19 makin kelimpungan menampung lonjakan pasien imbas pilkada serta mereka yang terpapar setelah liburan Natal dan tahun baru (Nataru).
“Natal dan tahun baru memperburuk ketidakmampuan rumah sakit menampung pasien,” kata Tri dalam siaran pers akhir pekan lalu. Ditambahkan, selama akhir 2020 sampai awal Januari 2021, LaporCovid19 mendapat 23 laporan pasien yang ditolak rumah sakit karena penuh. Pasien akhirnya meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumah atau di perjalanan mencari rumah sakit.
LaporCovid19 pada 3 Januari 2021 mendapat laporan kasus pasien Covid-19 meninggal dunia di dalam taksi online di Depok setelah ditolak 10 rumah sakit rujukan. Laporan serupa tambah Tri, muncul dari Jabodetabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Di tengah kebutuhan layanan kesehatan yang meningkat, perlindungan terhadap tenaga kesehatan (nakes) tak kunjung membaik. Buktinya, sampai 15 Januari 2021 sudah 620 nakes meninggal terpapar Covid-19. Berdasar data kematian nakes tadi, diperoleh informasi bahwa kebanyakan nakes yang meninggal adalah mereka yang bertugas di layanan primer seperti puskesmas atau klinik.
Ini membuktikan pagebluk (wabah) makin masif menyebar, terlebih mengutip survei kebutuhan puskesmas yang berlangsung pertengahan 2020 didapat kesimpulan, sebanyak 40% puskesmas di Indonesia masih kekurangan masker bedah, yang biasa jadi pelindung pertama pasien dengan gejala Covid-19.
Demi Kepentingan Bersama
Wakil Gubernur Kalimantan Timur Hadi Mulyadi tak setuju sekaligus menyayangkan jika ada warga masyarakat yang menolak vaksinasi, kemudian mengajak orang lain untuk mengikuti sikapnya. Menurut Hadi, vaksinasi Covid-19 tujuannya baik yakni melindungi warga dari wabah Covid-19.
“Vaksin ini bukan urusan pribadi, tapi urusan komunal, urusan masyarakat, urusan menyelamatkan dan melindungi orang banyak,” sebut Hadi Mulyadi. Sebagai akibat dari adanya warga yang menolak divaksin, maka virus Covid-19 akan terus menyebar dan berkembang.
“Yang divaksin sehat, yang tidak divaksin kemudian sakit, menulari masyarakat. Ini jadi masalah,” kata Hadi. Sebagai akibat ada orang menolak divaksinasi, lanjut Hadi, akibatnya program vaksinasi pemerintah menjadi sia-sia karena virus tetap menyebar.
Vaksinasi massal bertujuan menciptakan kekebalan kelompok atau herd immunity atas serangan virus mematikan tersebut.Lantas berapa jumlah warga Kaltim yang wajib disuntik vaksin? Data Dinas Kesehatan Kaltim menyebutkan angkanya 2.256.056 jiwa, atau sekitar 83,6% dari total proyeksi populasi di Kaltim yang mencapai 3.708.936 jiwa pada 2021.
Kepala Dinas Kesehatan Kaltim dr Padilah Mante Runa selepas vaksinasi di halaman Kantor Gubernur Kaltim, Kamis, (14/2021). Padilah menambahkan, nantinya setiap orang mendapat dua kali dosis vaksin yang diperkirakan diberikan selang 14 hari setelah vaksinasi perdana. “Jumlah vaksin yang diperlukan Kaltim untuk mencapai herd immunity adalah 4.513.012 vaksin,” sebut Padilah.
[irp posts=”8921″ name=”Suntik Perdana Vaksin Covid, Jokowi: Nggak Terasa, Setelah 2 Jam Agak Pegal”]
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No 84 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka penanggulangan pandemi Covid-19, disebutkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 diberikan bertahap sesuai ketersediaan. Diatur pula kriteria penerima vaksin dan enam kelompok prioritas penerima vaksin Covid-19. Aturan ditetapkan berdasarkan kajian Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization) dan/atau Strategic Advisory Group of Experts on Immunization of the World Health Organization (SAGE WHO).
Kelompok pertama terdiri dari tenaga kesehatan, TNI/Polri dan aparat hukum, serta petugas pelayanan publik lainnya. Kedua, tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan hingga rukun warga. Ketiga, pengajar dari jenjang PAUD hingga perguruan tinggi. Keempat, aparatur kementerian, lembaga dan organisasi perangkat daerah, serta anggota leglislatif. Kelima, masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial dan ekonomi. Keenam, masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.
Untuk tahap awal, Kaltim mendapat 25.500 dosis vaksin, diperuntukan bagi 12.760 tenaga kesehatan di seluruh Kaltim. “Titik vaksin di kabupaten sesuai instruksi nasional akan didistribusikan ke Kota Samarinda dan Kukar dahulu yang dekat dengan ibu kota provinsi dan langsung disebarkan di puskemas dan rumah sakit pada bulan Februari,” kata Padilah.
Efektif Setahun
Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda, dr David Hariadi Masjoer menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac dibuat dari virus Covid-19 yang sudah diinaktivasi sehingga tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh. Virus yang sudah tidak berbahaya disuntikan dalam tubuh untuk merangsang pembentukan antibodi. “Jadi, tubuh membentuk antibodi terhadap virus Covid-19. Kalau ada infeksi Covid-19, tubuh bisa mengenali dan tidak terjadi penyakit,” ucap David.
Meski demikian, zat antibodi pasca-vaksinasi hanya bisa terbentuk jika tubuh penerima vaksin dalam kondisi fit alias tidak memiliki riwayat penyakit bawaan atau komorbid seperti gangguan ginjal, darah, termasuk umur yang tidak melebihi 59 tahun. Umumnya adalah kriteria yang membuat sistem kekebalan tubuh menjadi rendah. Demikian juga seseorang yang memiliki tekanan darah tinggi, tidak diperkenankan menerima vaksin buatan Sinovac tersebut. “Sebab bisa meningkatkan tekanan darah dan efek nyeri saat penyuntikan karena ada benda asing yang masuk ke tubuh,” ucapnya.
Senada, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim, dr Nathaniel Tandirogang menambahkan, pemberian dosis vaksin sebanyak dua kali selang 14 hari dimaksudkan sebagai penguat atau booster pembentukan sistem imun tubuh melawan virus SARS CoV-2 penyebab Covid-19. Terapi pemberian dosis vaksin tambahan dan berkala lanjut Nathaniel lazim dilakukan untuk menciptakan kekebalan melawan penyakit lain seperti polio atau tetanus.
Sebagai contoh, untuk menciptakan perlindungan seumur hidup terhadap tetanus, seseorang bisa disuntik vaksin tetanus sebanyak 6 kali. Sementara, bagi seseorang yang pernah menderita Covid-19 disebut dia, sistem imun tubuhnya sudah terbentuk. Peluang memberikan vaksin sebagai booster penguat imun tubuh bagi penyintas Covid-19 pada masa mendatang bergantung hasil pemeriksaan antibodi dan ketersediaan vaksin.
“Saat ini dengan dua kali suntikan vaksin Covid-19 bisa memberikan perlindungan lebih dari setahun. Semoga Covid-19 bisa segera selesai,” ujar ahli mikrobiologi dan biologi molekuler tersebut.
a mengamini pada masa mendatang masih dibutuhkan tambahan data uji klinis beberapa penyakit bawaan yang diperbolehkan menerima vaksin buatan Sinovac tersebut. Yang jelas, menurut berbagai jurnal penelitian ilmiah yang ia baca, efikasi atau kemanjuran vaksin Covid-19 buatan Sinovac sudah 65.3 persen, jauh di atas persyaratan Organisasi Kesehatan Dunia/WHO sebesar 50 persen untuk vaksin mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
“Ini masih di tahap awal, selanjutnya akan diikuti datanya. Ada faktor lain seperti kemampuan tubuh membuat sel imun dan lainnya. Hasil uji laboratorium tingkat efektivitas melindungi di atas 95 persen,” ujar Nathaniel. (red2)